Henk Ngantung, Pernah Menjadi “Gubernur DKI Jakarta”

foto : 2.bp.blogspot.com

Sejarah pernah mencatat bahwa DKI Jakarta pernah di Pimpin seorang seniman dan juga dari golongan Minoritas, yakni Hendrik Hermanus Joel Ngantung alias Henk Ngantung. Sebelum diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 1964, Henk Ngantung menjabat sebagai Wakil Gubernur (1960-1964).


Putra Kawanua kelahiran 1 Maret 1921 ini menjadi gubernur Jakarta sejak 27 Agustus 1964 hingga16 Juli 1965. Menjadi Gubernur DKI Jakarta karena ditunjuk oleh Presiden Soekarno, karena Soekarno percaya Henk Ngantung bisa membangun Jakarta sebagai kota Budaya. dan bakat artistik yang dimiliki Ngantung dianggapnya cocok untuk merealisasikan keinginannya.



Foto : data:image/jpeg

Pengangkatannya ini sempat menuai protes karena Ngantung tergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) dan dianggap sebagai antek PKI. Peristiwa G 30 S PKI pun mengakhiri karir pemerintahan Henk. Semasa menjadi Wakil Gubernur keberadaan Henk Ngantung tidaklah terlalu dipersoalankan, mungkin pertimbangannya saat itu jabatan wakil gubernur bukanlah jabatan yang strategis, dan terbukti Henk bisa menjabat selama empat tahun.


Pelukis adalah cita-citanya sejak dia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Hingga beranjak remaja Ngantung bertemu dengan sejumlah pelukis kenamaan seperti Affandi dan tokoh lukis lain yang tergabung dalam Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Organisasi ini merupakan gerakan nasionalisme di bidang seni rupa.



Tapi siapa yang nyangka kalau seorang Pelukis seperti Henk Ngantung bisa menjadi Kepala Daerah Khusus Ibu Kota. Ini semata karena kepercayaan dan keyakinan seorang Soekarno pada kemampuan seorang Henk Ngantung. Karir Politik Ngantung dimulai pada 1957, saat ia duduk di berbagai Panitia maupun Lembaga Negara. Di luar dugaan dia diangkat menjadi Wakil Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1960-1964), kemudian ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Gubernur DKI (1964-1965).


Sebagai seorang seniman Heng Ngantung meninggalkan karya monumental antara lain, sketsa Tugu Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia (HI) yang sekarang menjadi Tugu Selamat Datang dan lambang Kostrad TNI. Peninggalan terakhir Ngantung adalah sketsa bertajuk Ibu & Anak di Kalimantan, yang kini disimpan di salah satu tempat pelelangan, di London, Inggris.




Inilah sekelumit cerita tentang sosok Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta dari golongan Minoritas, yang selalu menjadi problem setiap kali ada Suksei Kekuasaan. Bagaimana pun sejarah tidaklah bisa dihapus begitu saja. Sejarah adalah catatan realitas suatu keadaan yang memang pernah terjadi. Semoga kita bisa memetik hikmah dari sebuah kenyataan sejarah.


Tulisan ini saya kutip dari berbagai sumber, baik buku maupun dari media Online.


Ajinatha

No comments: