Nabi-nabi Palsu Bermunculan, Bagaimana Umat Islam Harus Bersikap?
Di zaman modern ini terdapat beberapa orang pengaku kenabian. Pengakuan itu menjadi pertanda dari fenomena akhir zaman. Foto ilustrasi/ist
Di zaman modern ini terdapat beberapa orang pengaku kenabian. Pengakuan itu menjadi pertanda dari fenomena akhir zaman . Lantas bagaimana umat Islam harus bersikap dari viralnya kesesatan nabi-nabi palsu ini? Simak ulasannya berikut ini.
Baru-baru ini, seorang pria asal Ghana bernama Ebo Noah mendadak jadi perbincangan dunia maya. Ia mengaku sebagai nabi dan mengklaim tengah mempersiapkan umat manusia menghadapi kiamat yang disebutnya akan terjadi pada Natal 2025. Bahkan, Ebo Noah mengatakan telah membangun delapan bahtera kayu raksasa di wilayah Kumasi, Ghana. Menurutnya, kapal-kapal itu dirancang untuk menyelamatkan manusia dan hewan dari banjir global yang disebut tinggal hitungan minggu. Kisah ini bermula dari mimpi, Ebo Noah mengaku didatangi Tuhan dalam tidurnya.
Sebelumnya, juga muncul nabi palsu lainnya yang mengklaim sebagai nabi akhir zaman. Di India pernah muncul Mirza Ghulam Ahmad yang dipandang oleh para pengikutnya (versi Qadianis, dan bukan bersi Lahore) sebagai seorang Nabi. Namun dalam beberapa penjelasan terdapat penegasan bahwa kenabian Mirza adalah jenis "kenabian kecil" (minor prophethood), karena ia hanya bertugas meneruskan dan menghidupkan kembali pesan suci Nabi besar Muhammad SAW. Pengikutnya membentuk gerakan Ahmadiyah.
Di Amerika muncul seorang bernama Joseph Smith, yang oleh para pengikutnya dari Kristen sekte "The Church of Jesus Christ of Latter-Day Saint" (kaum "Mormon") juga dianggap sebagai Nabi. Hanya saja, sama halnya dengan hubungan Mirza dengan Nabi MuhammadSAW, Smith pun mengaku "hanya" meneruskan dan menghidupkan kembali ajaran Isa al-Masih as, khususnya berkenaan dengan kitab sucinya yang "hilang," yang disampaikan oleh Isa al-Masih kepada penghuni kuno kedua benua Amerika (Utara dan Selatan), yaitu Buku Mormon (The Book of Mormon).
Suatu penuturan dalam pengantar Buku Mormon itu terbaca demikian: Buku Mormon adalah suatu jilid dari kitab suci yang sebanding dengan Bibel. Ia merupakan catatan urusan Tuhan dengan penghuni kuna kedua benua Amerika dan, sebagaimana Bibel, memuat pemenuhan gospel yang abadi.
Bagaimana Sikap Umat Islam?
Klaim kenabian atau, apalagi, kerasulan, akan menimbulkan masalah dalam masyarakat, karena logika setiap klaim kenabian atau kerasulan tentu menuntut kepada setiap orang untuk menerima, membenarkan dan "beriman" kepada pengaku itu. Lantas bagaimana umat Islam harus bersikap?
Ustaz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari menjelaskan, di antara keyakinan di dalam agama Islam yang tidak dapat diganggu gugat adalah bahwa nabi Muhammad bin Abdullah Al-Hasyimi Al-Qurasyi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah kepada seluruh bangsa di dunia, dari kalangan jin dan manusia.
"Dan bahwa beliau adalah penutup seluruh para nabi dan rasul, tidak ada lagi nabi dan rasul setelah beliau. Maka barangsiapa mengaku sebagai nabi atau rasul, pembawa syari’at baru atau tanpa syari’at baru, setelah nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau membenarkan pengakuan seseorang sebagai nabi, sesungguhnya ikatan Islam telah lepas dari dirinya,"jelas Ustaz Abu Isma'il dalam tulisannya yang dilansir dalamislam.
Akan tetapi, hikmah Allah telah menetapkan bahwa Dia akan menguji keimanan hamba-hambanya dengan memunculkan orang-orang yang mengaku sebagai nabi setelah nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagi orang yang memiliki ilmu warisan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka peristiwa itu akan menambah keyakinan dan keimanannya terhadap kebenaran nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan agama yang beliau bawa. Karena memang fenomena akan munculnya para dajjal (pendusta) yang mengaku sebagai nabi itu telah diberitahukan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di masa kehidupannya.
Agar kaum muslimin selamat dari kesesatan yang dapat mengeluarkan mereka dari agamanya ini, berikut pemahaman yang harus ditanamkan pada umat :
1. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam utusan Allah kepada seluruh manusia.
Allah berfirman:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِ وَيُمِيتُ فَئَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. [QS Al-A’raf/7 : 158]
وَ مَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. [Saba/34 :28]
2. Barangsiapa –dari bangsa atau agama apapun juga- telah mendengar dakwah nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian tidak beriman kepada agama beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia akan menjadi penghuni neraka, kekal di dalamnya, selama-lamanya.
3. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup seluruh para nabi, tidak ada lagi nabi setelah beliau.
Allah berfirman:
مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Ahzaab/33 : 40]
Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah berkata: “Sesungguhnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi, pemimpin orang-orang yang bertakwa, dan penghulu para rasul”. Beliau juga berkata: “Segala pengakuan Nabi sesudah baliau adalah kesesatan dan (mengikuti) hawa nafsu”.
Imam Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata: “Ketika terbukti bahwa beliau adalah penutup para Nabi, maka dapat diketahui bahwa siapapun yang mengaku Nabi sesudahnya adalah pendusta”.
4. Wahyu Telah Terputus
Ketika kenabian telah ditutup dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dengan wafatnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, wahyu telah terputus dari langit.
Rasulullah Shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:
لَمْ يَبْقَ مِنَ النُّبُوَّةِ إِلَّا الْمُبَشِّرَاتُ قَالُوا وَمَا الْمُبَشِّرَاتُ قَالَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ
Tidak tersisa dari kenabian kecuali al-mubasysyirat (perkara-perkara yang memberikan berita gembira). Para sahabat bertanya: “Apakah al-mubasysyirat itu?”, beliau menjawab: “Mimpi yang baik”. [R. Bukhari, kitab: Ta’bir, no:6990, dari Abu Hurairah]
Hadis ini dengan nyata menunjukkan bahwa wahyu tidak tersisa lagi setelah beliau wafat, karena adanya kenabian itu dengan wahyu.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullh berkata: “Nabi Allah adalah orang yang diberi berita oleh Allah. Maka apa saja yang Allah beritakan itu adalah haq (benar dan bermanfa’at), sidhq (benar, sesuai dengan kenyataan), tidak ada kedustaan, atau kekeliruan, atau sengaja (dusta)”.
Allah Ta’ala berfirman:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan Rabbmu mewahyukan (maksudnya: memerintahkan) kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia“. [QS An-Nahl/16 : 68]
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَأَوْحَيْنَآ إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ
"Dan Kami wahyukan (maksudnya: ilhamkan) kepada ibu Musa: “Susuilah dia…” [Al-Qashas/28 : 7]
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا
Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu (maksudnya: ilham atau yang semaknanya) [QS Asy-Syuura/42 : 51]
Perkataan wahyu pada ayat ini mencakup wahyu (kepada) para nabi dan kepada selain nabi, seperti muhaddats, orang yang mendapatkan ilham. Sebagaimana tersebut di dalam Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Muslim) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
قَدْ كَانَ فِي الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ مُحَدَّثُوْنَ فَإِنْ يَكُنْ فِي أُمَّتِي أَحَدٌ فَعُمَرُ مِنْهُمْ
Sesungguhnya pada umat-umat dahulu sebelum kamu ada muhaddatsun (orang-orang yang diberi pembicaraan oleh Allah, padahal mereka bukan nabi), jika ada seseorang di kalangan umatku, maka Umar termasuk mereka.(HR Bukhari dan Muslim)
Ringkasnya bahwa wahyu menurut istilah agama adalah: pemberitahuan secara rahasia (bisikan) dari Allah kepada nabiNya, yang berupa syara’ (agama; peraturan; sesuatu yang harus diyakini beritanya dan ditaati perntahnya serta dijauhi larangannya), yang pasti kebenarannya.
Wahyu ini khusus diberikan oleh Allah kepada nabiNya, dan dengan wafatnya nabi dan rasul terakhir, nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka terputuslah berita dari langit tersebut.
Tanda-tanda Kiamat Kecil
Termasuk kesempurnaan agama Islam ini adalah bahwa tidak ada satu kebaikanpun yang dapat mendekatkan ke surga, dan menjauhkan dari neraka, kecuali telah diperintahkan atau dianjurkan kepada umat. Demikian pula tidak ada satu keburukkan-pun yang dapat menjauhkan dari sorga, dan mendekatkan ke neraka, kecuali umat telah dilarang atau diperingatkan darinya.
Dan termasuk keburukan tersebut adalah akan munculnya para pembohong yang mengaku sebagai nabi, hal itu termasuk tanda-tanda kecil hari kiamat, sebagaimana telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبًا مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
“Tidak akan datang hari kiamat sehingga dibangkitkan pembohong – pembohong besar yang jumlahnya mendekati tigapuluh orang, masing – masing mengaku sebagai utusan Allah.” [HSR. Bukhari, Kitab Al-Manaqib, Bab: ‘Alamatan-Nubuwwah; Muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyroth As-Sa’ah, dari Abu Hurairah]
Dalam hadis yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي
“Tidak akan datang kiamat sehingga beberapa qabilah dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan sehingga mereka menyembah berhala-berhala. Dan sesungguhnya akan ada di kalangan umatku ini tiga puluh orang pembohong besar yang masing-masing mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sama sekali sesudahku.” [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Tsauban, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no: 7295]
Al-Hafizh Ibnu hajar Al-‘Asqalani rahimahullah mengomentari tentang jumlah tiga puluh nabi palsu tersebut dengan perkataannya: “(Jumlah 30) yang dimaksudkan di dalam hadits tersebut bukanlah untuk semua orang yang mengaku sebagai nabi secara mutlak. Karena jumlah mereka sebenarnya tak terbatas; tetapi yang dimaksud dengan jumlah dalam hadis tersebut ialah untuk orang yang mengaku menjadi nabi dan memiliki kekuasaan, serta menimbulkan syubhat (kesamaran)”
Wallahu A'lam
(wid)
Widaningsih




No comments:
Post a Comment