Teungku Fakinah; Sosok Pejuang Aceh Pemimpin Sukey Perempuan

Makam Teungku Fakinah di Lamdiran, Lambeunot atau Lam Krak, Aceh Besar. @Lamuri Foundation
Makam Teungku Fakinah di Lamdiran, Lambeunot atau Lam Krak, Aceh Besar. @Lamuri Sukey Fakinah terdiri dari empat batalyon (balang). Tengku Fakinah diangkat menjadi panglima perang empat batalyon tersebut.

ACEH memiliki banyak pahlawan wanita yang muncul selama peperangan melawan Belanda di abad 19. Salah satunya adalah Tengku Fakinah.

Dikutip dari buku Wanita Aceh dalam Pemerintahan dan Peperangan karangan Ali Hasjmy diketahui Fakinah adalah istri Teungku Ahmad. Keduanya adalah pahlawan perang yang berani, pendidik dan ulama.

Namanya muncul sebagai salah satu tokoh pejuang Aceh yang disegani kawan dan lawan. Ia juga dikenal sebagai ulama dan pendidik yang bekerja keras membangun kembali pesantrennya yang porak poranda karena peperangan.

Ayah Teungku Fakinah adalah seorang pejabat tinggi kerajaan (umara) dan ibunya adalah anak seorang ulama besar, yang juga menjadi ulama. Karena itu tidak heran kalau Teungku Fakinah menjelma menjadi seorang panglima perang dan ulama besar.

Sebelum pecah perang di Aceh, Teungku Fakinah dan suaminya mengajar di Dayah Lampucok yang dibangun oleh ayah Fakinah. Setelah pecah perang antara Kerajaan Aceh Darussalam dengan Belanda, suami Tengku Fakinah, Teungku Ahmad, ikut serta dalam pertempuran. Ia kemudian meninggal dalam peperangan.

Sejak itu, Teungku Fakinah membentuk sebuah pasukan tentara setingkat resimen, yang disebut Sukey. Pembentukan pasukan ini direstui Sultan Aceh.

Sukey Fakinah terdiri dari empat batalyon (balang). Tengku Fakinah diangkat menjadi panglima perang empat batalyon tersebut. Salah satu dari keempat batalyon dalam Sukey Fakinah adalah kaum wanita. Sementara komandan-komandan kompi dan regu pada batalyon-batalyon lain juga dipimpin oleh wanita.

Beliau ikut bertempur di berbagai medan perang dalam wilayah Aceh Besar. Ia turut bergerilya setelah lewat 10 tahun perang di pedalaman dengan beberapa pemimpin Aceh, termasuk bersama Sultan Muhammad Daud dan Tuanku Hasyim Banta Muda.

Peran terbesar Teungku Fakinah dalam catatan sejarah lainnya adalah menyadarkan Teuku Umar, suami teman dekatnya Cut Nyak Dhien untuk kembali membela Aceh.

Ulama sekaligus tokoh Aceh ini meninggal dalam umur renta pada 3 Oktober 1933. Ia dimakamkan di tempat kelahirannya, di Lamdiran, Lambeunot atau Lam Krak, Aceh Besar.[]
 

No comments: