5 Momentum Rasulullah SAW Mengalami Kesedihan yang Parah

Berikut ini lima kondisi ketika Rasulullah SAW mengalami kesedihan yang akut sebagaimana dikutip Republika.co.id dari Alukah:
عن عَائِشَةَ رضي الله عنها قالت: كَانَ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا، إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، فَكَانَ يَلْحَقُ بِغَارِ حِرَاءٍ، فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ قَبْلَ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ ي يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ، فَيَتَزَوَّدُ بِمِثْلِهَا، حَتَّى فَجِئَهُ الحَقُّ، وَهْوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ المَلَكُ؛ فَقَالَ: اقْرَأْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «مَا أَنَا بِقَارِئٍ...». وَفَتَرَ الوَحْيُ فَتْرَةً حَتَّى حَزِنَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
Dari Aisyah RA, dia berkata, "Hal pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar dalam tidurnya. Tidaklah beliau melihat suatu penglihatan kecuali ia datang seperti fajar menyingsing, kemudian beliau tertarik untuk menyendiri, lalu beliau menyepi ke Gua Hira dan bermunajat sebelum kembali kepada keluarganya dan membawa bekal selama beraktivitas di sana, Kemudian beliau kembali kepada Khadijah dan melakukan hal yang sama, hingga datanglah kebenaran kepada beliau ketika berada di Gua Hira’, lalu malaikat datang kepada beliau dan berkata, "Bacalah! "Bacalah. Nabi (SAW) berkata, "Aku bukan seorang pembaca." Wahyu terputus beberapa saat hingga Nabi SAW merasa sedih." (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi Muhammad SAW sangat sedih dengan penundaan wahyu, dan merasa tertekan dengan ketiadaan wahyu tersebut, karena khawatir kenabiannya akan terhenti, dan nikmat Allah akan dicabut darinya. Kemudian sesuatu terjadi pada beliau yang mengukuhkan kenabiannya dan menghilangkan keraguan dengan pasti.
Dari Jabir RA, dia berkata, "Rasulullah SAW ketika menceritakan masa turunnya wahyu, beliau bersabda, "Ketika aku sedang berjalan, aku mendengar suara dari langit, aku mengangkat kedua mataku, maka aku melihat malaikat yang membawaku ke Hira', duduk di atas kursi di antara langit dan bumi, aku merasa takut kepadanya, lalu aku kembali dan berkata, "Selimutilah aku. Selimutilah aku.” Allah mewahyukan Surat al-Muddatsir 1-5.
Turunnya ayat-ayat ini adalah untuk memberitahukan kenabian Nabi Muhammad SAW dan membebankan kepadanya untuk memikul risa;ah agama ini serta menunaikan tugas dakwah dan pemberitaan.
Hikmah jeda turunnya wahyu adalah untuk menghilangkan rasa takut yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadikannya bersemangat untuk kembali.
Kedua, Nabi SAW merasa sedih dengan kurangnya respons dakwah dari umatnya.
عن عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّهَا قَالَتْ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ، كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ؟ قَالَ: لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ، وَكَانَ أَشَدُّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ العَقَبَةِ؛ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلاَلٍ، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلاَّ وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ
Dari Aisyah RA dia berkata kepada Nabi SAW, "Apakah telah datang kepadamu suatu hari yang lebih dahsyat daripada hari Uhud?" Beliau bersabda, "Telah aku temui dari kaummu apa yang telah aku temui dari mereka, dan yang paling dahsyat adalah apa yang telah aku temui dari mereka adalah pada hari Aqabah, ketika aku menawarkan jiwaku kepada Ibnu Yalil, putra Ibnu Kallal, dan dia tidak menjawab apa yang aku inginkan, maka aku pergi dalam keadaan sempoyongan, dan aku tidak terbangun kecuali setelah berada di tanduk Thalut."”(HR Bukhari Muslim).
Kesedihan ini semakin memuncak setelah kematian pamannya, Abu Thalib dan istrinya, Khadijah RA- dan tahun ini disebut sebagai tahun kesedihan. Kemudian Nabi juga terus menderita musibah dari kaumnya, yang berani mencelakakan beliau.
Setelah wafatnya Abu Thalib, beliau semakin tertekan hingga beliau sempat putus asa dari mereka dan pergi ke Taif, dengan harapan mereka akan menjawab seruannya, atau melindunginya dan mendukungnya dari kaumnya, namun beliau tidak melihat seorang pun yang melindunginya dan tidak pula seorang pun yang mendukungnya, bahkan mereka menyakitinya dengan sangat kejam, dan beliau mendapatkan apa yang tidak didapatkan oleh kaumnya dari beliau.
Ketiga, Nabi SAW berduka atas tujuh puluh orang qari yang dibunuh secara keji.
عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: «جَاءَ نَاسٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالُوا: أَنِ ابْعَثْ مَعَنَا رِجَالاً يُعَلِّمُونَا الْقُرْآنَ وَالسُّنَّةَ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ سَبْعِينَ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ، يُقَالُ لَهُمُ القُرَّاءُ. فَبَعَثَهُمُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِلَيْهِمْ، فَعَرَضُوا لَهُمْ بِبِئْرِ مَعُونَةَ، فَقَتَلُوهُمْ وَغَدَرُوا بِهِمْ قَبْلَ أَنْ يَبْلُغُوا المَكَانَ
Anas bin Malik RA meriwayatkan, "Ada beberapa orang yang mendatangi Nabi SAW dan berkata, "Kirimkanlah kepada kami beberapa orang untuk mengajarkan Alquran dan sunnah kepada kami," maka beliau mengutus tujuh puluh orang dari kalangan Anshar, yang dikenal dengan sebutan para penghapal Alquran. Nabi SAW mengutus mereka, lalu mereka bertemu dengan orang-orang Quraisy di sumur Maunah, lalu mereka membunuh dan mengkhianati Nabi SAW sebelum sampai ke sana." (HR Bukhari Muslim).rol
No comments:
Post a Comment