Buku Islam Investasi Keilmuan

Buku terjemah Bulughul Maram karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Buku terjemah Bulughul Maram karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, bisa dikatakan semakin jarang masyarakat perkotaan menikmati bacaan berbentuk buku.

Sebagian besar masyarakat perkotaan terutama generasi muda lebih dekat dengan bacaan yang bisa didapat dari versi mobile atau soft copy di dunia maya. Inilah yang menjadi kekhawatiran para penerbit buku saat ini.

Gairah perbukuan Tanah Air semakin lemah dengan serangan teknologi digital. Kepala Divisi Penerbitan Gema Insani Press Abdul Hakim mengatakan, industri perbukuan Indonesia terancam akibat serangan bacaan dan buku-buku online. Hal ini juga yang ia rasakan pada buku-buku Islam.

Akan tetapi, dari berbagai tema perbukuan, buku-buku Islam, menurut dia, ternyata memiliki pasar yang setia. “Ada beberapa kalangan pasar buku Islam yang memandang perlu kepemilikan buku secara hard copy karena alasan investasi keilmuan,” ujarnya, Kamis (26/9).

Buku Islam yang masih memiliki pelanggan setia, di antaranya, buku-buku rujukan atau referensi, seperti Riyadus Shalihin, Tafsir Ibnu Katsir, Bulughul Maram, dan buku-buku referensi Islam lainnya.

Selain itu, buku Islam kontemporer dan buku Islam anak juga masih memiliki peminat yang cukup tinggi. Permasalahan Islam terkini yang dijabarkan secara tekstual dengan dalil agama menjadi perhatian khusus bagi sejumlah kalangan masyarakat Muslim perkotaan.

Sedangkan, buku Islam anak memiliki segmen pasar yang tidak bisa dihilangkan dari munculnya keluarga Muslim muda. “Walaupun ada hambatan dan rintangan, perbukuan Islam masih memiliki pasar setia,” ujar Hakim optimistis.

Pesaing perbukuan Islam saat ini, kata dia, tidak lain adalah toko buku besar yang memiliki penguasaan penjualan buku ke masyarakat.

Ia melihat ada satu jaringan toko buku besar yang bisa menjadi ancaman bagi perkembangan industri perbukuan Muslim.

Sebab, toko buku besar yang sudah memiliki jaringan secara nasional itu, menurut Hakim, sering kali mematikan penjualan buku Islam lain yang dianggap sebagai best seller.

“Mereka sering membuat buku tandingan bila ada buku best seller atau tema yang menarik di masyarakat. Ini bisa merusak perkembangan industri buku Islam yang lain.”

Harapannya, di tengah tekanan dan lemahnya gairah perbukuan Islam tersebut, ada sebagian besar kalangan Muslim cendekia yang tetap setia membeli buku hard copy sebagai bagian dari investasi keilmuan.

Dan, dengan event Islamic Book Fair (IBF) yang diselenggarakan setiap tahun dapat menjadi pemicu semangat industri perbukuan Islam di Tanah Air.
Reporter : amri amrullah
Redaktur : Damanhuri Zuhri

No comments: