Setan Zaman Nabi Sulaiman Jadi Guru Orang Yahudi

Faktanya, Nabi Sulaiman tidak mengajarkan atau mempraktikkan sihir. Rep: Fuji EP/ Red: A.Syalaby Ichsan Setan (Ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Setan (Ilustrasi)
Alquran mengungkap, orang-orang Yahudi pada masa Nabi Sulaiman Alaihissalam mengikuti atau belajar sihir dari setan-setan. Di dalam Alquran, Allah SWT menegaskan bahwa orang yang menggunakan sihir tidak akan mendapatkan keuntungan di akhirat. Sementara itu, orang yang menjual dirinya untuk mendapatkan sihir sangat buruk.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ  لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ 

Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu) oleh sebab itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(nya). (QS Al-Baqarah Ayat 102)

Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi mengikuti sihir yang dibacakan oleh setan pada masa Nabi Sulaiman putra Nabi Daud, meskipun mereka tahu, yang demikian itu sebenarnya salah. Mereka menuduh bahwa Nabi Sulaiman yang menghimpun kitab sihir, dan menyimpan di bawah tahtanya, kemudian dikeluarkan dan disiarkan. Dugaan seperti ini adalah suatu pemalsuan dan perbuatan yang dipengaruhi oleh hawa nafsu. Sebenarnya mereka hanya menghubung-hubungkan sihir itu pada Nabi Sulaiman. 

Faktanya, Nabi Sulaiman tidak mengajarkan atau mempraktikkan sihir karena ia mengetahui bahwa perbuatan yang demikian itu termasuk mengingkari Tuhan, apalagi kalau ditinjau dari kedudukannya sebagai Nabi.

Banyak kisah tentang sihir dituturkan dalam Alquran terutama dalam kisah Musa dan Firaun. Dalam kisah itu diterangkan sifat-sifat sihir, bahwa sihir itu adalah sulapan yang menipu pandangan mata, sehingga orang yang melihat mengira, bahwa yang terlihat seolah-olah keadaan yang sebenarnya. Sihir termasuk sesuatu yang tersembunyi, yang hanya diketahui oleh sebagian manusia saja. 

Apa yang telah terjadi menunjukkan bahwa kedua malaikat itu tidak mampu memberikan pengaruh gaib yang melebihi kemampuan manusia, bahkan yang disebut kekuatan gaib oleh mereka itu hanyalah kemahiran dalam menguasai sebab-sebab yang mempunyai perpautan dengan akibat yang dilakukan. Hal ini hanyalah terjadi karena izin Allah semata-mata, sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan-Nya. 

Dalam praktik, tukang-tukang sihir itu membaca mantra dengan menyebut nama-nama setan dan raja-raja jin agar timbul kesan seolah-olah manteranya itu dikabulkan oleh raja jin. Atas dasar praktik mereka inilah timbul anggapan yang merata dalam lapisan masyarakat, bahwa sihir itu dibantu oleh setan. 

Kemudian orang Yahudi yang sezaman dengan Nabi Muhammad SAW menyebarluaskan sihir itu di kalangan orang-orang Islam dengan tujuan untuk menyesatkan. Mereka dapati sihir itu dari nenek moyang mereka yang mengatakan sihir itu dari Nabi Sulaiman. 

Padahal kedua malaikat tidak mengajarkan sihir kepada seorang pun, sebelum memberikan nasihat agar orang jangan mengamalkan sihir itu, sebab orang yang mempraktikkan sihir itu adalah kafir. 

Siapa Harut dan Marut?
Harut dan Marut yang disebutkan dalam ayat ini adalah dua orang di Babilonia, sekitar Sungai Furat di Irak, yang berpura-pura seperti orang saleh dan bertakwa. Mereka mengajarkan sihir kepada masyarakat, sehingga keduanya dikira dua malaikat yang turun dari langit, dan yang diajarkan dikira wahyu dari Allah. 

Mereka pandai sekali menipu dan menjaga itikad baik masyarakat kepada mereka. Mereka berkata kepada setiap orang yang ingin belajar dari mereka, bahwa “Kami hanyalah cobaan, janganlah kamu menjadi kafir,” yakni bahwa mereka para penguji “yang akan menguji kamu, akan bersyukur atau akan kufur. Maka kami menasihati kalian, janganlah menjadi kafir.” 

Mereka berkata begitu untuk memberi kesan bahwa ilmu yang mereka bawa dari Tuhan, dan praktik mereka untuk kepentingan rohani. Tapi tujuannya hanya demi merusak keharmonisan. Dalam hal ini orang-orang Yahudi punya banyak tahayul. Mereka percaya bahwa sihir yang diturunkan kepada mereka sungguh dari Tuhan. Kedatangan kedua malaikat itu hanya untuk mengajar manusia. Maka Alquran datang membantah anggapan mereka.

Mengutip al-Hasan al-Basri, al-Zamakhsyari (1/230) mengatakan bahwa kata "malakaini" (dua malaikat) ini dibaca "malikaini" (dua raja). 

Muhammad Asad menambahkan bahwa Ibn Abbas dan Tabi‘in berikutnya, seperti al-Hasan al-Basri, Abu al-Aswad ad-Dahhak juga membacanya "malikaini." 

Dengan mengacu kepada tafsir-tafsir Haqqani, Baidawi dan ar-Razi, kita coba meringkaskan apa yang disebutkan dalam tafsir Abdullah Yusuf Ali, bahwa kata para malaikat yang diterapkan pada Harut dan Marut adalah kata kiasan, yang berarti orang-orang baik, berpengetahuan, berilmu (atau arif bijaksana) dan punya kekuatan, seperti kata malaikat dalam bahasa-bahasa modern juga dipakai untuk perempuan yang baik dan cantik, dan bagi mereka berlaku segala sifat keindahan, yang juga berarti kebaikan, pengetahuan, kearifan dan kekuatan. 

Harut dan Marut hidup di Babilonia, pusat ilmu paling tua, terutama dalam astronomi. Diperkirakan masanya sekitar zaman Kerajaan Kuno di Timur, sangat kuat dan maju. Malah mungkin lebih tua lagi, mengingat Marut atau Marduk merupakan pahlawan yang didewakan dan kemudian dipuja sebagai dewa sihir di Babilonia. Rol

No comments: