Sahabat Terakhir Rasulullah Muhammad
Kesibukan Anas bin Malik dalam menekuni Hadits Nabi tidak menjadi penghalang baginya untuk berpantisipasi di medan jihad
ANAS bin Malik RA masuk Islam saat usiannya belum genap 10 tahun. Dia terus bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan mengabdi kepada beliau menghadap ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala. Saat itu usia Anas bin Malik RA 21 tahun.
Bernama lengkap Abu Hamzah atau Abu Tsumamah Anas bin Malik bin Nadlar Al-Khazraji Al-Anshari, berasal dari Bani Najjar. Ibunya ialah Ummu Salma Sahlah binti Malik bin Khalid, istri Malik bin Nadlar. Malik pergi ke Negeri Syam dan meninggal dunia disana. Setelah itu Ummu Salma dipinang oleh Abu Thalhah Zaid bin Sahal. Dia mau menikah dengan Abu Thalhah dengan syarat ia mau masuk Islam.
Ummu Salma menjadikan keislaman Abu Thalhah sebagai mas kawinnya. Pernikahan itu terjadi antara Bai’at Aqabah pertama dan kedua. Dan Abu Thalhah turut serta dalam Bai’at Aqabah kedua.
Saudara kandungnya, Al-Bara’ bin Malik adalah salah satu pahlawan Islam yang gagah berani dan gugur dalam Perang Tustur. Anas bin Malik RA lahir pada tahun ke-3 kenabian atau 10 tahun sebelum hijrah. Dia masuk Islam melalui ibunya menjelang Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam hijrah ke Madinah. Jadi, Anas bin Malik RA termasuk Sahabat Nabi yang sangat belia. Kemudian Anas bin Malik RA dikaruniai anak-anak dan keturunan yang banyak. Hal itu dia peroleh berkat do’a Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam untuknya.
“Yaa Allah, berikanlah dia harta dan anak yang banyak dan berikanlah keberkahan kepadanya.” Maka Anas bin Malik RA pun dikaruniai harta yang banyak dan melimpah.
Dia juga dikaruniai anak-anak dan cucu-cucu yang banyak. Jumlahnya hampir 100 orang. Anak-anaknya anatara lain bernama Abu Bakar, Ubaidillah, Nadlar dan Musa.
Berguru kepada rasulullah
Setelah masuk Islam Anas bin Malik RA terus menantikan hijrah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ke Madinah. Maka tatkala beliau tiba di Madinah kedua orang tuanya langsung membawa Anas bin Malik ke hadapan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam agar diterima sebagai pelayan beliau. Ternyata gayung tersabut.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menerima kehadiran Anas bin Malik RA sebagai pelayannya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengasuh Anas bin Malik RA secara langsung dan memeperlakukannya dengan baik. Beliau bahkan sering memanggilnya: “Nak !” sebagaimana diriwayatkan oleh At- Tirmidzi dari Anas bin Malik RA bahwasannya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah bersabda kepadannya: “Nak! Kalau kamu bias memasuki waktu pagi dan sore dengan hati yang bersih dari rasa curang kepada seseorang, lakukanlah.” Kemudian beliau bersabda “Nak! Itu adalah bagian dari Sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkan Sunnahku berarti dia mencintaiku. Dan barangsiapa yang mencintaiku dia pasti akan bersamaku di Surga.”
Dan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam memperlakukan Anas bin Malik RA dengan perlakuan yang sangat lembut. Bahkan Anas bin Malik RA pernah mengatakan: “Aku melayani Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam selama 10 tahun. Demi Allah , beliau sama sekali tidak pernah mengatakan: ‘Ah! Kepadaku. Beliau juga tidak pernah bertanya kepadaku: “Mengapa kamu berbuat begitu? Atau mengapa kamu berbuat begitu? ”
Anas bin Malik RA mendpatkan anugerah yang sangat besar dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Yaitu bahwa beliau berjanji akan memberikan syafa’at kepadannya. Anas bin Malik Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengatakan: “Aku pernah meminta kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam agar beliau berkenan memberiku syafa’at pada Hari Kiamat kelak. Lalu beliau bersabda: “Ya aku akan melakukannya”. Kemudian aku bertanya: ‘Ya Rasulullah, di mana aku harus mencarimu? Beliau menjawab: ‘Pertama-tama carilah aku di atas shirath (jembatan )’. ‘Jikalau aku tidak menemukanmu di atas shirath?’. Beliau menjawab: ‘Carilah aku di mizan (timbangan amal)’. Jikalau aku tidak menemukanmu di mizan? Tanyaku lagi. Beliau menjawab: ‘Carilah aku di haudl (telaga). Karena aku tidak luput dari tiga tempat itu.”
Meriwayatkan hadits
Kedekatan Anas bin Malik RA dengan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam semenjak beliau hijrah ke Madinah sampai menghadap ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala memberinya kesempatan yang luas untuk meriwayatkan hadits sebanyak-banyaknya dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Jumlah Hadits yang diriwayatkan oleh para perawi dari Anas bin Malik RA mencapai 2286 buah Hadits. Dan tidak ada sahabat lain yang jumlah periwayatkan Haditsnya melebihi Anas bin Malik RA selain Abu Hurairah RA dan Abdullah bin Umar RA.
Anas bin Malik RA menjaga amanah ini dengan baik dan menyampaikannya seperti apa yang didengarnya. Dan sepeninggal Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, Anas bin Malik RA pun menjadi guru besar bagi imam-imam besar, seperti Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, Said bin Jubair, Qatadah, Az-Zuhri dan Umar bin Abdul Aziz. Namun apa yang diriwayatkan oleh para perawi itu tidak semuanya di dengar langsung oleh Anas bin Malik RA dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.
Dengan kata lain sebagian besar berasal dari mulut Nabi SAW ke telinga Anas bin Malik RA , dan sisanya dia dengar dari Abu Bakar , Umar bin Khattab, Ubadah bin Shamit, Muadz bin Jabal, Abdullah bin Mas’ud atau Abu Hurairah RA yang mendengar langsung dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Al-Hakim menceritakan bahwa Anas bin Malik RA pernah menyampaikan Hadits dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Kemudian ada yang bertanya: “Engkau mendengarnya (langsung) dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam? ” Anas bin Malik RA menjawab : Demi Allah , tidak semua hadits yang kami sampaikan kepada kalian itu kami dengar langsung dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam satu sama lain, dan kami tidak saling curiga-mencurigai. Kendati jumlah hadits yang dihafalnya tidaklah sedikit, dia sangat berhati-hati dan tidak boros dalam menyampaikan riwayat untuk menghindari kesalahan. Dengan kata lain dia tidak menceritakan sesuatu yang dia yakini kebenarannya dan hafalannya. Anas bin Malik RA pernah berkata: “ Sekiranya aku pernah kudengar dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Akan tetapi beliau pernah bersabda: “Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di Neraka”.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah melarang para sahabat mencatat Hadits beliau agar tidak tercampur dengan Al-Qur’an . Tetapi setelah penulisan Al-Qur’an sempurna dan wahyu telah berhenti sepeninggal Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, maka tidak ada lagi alas an untuk melarang penulisan Hadits. Dan Anas bin Malik RA adalah salah satu orang yang mencatat hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Dia pernah berkata : “Ikatlah ilmu dengan tulisan ”.
Sekelumit kisah Anas
Keistimewaan terpenting yang dimiliki oleh sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ini ialah ketekunannya dalam menyampaikan hadits-hadits Nabi kepada umat. Itulah kesibukan utamanya sampai akhir hayatnya. Abu Bakar RA pernah menugaskan Anas bin Malik memungut Zakat di Bahrain atas usulan Umar bin Khathab . Karena Umar bin Khathab RA pernah berkata: “Kirimilah dia (Anas bin Malik) karena dia benar-benar pandai menulis.” Dan tatkala Abu Musa Al-Asy’ari menjabat sebagai Gubernur Bashrah, Anas bin Malik dijadikan sebagai orang dekatnya. Abu Musa bahkan menyuruh Anas bin Malik untuk mewakilinya menghadap kepada Umar bin Khathab RA . Dan dia juga menugaskan Anas bin Malik RA memimpin kawasan Persia. Kemudian tatkala Abdullah bin Zubair dibai’at menjadi Khalifah, Anas bin Malik RA ditunjuknya menjadi Gubernur Bashrah selama beberapa waktu.
Kesibukan Anas bin Malik dalam menekuni Hadits Nabi tidak menjadi penghalang baginya untuk berpantisipasi di medan jihad. Anas bin Malik terlibat dalam Perang Badar dan Perang Uhud.
Ketika itu Anas bin Malik bertugas melayani keperluan Nabi Shalallau ‘Alaihi Wassallam . Anas bin Malik terlibat dalam Perang Khandaq sebagai seorang pejuang yang mampu mematahkan leher orang-orang musyrik dan menjatuhkan mereka.
Setelah Nabi wafat Anas bin Malik ikut serta dalam perang dalam perang melawan orang-orang murtad dan mendapatkan kemenangan yang gemilang . Anas bin Malik juga terjun ke medan Perang Qadisiyah . Kebetulan Anas bin Malik mahir mahir memanah. Setelah Perang Tustur yang berakhir dengan kemenangan gemilang . Abu Musa Al-Asy’ari, panglima perang tersebut menugaskan Anas bin Malik membawa para tawanan dan rampasan perang kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khathab.
Anas bin Malik datang kepada Umar bin Khathab dengan membawa pimpinan Tustur, Hurmuzan.
Di masa akhir hidupnya, Anas bin Malik tinggal di salah satu sudut kota Bashsrah hingga usianya lebih dari 100 tahun. Di sana Anas bin Malik jatuh sakit dan terus berkata kepada orang-orang yang ada disekitarnya: “Tuntunlah aku membaca Laa ilaha illallah.” Anas bin Malik tidak berhenti membaca kalimat tauhid itu sampai menghembuskan nafas terakhirnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 93 Hijriyah. Ada yang menyatakan bahwa Anas bin Malik adalah Sahabat Nabi yang paling akhir meninggal dunia. Namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa setelah Anas bin Malik masih ada satu orang sahabat Nabi yang hidup, yaitu Abu Thufail Amir bin Watsilah Al-Laitasi yang wafat pada tahun 100 Hijriyah.*
Editor: Cholis Akbar
No comments:
Post a Comment