Ibnu Haitham, Bapak Optik Muslim yang Menginspirasi Newton Hingga Galileo

Buku optiknya menjadi acuan utama ilmuwan Eropa abad pertengahan. Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan Ibnu Haitham (ilustrasi).
Foto: Muslim-academy.com
Pada  era keemasan Islam, Abu Ali al‑Hasan ibnu al‑Haitham, yang dikenal di Barat sebagai Alhazen, mengubah paradigma ilmu pengetahuan. Ia dikenal sebagai sosok yang menyatukan matematika, fisika, dan eksperimen nyata. Ia mewujudkan metode empiris sejak abad ke‑11.

Dalam penjelasan Kitab al-Manazir (buku optik) yang diunggah aramcoworld, Ibnu Haitham mendemonstrasikan secara sistematis prinsip camera obscura, sebuah ruangan gelap dengan lubang kecil yang memproyeksikan citra dunia luar secara terbalik. Observasi ini menjadi fondasi bagi pengembangan kamera dan teori visi modern.

Ia juga membuktikan cahaya bergerak melalui garis lurus dengan mengamati lilin yang melewati jendela ke dinding gelap, menyimpulkan teknik dasar optik dan persepsi visual.

Ibnu Haitham mengembangkan metode ilmiah yang terdiri dari observasi sistematis, identifikasi masalah, hipotesis matematis, eksperimen langsung, analisis hasil, serta kesimpulan dan publikasi hasil.

Proses ini mirip sekali dengan metode ilmiah modern, dan mendahului Roger Bacon dan ilmuwan Eropa lainnya hingga ratusan tahun.

Keyakinannya hanya melalui eliminasi pendapat pribadi dan bukti empiris manusia bisa mencapai kebenaran membuatnya dikenal sebagai sosok skeptis dan religius sekaligus, menganggap bahwa hanya Tuhan yang sempurna, sehingga manusia harus bergantung pada data, bukan asumsi.

photo
Jam Air Al-Haitham - (muslimheritage.com)

Karya Ibnu Haitham memiliki pengaruh besar. Buku optiknya tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi acuan utama para ilmuwan Eropa abad pertengahan, termasuk Bacon, Kepler, Newton, dan Galileo. Eksperimen tentang refraksi dan refleksi membantu munculnya kacamata di Italia pada abad ke‑13, serta teleskop pada abad ke‑16–17,

Penerima Kuwait Prize 2014, Nader El‑Bizri menyebut, sedekat itulah karya Ibnu Haitham kepada ilmuwan modern, bahkan model eksperimental dan pendekatan geometrisnya terasa sangat akrab bagi para astronom masa kini.

Saat ini, konsep tentang galaksi, dark matter, dan geometri visual masih berakar pada pendekatan yang sama, seperti observasi, pemrosesan matematis, dan eksperimen. 

Astronom masa kini, seperti Burçin Mutlu‑Pakdil, yang menjuluk galaksi PGC1000714 sebagai “Burçin galaxy”, menyadari bahwa metode dasar yang digunakan para ilmuwan modern sejalan dengan semangat Ibnu Haitham dalam menguji teori dengan bukti nyata, meski peralatannya kini jauh lebih canggih. 

Ibnu Haitham tidak hanya menaruh dasar bagi ilmu optik tetapi juga tempat penting dalam sejarah metode ilmiah. Pendekatan rigornya yang memadukan matematika, filosofi, observasi, dan eksperimen membuatnya layak dijuluki "bapak ilmu modern".

Kepiawaiannya dalam merumuskan dan membuktikan teori melalui eksperimen langsung menjadikannya figur yang relevan hingga sekarang, membuktikan bahwa dalam sains, //testing really is believing//.rol

No comments: