Darah Pemenggalan Raja Louis XVI Terkandung dalam Kendi Tua
Kendi berbentuk labu ini sempat menyimpan saputangan yang dicelupkan ke dalam darah Louis XVI sesaat setelah dieksekusi mati.
Ilmuwan menemukan sebuah kendi berbentuk labu yang mengandung jejak darah Raja Prancis Louis XVI. Melalui Jurnal Forensic Science International yang diterbitkan pada 30 Desember 2012 lalu, para ilmuwan mengonfirmasi bahwa jejak DNA pada kendi labu yang berhiaskan wajah tokoh revolusioner Prancis, memiliki keterkaitan dengan rajanya terdahulu.
Dalam jurnal tersebut, para ilmuwan menegaskan bahwa DNA yang ada dalam kendi tersebut adalah milik Raja Louis XVI. Hal ini mereka pastikan setelah melakukan perbandingan dengan nenek moyang Raja Louis XVI yakni Raja Henry IV.
Raja terakhir disebut sebenarnya meninggal dalam keadaan utuh. Henry IV lahir 1553 dan menjadi raja di tahun 1589 dengan predikat "Good King Henry." Namun, pada tahun 1610 seorang Katolik fanatik membunuhnya kemudian tubuhnya dibalsem dan dikuburkan di utara Paris.
Tapi ketika Revolusi Prancis pecah, para penjarah menodai makam raja, salah satunya makam Henry IV. Mereka pun memenggal kepala jenazah sang Good King Henry.
"Kami memiliki potongan dari dua raja tersebut (Raja Louis XVI dan Henry IV) yang tersebar di berbagai tempat di Eropa," kata penulis studi Carles Lalueza-Fox, seorang peneliti paleogenom di Pompeu Fabra University di Spanyol.
Pada tahun 2010, peneliti telah menggunakan rekonstruksi wajah untuk meyatakan kepala tersebut milik Raja Henry IV. Namun, DNA yang diambil telah terkontaminasi dan tidak ada DNA pembanding. Sehingga sulit untuk menganalisa dan mendapatkan kesimpulan yang definitif.
Sementara itu, lebih dari 200 tahun yang lalu Raja Prancis Louis XVI dibunuh bersama istrinya, Marie Antoinette dengan guillotine. Sebuah legenda mengatakan, saat eksekusi ada seseorang yang menggunakan saputangan untuk menyerap darah raja yang telah mati.
Saputangan ini kemudian disimpan dalam sebuah kendi berbentuk labu dan akhirnya dimiliki oleh keluarga kaya di Italia.
Teks pada kendi labu tersebut menceritakan kisah mengerikan: "Pada tanggal 21 Januari, Maximilien Bourdaloue mencelupkan saputangan dalam darah Louis XVI setelah pemenggalan kepalanya."
Tahun ini para ahli forensik yang awalnya mempelajari penggalan kepala mumi milik Raja Henry IV, mengirim DNA kepada tim peneliti. DNA baru ini tidak rusak parah sehingga Lalueza-Fox dan rekan-rekannya bisa mendapatkan bagian dari kromosom Y, yakni kromosom yang sering digunakan untuk mengidentifikasi garis keturunan laki-laki.
Dengan membandingkan kromosom Y di kedua sampel, tim menyimpulkan bahwa kedua orang itu 250 kali lebih mungkin terkait genetik dibandingkan tidak memiliki kaitan. Kedua sampel memiliki varian genetik karakteristik wilayah Bourbon Prancis, dan mereka varian yang sangat jarang terjadi di Eropa saat ini.
Mengingat sejarah di balik sampel, temuan baru ini mengonfirmasi bahwa kedua darah kering ialah milik Raja Louis XVI sekaligus memverifikasi bahwa penggalan kepala yang dibalsem ialah milik Raja Henry IV.
(Zika Zakiya/Umi Rasmi. Live Science)
Dalam jurnal tersebut, para ilmuwan menegaskan bahwa DNA yang ada dalam kendi tersebut adalah milik Raja Louis XVI. Hal ini mereka pastikan setelah melakukan perbandingan dengan nenek moyang Raja Louis XVI yakni Raja Henry IV.
Raja terakhir disebut sebenarnya meninggal dalam keadaan utuh. Henry IV lahir 1553 dan menjadi raja di tahun 1589 dengan predikat "Good King Henry." Namun, pada tahun 1610 seorang Katolik fanatik membunuhnya kemudian tubuhnya dibalsem dan dikuburkan di utara Paris.
Tapi ketika Revolusi Prancis pecah, para penjarah menodai makam raja, salah satunya makam Henry IV. Mereka pun memenggal kepala jenazah sang Good King Henry.
"Kami memiliki potongan dari dua raja tersebut (Raja Louis XVI dan Henry IV) yang tersebar di berbagai tempat di Eropa," kata penulis studi Carles Lalueza-Fox, seorang peneliti paleogenom di Pompeu Fabra University di Spanyol.
Pada tahun 2010, peneliti telah menggunakan rekonstruksi wajah untuk meyatakan kepala tersebut milik Raja Henry IV. Namun, DNA yang diambil telah terkontaminasi dan tidak ada DNA pembanding. Sehingga sulit untuk menganalisa dan mendapatkan kesimpulan yang definitif.
Sementara itu, lebih dari 200 tahun yang lalu Raja Prancis Louis XVI dibunuh bersama istrinya, Marie Antoinette dengan guillotine. Sebuah legenda mengatakan, saat eksekusi ada seseorang yang menggunakan saputangan untuk menyerap darah raja yang telah mati.
Saputangan ini kemudian disimpan dalam sebuah kendi berbentuk labu dan akhirnya dimiliki oleh keluarga kaya di Italia.
Teks pada kendi labu tersebut menceritakan kisah mengerikan: "Pada tanggal 21 Januari, Maximilien Bourdaloue mencelupkan saputangan dalam darah Louis XVI setelah pemenggalan kepalanya."
Tahun ini para ahli forensik yang awalnya mempelajari penggalan kepala mumi milik Raja Henry IV, mengirim DNA kepada tim peneliti. DNA baru ini tidak rusak parah sehingga Lalueza-Fox dan rekan-rekannya bisa mendapatkan bagian dari kromosom Y, yakni kromosom yang sering digunakan untuk mengidentifikasi garis keturunan laki-laki.
Dengan membandingkan kromosom Y di kedua sampel, tim menyimpulkan bahwa kedua orang itu 250 kali lebih mungkin terkait genetik dibandingkan tidak memiliki kaitan. Kedua sampel memiliki varian genetik karakteristik wilayah Bourbon Prancis, dan mereka varian yang sangat jarang terjadi di Eropa saat ini.
Mengingat sejarah di balik sampel, temuan baru ini mengonfirmasi bahwa kedua darah kering ialah milik Raja Louis XVI sekaligus memverifikasi bahwa penggalan kepala yang dibalsem ialah milik Raja Henry IV.
(Zika Zakiya/Umi Rasmi. Live Science)
No comments:
Post a Comment