Detik-detik Wafatnya Rasulullah, Beliau Tinggalkan 2 Wasiat Ini
Rusman H Siregar
Ketika membaca Sirah Nabawiyah ada satu kisah yang membuat hati kita sedih bercampur haru. Sebagaimana manusia, baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم juga merasakan dahsyatnya sakaratul maut. Hati kita seperti tersayat-sayat ketika membaca kisah detik-detik wafatnya baginda Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Tak cuma penduduk Madinah yang gempar, para Malaikat dan alam semesta juga berduka menyaksikan wafatnya Nabi yang juga suri teladan umat manusia. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menghadap Ilahi Rabbi pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awal Tahun 11 Hijriyah bertepatan 633 Masehi. Beliau wafat pada usia 63 tahun lebih empat hari.
Isyarat dekatnya ajal Rasulullah dimulai ketika beliau beriktikaf selama 20 hari di bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah. Sebelum ajal menjemput, beliau memang sakit sampai tidak bisa mengimami salat jamaah di masjid. Hingga pada suatu hari datanglah Malaikat maut bertamu ke rumah beliau untuk mengambil ruh Rasulullah yang mulia. Kedatangan tamu itu sebenarnya ditolak oleh putri tercinta Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu 'anha, tetapi setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjelaskan bahwa yang datang adalah Malaikat maut, akhirnya Fatimah mempersilakan masuk.
Malaikat maut datang menghampiri, Rasulullah menanyakan kenapa Malaikat Jibril tidak ikut menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. Ketika Jibril datang ke hadapan Rasulullah, beliau berkata: "Ya Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasululllah dengan suara yang lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para Malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata jawaban itu tidak membuatkan Rasulullah lega, mata beliau masih penuh kecemasan.
"Apakah Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" ucap Rasulullah.
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Malaikat maut menjalankan tugasnya. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." ucap beliau.
Perlahan Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengaduh. Putri tercinta Fatimah pun hanya bisa terpejam, Sementara Sayyidina Ali radhiallahu 'anhu yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan wajahnya. "Jijikkah engkau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" ujar Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sesaat kemudian terdengar Rasulullah mengaduh karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Rabb, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku," ucap Nabi.
"Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibir beliau bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya. "Uushiikum bissholaati, wamaa malakat aimaanukum (peliharalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu),” ucap Nabi dengan suara yang amat lirih.
Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, para sahabat saling berpelukan. Sayyidah Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii!".
Dan, berakhirlah hidup manusia paling mulia Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم. Kalimat kecintaan beliau terhadap umatnya, hingga beliau menginginkan semua siksa maut umatnya ditimpakan kepada beliau. Bukan hanya itu, ketika ajal sudah di tenggorokan Beliau masih memikirkan umatnya "Ummatii, ummatii, ummatiii".
Tinggalkan Dua Wasiat
Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم menahan sakitnya sakaratul maut, beliau masih sempat berpesan sebagai tanda cintanya kepada umatnya. "Uushiikum bissholaati, wamaa malakat aimaanukum (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)."
Dalam riwayat shahih, disebutkan:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها, أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- حِينَ حُضِرَ جَعَلَ يَقُولُ « الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ».
"Ummu Salamah radhiyallahu 'anha meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ketika dalam keadaan sekarat bersabda: "Jagalah salat, jagalah salat, dan orang-orang lemah di antaramu". (HR Ahmad)
Betapa sayangnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada kita hingga beliau menekankan agar tidak meninggalkan dua perkara di atas. Dua perkara ini sama maknanya dengan ibadah vertikal (hablumminallah) dan ibadah sosial (hablumminannas). Salat merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala. Sedangkan 'menjaga orang-orang lemah' adalah ibadah mulia agar tidak berlaku zalim kepada sesama.
Adakah cinta kita sama besarnya seperti Rasulullah صلى الله عليه وسلم mencintai kita sebagai umatnya? Apa yang telah kita perbuat untuk beliau yang setiap malam mendoakan umatnya? Bukankah Beliau telah mengajarkan kita Tauhid dan kasih sayang Allah? Kalau bukan karena Beliau, tentulah kita tidak mengenal Islam, tidak mengenal iman dan Al-Qur'an.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيِّدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى سيِّدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"Ya Allah ya Tuhanku, muliakan oleh-Mu akan Nabi Muhammad dan akan keluarganya sebagaimana Engkau memuliakan keluarga Ibrahim dan berkahilah Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim, bahwasanya Engkau sangat terpuji lagi sangat mulia di seluruh alam."
(rhs)
No comments:
Post a Comment