Zakariyya Ar Razi; Teladan para Dokter
Ia tidak ingin menggunakan dunia
kedokteran untuk sarana mencari penghasilan dan mengumpulkan kekayaan.
Dunia kedokteran dipandangnya sebagai sarana untuk menolong orang yang
membutuhkan pertolongan.”
Memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakariyya Ar-Razi atau yang dijuluki Rhazes di dunia Barat. Ar-Razi Lahir di Rayy, Teheran Sekitar tahun 865 M dan wafat sekitar tahun 313 H/925 M dalam usia 62 Tahun di kota kelahirannya, Rayy[1]. Ketika usia muda, Ia sangat menggemari musik, terutama kecapi dan mahir memainkan harpa. Ketika dewasa mulai menekuni filsafat, matematika, kimia, dan kesusastraan. Ia dibesarkan oleh keluarga yang sangat kental dengan agama.
Ia pernah belajar dan bekerja dalam bidang kimia dibawah bimbingan Hunayn ibn Ishak (809-877 M)[2]. Ar-Razi dikenal sebagai ilmuwan yang sangat terampil dalam melakukan proses-proses kimia, seperti distilisasi[3], kristilisasi[4], filtrasi[5], sublimasi[6], kalsinasi[7], sintesa-sintesa dan proses analisis lainnya. Dalam bidang ini, Ar-Razi merupakan ilmuwan yang pertama kali mengklasifikasikan berbagai zat kimia ke dalam tiga bagian, yaitu mineral, hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan asumsi bahwa hewan dan tumbuhan juga mengandung unsur kimia.
Ar-Razi juga ilmuwan yang pertama kali menemukan Air Raksa (Hg) yang banyak digunakan dalam kegiatan dunia kedokteran. Saat ini Air Raksa juga banyak digunakan dalam termometer atau barometer walaupun sudah mulai tergantikan dengan alat ukur modern karena pertimbangan sifat toksisitasnya. Di Eropa, Raksa arau Merkuri baru dikenal pada masa Czar Rusi Alexei Mikhailovitsy yang memerintah pada 1645-1676 M.
Begitu gemilangnya Ar-Razi ketika mendalami dan menciptakan sesuatu dalam bidang Kimia. Namun, ternyata dia harus meninggalkan dunia tersebut karena mengalami pelemahan pada alat penglihatannya yang diakibatkan karena eksperimen-eksperimen kimia yang dilakukannya. Lantas, hal itu mengharuskannya pergi ke seorang dokter. Ketika ia mendatangi dokter, dokter tersebut meminta sekitar lima ratus dinar sebagai bayaran atas pelayanan medisnya. Ia menyimpulkan bahwa dunia kedokteran telah dijadikan alat untuk menghimpun kekayaan. Ar-Razi mengatakan, “Ini adalah suatu bencana, Aku tidak ingin seperti itu.” Kejadian itu mulai mendorong Ar-Razi untuk menekuni dunia kedokteran.
Keseriusannya dalam menekuni dunia kedokteran membuat Ar-Razi melesat menjadi seorang yang dikenal sebagai dokter muslim terkemuka. Bahkan, menjelang usia 30 tahun Ia dipercaya sebagai pemimpin sebuah rumah sakit yang dikenal sebagai pusat pendidikan dan penelitian kedokteran di daerah Rayy. Jabatan itu diberikan oleh Gubernur Rayy yang bernama Manshur bin Ishaq bin Ahmad bin Azad yang memerintah di Rayy pada tahun 290-296 H/902-908 M.
Setelah selesai memimpin rumah sakit di Rayy, ia juga dipercaya sebagai kepala rumah sakit di Baghdad. Pada zaman itu, Ia terkenal sebagai dokter yang paling andal. Berkat keahliannya di dalam bidang kimia, ia berhasil menggunakan kimia sebagai pendukung kegiatan kedokterannya. Ia juga orang yang pertama kali menyatakan bahwa kestabilan kondisi jasmani sangat terpengaruh oleh keadaan kondisi jiwa. Teori tersebut merupakan teori yang digunakan dalam dunia kedokteran modern. Tidak heran Ia dikenal sebagai salah satu bapak kedokteran modern.
Ar-Razi memiliki banyak khazanah yang sangat bermanfaat bagi manusia. Ialah yanng pertama kali melakukan pengobatan dengan cara pemanasan saraf, Ia juga yang pertama kali mendiagnosaHypertensi (Darah Tinggi), Ia juga yang pertama kali mengemukakan metode pengobatan kai atau yang sekarang amat populer dengan akupuntur. Yaitu dengan cara menusuk titik tertentu dengan besi runcing yang dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana. Dalam beberapa karyanya, ia juga berbicara tentang pendiagnosaan penyakit cacar, penyakit pada anak-anak, dan Injeksi Urethral.
Khazanah lain yang tidak kalah pentingnya, adalah mengenai kepribadiannya. Sebagai seorang dokter, Ar-Razi dikenal sebagai dokter yang pemurah. Ia memperlakukan orang miskin dengan baik dan mengobati mereka tanpa menerima imbalan apapun. Ini sangat relevan dengan apa yang dicita-citakannya semasa awal mencanangkan diri untuk menekuni dunia kedokteran. Ia tidak ingin menggunakan dunia kedokteran untuk saran mencari penghasilan dan mengumpulkan kekayaan. Dunia kedokteran dipandangnya sebagai saran untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
Ar-Razi adalah seorang ilmuwan yang sangat produktif dalam menuliskan hasil-hasil penemuannya. Selama hidupnya, tak kurang dari 232 buah karya telah Ia tulis. Karya-karya tersebut mencakup berbagai bidang, seperti Kimia, Kedokteran, Astronomi, Sejarah, Teologi, Etika dan Filsafat. Selain itu, Ar-Razi juga menulis buku tentang materi, ruang, nutrisi, waktu, gerak dan optik.
Setelah 50 tahun wafatnya Ar-Razi, buku Al-Hawi tersisa hanya 2 jilid. Barulah ketika pihak kerajaan kristen eropa mulai merasakan betapa pentingnya buku Al-Hawi bagi kesehatan para keluarga kerajaan, dicarilah dan ditemukan jilid lainnya di berbagai museum di eropa. Raja Charles I memerintahkan agar Al-Hawi diterjemahkan ke dalam bahasa latin yang pada saat itu menjadi bahasa resmi ilmu pengetahuan di eropa. Penerjemahan tersebut dilaksanakan oleh Faray bin Salim[8] dan Gir Farragut. Al-Hawi ini disalin dalam bahasa latin dengan menggunakan nama Continens dan menjadi rujukan utama dalam bidang ilmu pengetahuan di Eropa di sepanjang abad ke-17.
Daftar Pustaka
Natsir Arsyad, Muhammad. 1990. Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah dari Ibnu Jabir Hingga Abdus Salam. Bandung: Penerbit Mizan.
Asti, Badiatul Muchlisin dan Junaidi Abdul Munif. 2009. 105 Tokoh Penemu dan Perintis Dunia. Yogyakarta: Narasi.
Anshari, Saifuddin. 2004. Wawasan Islam:pokok-pokok pikiran tentng paradigma dan sistem islam. Depok: Gema Insani.
Hamdi, Ahmad Zainul. 2004. Tujuh Filsuf Muslim Pembuka Pintu Gerbang. Yogyakarta: Lkis.
[1] Sebelumnya dikenal dengan nama Arsacia dan merupakan kota tertua di Provinsi Teheran, Iran.
[2] Hunayn bin Ishak adalah seorang ilmuwan bidang kedokteran di Baghdad. Dikenal sebagai “Sheikh of Translator” karena mampu menerjemahkan berbagai buku dari beberapa bahasa. Keahlian ini ditopang dengan keahliannya dalam menguasai bahasa Arab, Syria, Yunani dan Persia.
[3] Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
[4] Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.
[5] Filtrasi adalah pemisahan campuran berdasarkan ukuran partikelnya, yaitu metode pemisahan zat yang memiliki ukuran partikel yang berbeda dengan menggunakan alat berpori (penyaring/filter).
[6] Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu.
[7] proses pemanasan suatu benda hingga, temperaturnya tinggi, tetapi masih di bawah titik lebur.
[8] Seorang dokter Yahudi di Secilia
Riyan Hidayat
Condet, 24 Oktober 2012
Riyan Hidayat
Memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakariyya Ar-Razi atau yang dijuluki Rhazes di dunia Barat. Ar-Razi Lahir di Rayy, Teheran Sekitar tahun 865 M dan wafat sekitar tahun 313 H/925 M dalam usia 62 Tahun di kota kelahirannya, Rayy[1]. Ketika usia muda, Ia sangat menggemari musik, terutama kecapi dan mahir memainkan harpa. Ketika dewasa mulai menekuni filsafat, matematika, kimia, dan kesusastraan. Ia dibesarkan oleh keluarga yang sangat kental dengan agama.
Ia pernah belajar dan bekerja dalam bidang kimia dibawah bimbingan Hunayn ibn Ishak (809-877 M)[2]. Ar-Razi dikenal sebagai ilmuwan yang sangat terampil dalam melakukan proses-proses kimia, seperti distilisasi[3], kristilisasi[4], filtrasi[5], sublimasi[6], kalsinasi[7], sintesa-sintesa dan proses analisis lainnya. Dalam bidang ini, Ar-Razi merupakan ilmuwan yang pertama kali mengklasifikasikan berbagai zat kimia ke dalam tiga bagian, yaitu mineral, hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan asumsi bahwa hewan dan tumbuhan juga mengandung unsur kimia.
Ar-Razi juga ilmuwan yang pertama kali menemukan Air Raksa (Hg) yang banyak digunakan dalam kegiatan dunia kedokteran. Saat ini Air Raksa juga banyak digunakan dalam termometer atau barometer walaupun sudah mulai tergantikan dengan alat ukur modern karena pertimbangan sifat toksisitasnya. Di Eropa, Raksa arau Merkuri baru dikenal pada masa Czar Rusi Alexei Mikhailovitsy yang memerintah pada 1645-1676 M.
Begitu gemilangnya Ar-Razi ketika mendalami dan menciptakan sesuatu dalam bidang Kimia. Namun, ternyata dia harus meninggalkan dunia tersebut karena mengalami pelemahan pada alat penglihatannya yang diakibatkan karena eksperimen-eksperimen kimia yang dilakukannya. Lantas, hal itu mengharuskannya pergi ke seorang dokter. Ketika ia mendatangi dokter, dokter tersebut meminta sekitar lima ratus dinar sebagai bayaran atas pelayanan medisnya. Ia menyimpulkan bahwa dunia kedokteran telah dijadikan alat untuk menghimpun kekayaan. Ar-Razi mengatakan, “Ini adalah suatu bencana, Aku tidak ingin seperti itu.” Kejadian itu mulai mendorong Ar-Razi untuk menekuni dunia kedokteran.
Keseriusannya dalam menekuni dunia kedokteran membuat Ar-Razi melesat menjadi seorang yang dikenal sebagai dokter muslim terkemuka. Bahkan, menjelang usia 30 tahun Ia dipercaya sebagai pemimpin sebuah rumah sakit yang dikenal sebagai pusat pendidikan dan penelitian kedokteran di daerah Rayy. Jabatan itu diberikan oleh Gubernur Rayy yang bernama Manshur bin Ishaq bin Ahmad bin Azad yang memerintah di Rayy pada tahun 290-296 H/902-908 M.
Setelah selesai memimpin rumah sakit di Rayy, ia juga dipercaya sebagai kepala rumah sakit di Baghdad. Pada zaman itu, Ia terkenal sebagai dokter yang paling andal. Berkat keahliannya di dalam bidang kimia, ia berhasil menggunakan kimia sebagai pendukung kegiatan kedokterannya. Ia juga orang yang pertama kali menyatakan bahwa kestabilan kondisi jasmani sangat terpengaruh oleh keadaan kondisi jiwa. Teori tersebut merupakan teori yang digunakan dalam dunia kedokteran modern. Tidak heran Ia dikenal sebagai salah satu bapak kedokteran modern.
Ar-Razi memiliki banyak khazanah yang sangat bermanfaat bagi manusia. Ialah yanng pertama kali melakukan pengobatan dengan cara pemanasan saraf, Ia juga yang pertama kali mendiagnosaHypertensi (Darah Tinggi), Ia juga yang pertama kali mengemukakan metode pengobatan kai atau yang sekarang amat populer dengan akupuntur. Yaitu dengan cara menusuk titik tertentu dengan besi runcing yang dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana. Dalam beberapa karyanya, ia juga berbicara tentang pendiagnosaan penyakit cacar, penyakit pada anak-anak, dan Injeksi Urethral.
Khazanah lain yang tidak kalah pentingnya, adalah mengenai kepribadiannya. Sebagai seorang dokter, Ar-Razi dikenal sebagai dokter yang pemurah. Ia memperlakukan orang miskin dengan baik dan mengobati mereka tanpa menerima imbalan apapun. Ini sangat relevan dengan apa yang dicita-citakannya semasa awal mencanangkan diri untuk menekuni dunia kedokteran. Ia tidak ingin menggunakan dunia kedokteran untuk saran mencari penghasilan dan mengumpulkan kekayaan. Dunia kedokteran dipandangnya sebagai saran untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
Ar-Razi adalah seorang ilmuwan yang sangat produktif dalam menuliskan hasil-hasil penemuannya. Selama hidupnya, tak kurang dari 232 buah karya telah Ia tulis. Karya-karya tersebut mencakup berbagai bidang, seperti Kimia, Kedokteran, Astronomi, Sejarah, Teologi, Etika dan Filsafat. Selain itu, Ar-Razi juga menulis buku tentang materi, ruang, nutrisi, waktu, gerak dan optik.
- Al-Hawi
Setelah 50 tahun wafatnya Ar-Razi, buku Al-Hawi tersisa hanya 2 jilid. Barulah ketika pihak kerajaan kristen eropa mulai merasakan betapa pentingnya buku Al-Hawi bagi kesehatan para keluarga kerajaan, dicarilah dan ditemukan jilid lainnya di berbagai museum di eropa. Raja Charles I memerintahkan agar Al-Hawi diterjemahkan ke dalam bahasa latin yang pada saat itu menjadi bahasa resmi ilmu pengetahuan di eropa. Penerjemahan tersebut dilaksanakan oleh Faray bin Salim[8] dan Gir Farragut. Al-Hawi ini disalin dalam bahasa latin dengan menggunakan nama Continens dan menjadi rujukan utama dalam bidang ilmu pengetahuan di Eropa di sepanjang abad ke-17.
- Al-Asrar
- Al-Judari Wa Al-Hasbah
- At-Thibb Al-Manshur
- At-Thibb Ar-Ruhany
- Ash-Shirotul Falsafah
- Kitab Al-Lahdzah
- Kitab Al-Ibn Al-Ilaby Asy-Syukr ‘Ala Proclus
- Dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Natsir Arsyad, Muhammad. 1990. Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah dari Ibnu Jabir Hingga Abdus Salam. Bandung: Penerbit Mizan.
Asti, Badiatul Muchlisin dan Junaidi Abdul Munif. 2009. 105 Tokoh Penemu dan Perintis Dunia. Yogyakarta: Narasi.
Anshari, Saifuddin. 2004. Wawasan Islam:pokok-pokok pikiran tentng paradigma dan sistem islam. Depok: Gema Insani.
Hamdi, Ahmad Zainul. 2004. Tujuh Filsuf Muslim Pembuka Pintu Gerbang. Yogyakarta: Lkis.
[1] Sebelumnya dikenal dengan nama Arsacia dan merupakan kota tertua di Provinsi Teheran, Iran.
[2] Hunayn bin Ishak adalah seorang ilmuwan bidang kedokteran di Baghdad. Dikenal sebagai “Sheikh of Translator” karena mampu menerjemahkan berbagai buku dari beberapa bahasa. Keahlian ini ditopang dengan keahliannya dalam menguasai bahasa Arab, Syria, Yunani dan Persia.
[3] Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
[4] Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.
[5] Filtrasi adalah pemisahan campuran berdasarkan ukuran partikelnya, yaitu metode pemisahan zat yang memiliki ukuran partikel yang berbeda dengan menggunakan alat berpori (penyaring/filter).
[6] Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu.
[7] proses pemanasan suatu benda hingga, temperaturnya tinggi, tetapi masih di bawah titik lebur.
[8] Seorang dokter Yahudi di Secilia
Riyan Hidayat
Condet, 24 Oktober 2012
Riyan Hidayat
No comments:
Post a Comment