Tarekat Naqsyabandiyah dan Pemberontakan Suku Sasak di Lombok Dalam Catatan Belanda
Pulau Lombok dan Sidoharjo memiliki keterkaitan dengan tarekat Naqsyabandiyah.
Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil

Pada tahun 1891, terjadilah pemberontakan hebat dari kaum Muslim suku Sasak di Lombok melawan orang-orang Bali yang menguasai sebagian besar pulau tersebut. Berbeda dengan pemberontakan-pemberontakan sebelumnya, pemberontakan suku Sasak ini tidak mudah dipadamkan.
Antropolog asal Belanda, Martin van Bruinessen dalam bukunya The Tarekat Naqsyabandiyah in Indonesia menerangkan bahwa pemberontakan suku Sasak berlangsung terus sampai tahun 1894, ketika Belanda mengirim pasukan militernya untuk campur tangan dan berhasil mengakhiri kekuasaan Bali atas pulau Lombok.
Dalam catatan Martin van Bruinessen, pusat pemberontakan itu berada di Praya dan pucuk pimpinannya adalah Guru Bangkol, seorang bangsawan setempat. Kemudian Belanda mengetahui identitas Guru Bangkol adalah seorang guru tarekat Naqsyabandiyah.
Sumber-sumber Belanda semuanya mengatakan Guru Bangkol menganut tarekat Naqsyabandiyah, tetapi sanak saudara Guru Bangkol yang diwawancarai Martin van Bruinessen mengatakan bahwa yang sebenarnya adalah tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Pada masa pemberontakan yang dilakukan suku Sasak, pemerintah kolonial Belanda menemukan banyak pemuka suku Sasak lainnya adalah murid-murid Guru Bangkol. Tampaknya tarekat Naqsyabandiyah di sana merupakan faktor penting dalam pemberontakan, demikian pandangan Belanda waktu itu.
Sumber awal informasi yang didapat Belanda yang utama dari seorang pedagang Arab di Ampenan. Selanjutnya, setelah ekspedisi militer, sumber mereka adalah Kontrolir Belanda, Engelenberg.
Ketika terjadi pemberontakan tahun 1888 di Banten yang dilakukan para kiai dan haji pengikut tarket Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, Engelenberg berada di sana. Pengalaman itu membuat Engelenberg menanamkan benih kecurigaan yang kuat dalam dirinya terhadap tarekat.
Ketika diperhatikannya bahwa para pemimpin pemberontakan Sasak pun ada kaitannya dengan tarekat, Engelenberg merasa berkewajiban mengingatkan atasannya akan bahaya yang diakibatkan oleh organisasi itu. Dalam salah satu laporannya tentang sebab-musabab pemberontakan tersebut, Engelenberg menulis seperti ini:
Laporan Kontrolir Belanda Engelenberg terkait Tarekat:
Ke-karamah-an yang melekat pada guru-guru tarekat itu, dan pengaruh terbadap para murid mereka yang bersumber dari ke-karamahan-nya itu serta kepercayaan bahwa mereka memiliki ilmu gaib, dan kesalehan yang disebarluaskan di antara massa pengikutnya begitu menariknya, sampai-sampai mereka pun tak membatasi diri dalam memilih pengikut. Siapa pun diterima, dan setiap orang lalu terpengaruh oleh gejolak kebenaran dalam diri serta gejolak rasa benci kepada orang kafir yang merupakan ciri setiap Muslim yang berpikiran sempit. Impian akan adanya satu negara Islam, umat yang beroleh berkah Allah, mengandung kejijikan dan ketidaksukaan terhadap orang kafir.
Bahaya itulah yang merupakan ancaman dari tarekat terhadap negara bukan Islam. Jadi, bukanlah tarekat itu sendiri yang berbahaya, tetapi pengaruhnya terhadap massa rakyat yang dibangkitkan gairahnya oleh tarekat tersebut.
Coba biarkan seorang guru leluasa mengkhianati negara dan mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah, massa rakyat akan mengikutinya seperti domba mengikuti sang gembala.
Benarkah Tarekat Mengancam Pemerintah Kolonial?
Martin van Bruinessen menuliskan dalam bukunya bahwa bukan maksud dirinya untuk membicarakan betulkah tarekat itu mengancam kekuasaan kolonial. Di sini ia tertarik akan reaksi Belanda. Orang semacam Engelenberg, karena pengalamannya dengan pemberontakan-pemberontakan rakyat, mencap tarekat sebagai musuh utama kekuasaan Belanda.
Akibatnya, para guru tarekat dan pengikut-pengikutnya yang tidak pernah terlibat dalam kerusuhan politik pun ikut dicurigai. Di mana-mana pejabat Belanda jadi lebih berjaga-jaga dan secara aktif mencari informasi mengenai kegiatan-kegiatan tarekat.
Dalam pemberontakan-pemberontakan yang terjadi kemudian, Belanda berusaha mengetahui apakah tarekat ikut terlibat. Jika memang terlibat mereka tidak menganggap enteng pemberontakan tersebut. rol




No comments:
Post a Comment