Timur Lenk mengajukan pertanyaan pelik kepada sufi Nasrudin Hoja.
Red: Hasanul Rizqa
Foto: wikipedia
Nasrudin Hoja
Timur Lenk adalah seorang Muslim penakluk dari abad ke-14 M. Ia masyhur sebagai penguasa yang sangat kejam terhadap siapapun yang berani menentang pemerintahannya. Bagaimanapun, kebijakannya terhadap kaum ulama (Sunni), cendekiawan dan ilmuwan sangat akomodatif. Ia mengubah beberapa kota di Asia Tengah menjadi pusat-pusat peradaban Islam.Tak lama setelah menduduki kawasan Anatolia, Timur Lenk mengundang para ulama di kawasan itu. Kepada setiap ulama, ia mengajukan pertanyaan yang sama.
"Jawablah, apakah aku adil ataukah zalim? Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilanku engkau akan kugantung. Kalau menurutmu aku zalim, maka dengan kezalimanku, engkau akan kupenggal," katanya.
Beberapa ulama jatuh menjadi korban kejahatan Timur Lenk dengan pertanyaannya yang "menjebak" ini. Hingga pada akhirnya, Nasrudin Hoja diundang.
Nasrudin Hoja adalah seorang sufi yang jenaka, tetapi cerdas. Dengan kecerdasannya, ia sering bebas dari "jebakan-jebakan" penguasa.
Ini adalah untuk pertama kalinya perjumpaan resmi antara Nasrudin dan Timur Lenk. Sang penakluk kembali bertanya dengan angkuh.
"Jawablah pertanyaanku tadi!" kata sang raja.
Dengan menenangkan diri, Nasrudin menjawab, "Sesungguhnya, kamilah, para penduduk di sini, yang merupakan orang-orang zalim dan abai. Adapun Anda adalah pedang keadilan yang diturunkan Allah yang Maha-adil kepada kami."
Setelah berpikir sejenak, Timur Lenk mengakui kecerdikan jawaban itu. Maka, untuk sementara para ulama Anatolia terbebas dari bayang-bayang pembantaian.
Memilih gelar
Pada hari berikutnya, Timur Lenk memanggil Nasrudin. "Nasrudin!" katanya dengan lugas, "Setiap khalifah selalu memiliki gelar dengan nama Allah. Misalnya, Al-Muwaffiq Billah, Al-Mutawakkil 'Alallah, Al-Mu'tashim Billah, Al-Watsiq Billah, dan lain-lain. Menurutmu, apakah gelar yang pantas untukku?"
Pertanyaan ini cukup pelik, mengingat Timur Lenk adalah penguasa yang bengis. Namun, tak lama kemudian Nasrudin menemukan jawabannya.
"Saya kira," katanya, "gelar yang paling pantas untuk Tuan adalah Na'udzu-Billah saja."
(Na'udzubillah berarti 'aku berlindung kepada Allah darinya.')
100 dinar
Timur Lenk masih meneruskan perbincangan dengan Nasrudin soal kekuasaannya.
"Nasrudin!" kata penakluk tersebut, "kalau setiap benda yang ada di dunia ini mempunyai harga, maka berapakah hargaku?"
Kali ini, Nasrudin menjawab sekenanya, tanpa banyak berpikir.
"Saya taksir, sekitar 100 dinar saja."
Timur Lenk bangkit dan membentak Nasrudin, "Keterlaluan! Apa kau tahu bahwa ikat pinggangku saja harganya sudah 100 dinar!?"
"Tepat sekali," kata Nasrudin, "memang yang saya nilai dari Tuan hanya sebatas ikat pinggang itu."rol
No comments:
Post a Comment