Panglima Islam Thariq bin Ziyad dan Pembebasan Andalusia pada Bulan Ramadhan
أَدْرِكْنَا يَا لُوذَرِيقُ…. فَإِنَّهُ قَدْ نَزَلَ عَلَيْنَا قَوْمٌ لَا نَدْرِي أَهُمْ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ أَمْ مِنْ أَهْلِ السَّمَاءِ!
“Tolong kami, wahai Roderik…. Karena ada suatu kaum yang telah turun kepada kami, dan kami tidak tahu apakah mereka berasal dari penghuni bumi atau penghuni langit!” (Panglima Militer Pasukan Visigoth)
BULAN Ramadhan selalu menjadi momen bersejarah dalam perjalanan Islam. Banyak peristiwa besar yang terjadi di bulan penuh berkah ini, dari turunnya Al-Qur’an hingga kemenangan-kemenangan besar umat Islam dalam berbagai peperangan.
Salah satu peristiwa yang sangat monumental adalah pembebasan Andalusia oleh Thariq bin Ziyad pada tahun 92 Hijriyah. Kisah gemilang ini bisa dibaca dalam buku karya Muhammad bin Abdul Malik Az-Zaghbi berjudul “Mi’ah min ‘Uẓhamā’ Ummati al-Islām Ghayyarū Majrā at-Tārīkh” (2010: 78-82).
Latar Belakang Pembebasan Andalusia
Sebelum kedatangan Islam, Andalusia berada di bawah kekuasaan bangsa Visigoth, yang memerintah dengan tangan besi. Raja mereka saat itu, Roderic (atau dalam bahasa Arab disebut “Loedriq”), dikenal sebagai penguasa yang sewenang-wenang dan menindas rakyatnya.
Ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahannya semakin meningkat, terutama dari kalangan Yahudi dan Kristen Arian yang mengalami diskriminasi berat.
Di sisi lain, di Afrika Utara, Islam mulai berkembang pesat di bawah kepemimpinan gubernur Musa bin Nushair. Ia melihat peluang untuk menyebarkan Islam ke Semenanjung Iberia setelah menerima permintaan bantuan dari kaum yang tertindas di sana.
Setelah mendapatkan restu dari Khalifah Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik, Musa menugaskan salah satu jenderalnya yang paling andal, Thariq bin Ziyad, untuk memimpin ekspedisi ke Andalusia.
Thariq bin Ziyad: Pemimpin yang Visioner
Thariq bin Ziyad adalah seorang jenderal berbakat yang berasal dari suku Berber. Awalnya, ia adalah seorang budak yang dibebaskan karena kecerdasannya dan kemampuan militernya yang luar biasa.
Setelah itu, ia menjadi salah satu panglima kepercayaan Musa bin Nushair dan ditunjuk sebagai gubernur Tangier.
Ketika diperintahkan untuk menaklukkan Andalusia, Thariq hanya membawa sekitar 7.000 pasukan yang sebagian besar terdiri dari suku Berber yang baru masuk Islam.
Meskipun jumlahnya kecil dibandingkan pasukan Roderic yang berjumlah sekitar 100.000 orang, Thariq tetap maju dengan strategi yang matang dan keyakinan yang kuat.
Pendaratan dan Awal Perjuangan
Pada bulan Ramadhan tahun 92 H, Thariq dan pasukannya menyeberangi Selat Gibraltar (yang kemudian dinamai “Jabal Thariq” untuk mengenang ekspedisi ini).
Setibanya di daratan Andalusia, ia segera membangun benteng pertahanan di sekitar pesisir untuk menghadapi kemungkinan serangan dari pasukan Visigoth.
Pasukan Visigoth adalah pasukan yang terdiri dari Suku Visigoth, salah satu cabang dari Suku Goth, berasal dari kawasan yang sekarang dikenal sebagai Skandinavia dan Eropa Timur.
Visigoth, adalah suku yang menetap di bagian barat Eropa dan memainkan peran penting dalam sejarah akhir zaman Kekaisaran Romawi.
Pasukan Visigoth terkenal karena kekuatan perang dan kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan berbagai taktik dalam pertempuran, serta pengaruh mereka dalam meruntuhkan Kekaisaran Romawi Barat.
Salah satu kisah terkenal dari ekspedisi ini adalah perintah Thariq kepada pasukannya untuk membakar kapal-kapal yang mereka gunakan setelah sampai di Andalusia.
Meskipun ada perdebatan mengenai keaslian kisah ini, maknanya sangat dalam: tidak ada jalan untuk mundur. Mereka harus maju dan berjuang dengan penuh keyakinan kepada Allah.
Pertempuran Wadi Lakkah (Wadi Barbat)
Pasukan Roderic akhirnya bergerak ke selatan untuk menghadapi pasukan Muslim. Dengan jumlah yang jauh lebih besar dan persenjataan yang lebih lengkap, mereka yakin bisa mengalahkan Thariq dengan mudah.
Namun, Thariq yang cerdik membagi pasukannya ke dalam beberapa kelompok kecil yang mampu bergerak cepat dan menyerang dari berbagai arah.
Pertempuran sengit ini berlangsung selama delapan hari, bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Meskipun banyak dari pasukan Muslim yang gugur, mereka tetap berjuang dengan gigih.
Akhirnya, pasukan Roderic dihancurkan dan sang raja sendiri terbunuh dalam pertempuran ini. Kemenangan ini membuka jalan bagi pasukan Muslim untuk menaklukkan kota-kota besar di Andalusia.
Pembebasan Kota-Kota Andalusia
Setelah kemenangan di Wadi Lakkah, pasukan Thariq dengan cepat bergerak menuju kota-kota utama di Andalusia, termasuk Cordoba, Granada, dan Sevilla.
Rakyat setempat yang sudah lama menderita di bawah pemerintahan Visigoth menyambut kedatangan pasukan Muslim dengan tangan terbuka. Tidak sedikit dari mereka yang memeluk Islam setelah melihat keadilan yang dibawa oleh pasukan Muslim.
Dalam waktu singkat, hampir seluruh Andalusia berada di bawah kekuasaan Islam. Thariq kemudian dipanggil ke Damaskus oleh Khalifah, dan Musa bin Nushair melanjutkan ekspansi ke wilayah utara.
Dengan jatuhnya Toledo, ibu kota Visigoth, Andalusia resmi menjadi bagian dari dunia Islam.
Pembebasan Andalusia bukan hanya sekadar kemenangan militer, tetapi juga memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam:
Pertama, keimanan yang kuat. Kemenangan ini menunjukkan bahwa jumlah bukanlah faktor utama dalam kemenangan. Pasukan Thariq jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan Visigoth, tetapi karena keyakinan yang kuat kepada Allah, mereka mampu mengalahkan musuh yang lebih besar.
Kedua, strategi dan kecerdikan dalam perang. Kejeniusan Thariq dalam mengatur strategi perang menjadi faktor kunci dalam kemenangan ini. Ia tidak terpaku pada jumlah pasukan, tetapi menggunakan taktik gerilya dan pemetaan medan pertempuran dengan baik.
Ketiga, keadilan dalam pemerintahan. Salah satu alasan utama mengapa Islam mudah diterima di Andalusia adalah karena keadilan yang diterapkan oleh pasukan Muslim.
Berbeda dengan penguasa sebelumnya yang menindas rakyatnya, Islam datang membawa kesejahteraan dan hak yang sama bagi semua orang.
Keempat, kesatuan dan solidaritas. Meskipun pasukan Muslim terdiri dari berbagai etnis, seperti Arab dan Berber, mereka tetap bersatu dalam satu tujuan: menegakkan Islam. Kesatuan ini menjadi faktor utama dalam keberhasilan ekspedisi ini.
Kelima, Ramadhan bulan kemenangan. Seperti banyak kemenangan besar lainnya dalam sejarah Islam, pembebasan Andalusia terjadi di bulan Ramadhan.
Ini menunjukkan bahwa Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan perjuangan dan kemenangan bagi mereka yang beriman.
Pembebasan Andalusia oleh Thariq bin Ziyad adalah salah satu kisah heroik dalam sejarah Islam yang patut dikenang. Keberanian, kecerdikan, dan keteguhan iman menjadi kunci utama keberhasilannya dalam menghadapi musuh yang lebih besar.
Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa dengan keimanan yang kuat, strategi yang cerdas, dan persatuan, umat Islam mampu menghadapi tantangan sebesar apa pun.
Hari ini, kita mungkin tidak berada di medan perang seperti Thariq, tetapi tantangan zaman modern tetap membutuhkan semangat juang yang sama. Baik dalam dakwah, pendidikan, atau pembangunan umat, kita bisa mengambil inspirasi dari Thariq bin Ziyad untuk terus berusaha dan berjuang demi kejayaan Islam di dunia ini.*/Mahmud Budi Setiawan
No comments:
Post a Comment