Kisah Guru dan Keledai, Omar Khayyam Percaya Reinkarnasi?

Kisah Guru dan Keledai, Omar Khayyam Percaya Reinkarnasi?
Omar Khayyam. Foto/Ilustrasi/Wikipedia
IDRIES Shah dalam bukunya berjudul The Sufis memaparkan suatu hari Khan Jan-Fishan Khan, pemimpin Sufi Hindu-Kush dan guru utama yang agung pada abad kesembilan belas, hadir ketika seorang pengikut Omar Khayyam antusias berkebangsaan Jerman menyampaikan sebuah analisa panjang lebar tentang Omar dan berbagai acuannya kepada seorang Guru Sufi.

"Diawali dengan anggapan bahwa Omar telah diungkap von Hammer hampir empat puluh tahun sebelum Cowell dan FitzGerald, ia mengakhiri dengan mengemukakan kelegaannya sendiri bahwa Rubaiyat mencakup hampir setiap teori filsafat," tulisnya. 

Orang bijak itu menyimaknya dengan tenang kemudian menyampaikan cerita berikut ini:

Seorang sarjana menemui seorang guru Sufi dan bertanya kepadanya tentang tujuh filosuf Yunani yang lari ke Persia menghindari tirani Justinian, yang telah menutup sekolah-sekolah filsafat mereka. "Mereka termasuk kelompok kami," jawab guru sufi itu.

Yang menggembirakan, sarjana itu pergi untuk menulis sebuah risalah tentang asal-usul pemikiran Yunani terhadap para sufi.

Suatu hari ia menemui seorang musafir sufi yang mengatakan, "Guru Halimi dan Rumi yang agung mengutip Yesus sebagai seorang guru Sufi."

"Mungkin maksudnya bahwa pengetahuan Yunani telah menyebar di kalangan Kristen dan Sufi," pikir si sarjana. Ia menulis hal ini di dalam risalahnya.

Dalam sebuah perjalanan suci, guru yang berpikiran orisinal itu telah melintasi kota kediaman si sarjana. Ketika bertemu dengannya, ia berkata, "Para penentang itu dan beribu-ribu orang yang tak dikenal adalah kelompok kami." 

Sahabat saya, sang Sufi, telah mengamati secara seksama skolastik Jerman. "Anggur mengandung air, gula, sari buah dan warna. Raciklah semua itu, niscaya engkau tak akan bisa menghasilkan anggur."

"Kami sedang duduk di sebuah ruangan. Seseorang mengira, 'Rumah Cina mempunyai banyak kamar. Oleh karena itu, semua ruang ini meniru rumah Cina. Di sini juga ada karpet, ini dipengaruhi Mongol. Seorang pelayan kemudian masuk -- tentu saja ini adalah kebiasaan Romawi; atau kebiasaan Fir'aun? 



Sekarang, melalui jendela aku melihat seekor burung. Penelitian menunjukkan bahwa burung-burung yang bertengger dan dilihat melalui jendela tentu saja sesuai dengan kebiasaan orang Mesir kuno. Alangkah menakjubkan perpaduan dari warisan kebiasaan di rumah ini!' Apa pendapatmu tentang seorang manusia?" 
Reinkarnasi
Teori Omar yang disebut transmigrasi itu telah diapresiasi oleh Profesor Browne, salah seorang pakar sastra Persia berkebangsaan Inggris dan pengarang buku pegangan, Literary History of Persia. Ia telah mengutip sebuah dongeng dari penyair Sufi ini, dan dianggap membuktikan bahwa ia percaya pada reinkarnasi. 
Konon penyair ini melewati sebuah padepokan tua di Nisyapur beserta sekelompok muridnya. Sekelompok keledai masuk ke dalamnya dengan membawa batu-bata untuk perbaikan bangunan itu. Namun salah satunya enggan melewati pintu gerbangnya. Omar melihat peristiwa ini lalu tersenyum dan menaiki keledai itu sambil melantunkan sebuah syair secara spontan berikut ini

Wahai orang yang telah pergi dari kembali,
Namamu telah hilang di antara nama-nama lain.
Kuku-kukumu telah berubah menjadi kuku keledai ini:
Janggutmu, ekormu, kini sangat berbeda.

Keledai pandir itu kini leluasa memasuki halaman padepokan. Dengan kebingungan, muridnya bertanya, "Wahai orang Bijak, apa maksudnya ini?"

"Jiwa yang kini ada di dalam keledai itu adalah jiwa dari tubuh seorang guru di padepokan ini. Tentu saja ia enggan masuk ke dalamnya sebagai seekor keledai. Kemudian, dengan menunjukkan bahwa ia diakui sebagai seorang guru, maka ia pasti masuk ke lingkungan ini."

Namun Omar bukan sedang (sebagaimana dikira kalangan eksternalis) menunjukkan bahwa beberapa unsur entitas manusia dapat masuk ke dalam tubuh makhluk hidup yang lain, dan juga tidak untuk mengambil suatu kesempatan menandingi skolastisisme gersang di zamannya, ataupun sedang menunjukkan bahwa ia mempengaruhi keledai dengan syair itu.

Jika ia tidak menunjukkan apa-apa di hadapan muridnya, tidak melontarkan sebuah gurauan, bukan melakukan suatu perbuatan misterius, tidak berkhotbah tentang suatu bentuk reinkarnasi dan menggubahnya secara esensial, lalu apa yang dilakukannya?

Ia sedang melakukan apa yang biasa dilakukan oleh guru Sufi -- memberikan pengaruh kompleks demi kebaikan murid, membiarkan mereka melibatkan diri ketika menyertai seorang guru melalui sebuah pengalaman komprehensif.

Ini adalah suatu bentuk komunikasi demonstratif yang hanya dikenal oleh mereka yang telah mengalami pahit getir latihan sebuah madzhab Sufi. Proses itu diuraikan dengan pemahaman dalam suatu upaya menghubungkannya dengan peristiwa tunggal, bahkan peristiwa ganda, untuk tujuan rasional, namun arti tujuan rasional ini dilepaskan.

Murid mempelajari melalui metode itu dan tidak mungkin disampaikan dengan metode lain mana pun. Mereproduksinya dengan cara tertentu, kecuali menambah sebuah peringatan dengan mencoba menunjukkan karakter khusus. Situasi ini setidaknya akan tampak kabur bagi kebanyakan pengamat serius.

Nama Omar yang dipilih untuk dirinya -- Omar Khayyam - mengungkapkan beberapa jenis rahasia bagi Ghaqi -- sang Dermawan (Orang yang sangat suka berbuat baik), sebuah nama yang digunakan untuk orang yang tidak peduli pada hal-hal duniawi biasa. Hilangnya perhatian itu mencegah dirinya untuk mengembangkan persepsi dari dimensi lain.

Salah satu pembelaan para penyair terhadap Omar dalam melawan pemikir mekanis -- akademis atau emosional -- mungkin masih digunakan sebagai justifikasi untuk mencela pengkritiknya yang arogan dan para pengulas:

Wahai orang yang tidak mengerti,
Jalan itu bukan ini dan itu!
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: