Kisah Pengembara Badui di Sirat Bani Hilal, Warisan Sastra Arab yang Terancam Punah

Taha Hussein rela menyelinap untuk mendengar dongeng 'Sirat Bani Hilal' Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan Ilustrasi Padang Pasir
Foto: Pixabay
Dunia Arab menyimpan banyak kisah klasik yang diwariskan lintas generasi. Salah satunya adalah Sirat Bani Hilal, sebuah karya sastra tradisional yang mengisahkan perjalanan suku Badui dari Bani Hilal. Cerita rakyat ini dipentaskan sejak abad ke-14, dinyanyikan dalam bentuk syair oleh para penyair dengan iringan musik perkusi.

Lebih dari sekadar hiburan, Sirat Bani Hilal merekam sejarah, adat istiadat, simbolisme, hingga tradisi masyarakat Arab. Epos ini terbagi dalam tiga bagian: asal-usul dan migrasi dari Jazirah Arab, kehidupan di Mesir dan Suriah, serta invasi ke Afrika Utara hingga Atlantik pada abad ke-11.

Bapak Sastra Mesir, Taha Hussein, mengenang masa kecilnya yang rela menyelinap hanya untuk mendengarkan dongeng dalam "Sirat Bani Hilal: Romansa Orang-Orang Bulan Sabit". Dari epos inilah ia mengenal tokoh-tokoh legendaris seperti Abu Zayd, Khalifa, dan Dhi’ab yang digambarkan penuh keberanian dan kepahlawanan.

Menurut Hussein, saat Sirat Bani Hilal dibacakan, pendengarnya akan terdiam karena terpesona dengan kisah tokoh-tokoh Bani Hilal.

"Kemudian sang penyair akan mulai membaca dengan nada yang sangat manis tentang karakter Abu Zayd, Khalifa dan Dhi'ab, dan para pendengarnya akan tetap diam kecuali ketika mereka merasa gembira atau ketika ada yang mengejutkan mereka," kata Hussein dalam bukunya The Days: An Egyptian Childhood yang diterbitkan pada 1932.

 

photo
Ilustrasi: Jazirah Arab, lokasi yang diduga menjadi muasal paling pertama masuknya Islam ke Nusantara. - (wikipedia)

Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi ini semakin meredup. Banyak pendongeng telah menua tanpa penerus, sementara masyarakat lebih memilih hiburan modern. Richard Hamilton dalam bukunya The Last Storytellers mencatat bahwa pada 1970 masih ada 18 pendongeng di Maroko. Kini, jumlahnya tinggal segelintir orang tua yang hampir pensiun.

Meski begitu, Sirat Bani Hilal tetap meninggalkan jejak mendalam. Pada 2003, UNESCO menetapkannya sebagai salah satu Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Umat Manusia. Upaya pelestarian pun dilakukan, mulai dari pengumpulan manuskrip, dokumentasi film, hingga adaptasi seni pertunjukan modern.

Yang menarik, Sirat Bani Hilal juga menampilkan tokoh perempuan kuat bernama Jazia. Ia digambarkan bukan hanya cantik, tetapi juga cerdas, berani mengambil keputusan, bahkan memimpin pasukan. Sosok ini menegaskan bahwa peran perempuan sudah diakui dalam tradisi lisan Arab sejak berabad-abad lalu.

Dari Mesir hingga Yaman, Tunisia hingga Arab Saudi, kisah Bani Hilal pernah menyala di kafe, perayaan Ramadan, hingga pesta pernikahan. Kini, jejaknya lebih banyak ditemukan di buku, film, atau catatan para pengembara asing ketimbang di panggung rakyat tempat ia dahulu hidup.rol 

No comments: