Usaha Pembunuhan Hasan dan Tangis Kecewa Sang Cucu Nabi SAW

Sayyidina Al-Hasan kecewa dengan logika kekerasan sejumlah pengikutnya. Rasulullah SAW (ilustrasi)

Sayyidina Al-Hasan kecewa dengan logika kekerasan sejumlah pengikutnya. Rasulullah SAW (ilustrasi)

Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Sayyidina Al-Hasan kecewa dengan logika kekerasan sejumlah pengikutnya
style="font-size: 19.2px;">JAKARTA— Cucu Rasulullah ﷺ, al-Hasan memilih berdamai dengan Muawiyah, dia pun bersedia menyerahkan urusan kekhalifahan. Al-Hasan juga langsung mengkondisikan dengan para pengikutnya, hal ini dilakukan agar mereka mau menerima perdamaian tersebut.

Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, dia berorasi di tengah-tengah mereka untuk menjelaskan kesepakatan damai yang telah tercapai antara dirinya dengan Muawiyah. 

Al-Hasan berkata: "Sungguh, aku berharap menjadi hamba-Nya yang paling tulus dalam menyampaikan nasihat kepada sesama manusia. Aku tidak menyimpan dendam atau dengki terhadap seorang pun. Aku juga tidak pernah berniat untuk berkhianat atau melakukan keburukan dengan kesepakatan damai ini. Ingatlah! Apa yang tidak kalian suka dari persatuan itu jauh lebih baik daripada apa yang kalian suka dalam perpecahan. Ingatlah pula! Aku sudah memikirkan jalan terbaik untuk kalian, dan itu jauh lebih baik daripada apa yang kalian pikirkan untuk kepentingan diri sendiri. Maka janganlah kalian menyalahi atau membantah perintahku! Semoga Allah mengampuni aku dan kalian". Mendengar pernyataan tersebut, para pengikut al-Hasan saling menatap. Mereka berkata: "Demi Allah, sejak awal orang ini bertekad untuk berdamai dengan Muawiyah. Dia sudah lemah dan bersikap lunak."

Sayyidina Al-Hasan kecewa dengan logika kekerasan sejumlah pengikutnya

Karena tidak terima dengan keputusan itu, sejumlah oknum prajurit menyerang dan berusaha membunuh al-Hasan, namun Allah SWT masih menyelamatkan nyawanya. Mereka mengikat al-Hasan di tendanya, menarik sajadah yang didudukinya, dan merampas pakaiannya. Al-Hasan pun tercengang melihat kebrutalan yang mereka lakukan. 

Pada peristiwa itu seorang pria dari Bani Asad, yang bernama al-Jarrah bin Sinan, mendekati hewan tunggangan al-Hasan lalu menarik tali kekangnya sambil mengeluarkan senjata sejenis kapak. Sejurus kemudian, dia berseru: "Hai al-Hasan! Kamu telah berbuat syirik seperti ayahmu dahulu!"

Al-Jarrah pun berusaha mengayunkan senjatanya ke tubuh al-Hasan, namun hanya mengenai pangkal pahanya hingga menyebabkan luka sobek yang nyaris menembus tulang.

Al-Hasan berusaha membela diri dengan memukul muka al-Jarrah, hingga keduanya terjatuh dan bergulat di tanah. Melihat duel yang tidak berimbang itu, Abdullah ath-Tha-i melompat dan merebut senjata al-Jarrah lalu menghujamkannya ke tubuh durjana itu sehingga menewaskannya. Setelah itu, al-Hasan dibawa ke Mada-in, di sana seorang tabib mengobati dan merawat lukanya hingga sembuh. (Maqatiluth Thalibin).

Al-Hasan sangat sedih melihat kenyataan di hadapannya, dan kesedihan itu terlihat jelas dalam salah satu khutbahnya. Dia menyeru seluruh penduduk Irak dengan mengatakan: "Wahai penduduk Irak, bertakwalah kalian kepada Allah terkait hak-hak kami, karena kami ini pemimpin dan tamu kalian. Kami adalah Ahlul Bait yang difirmankan Allah SWT: 

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wabai Ahlul Bait dan membersihan kamu sebersih-bersihnya" (Al-Ahzab: 33)". Al-Hasan terus mengulangi perkataannya hingga seluruh hadirin di masjid menangis. (Tarikh Dimasyq).

No comments: