Islam di Armenia

Muslimin telah menjadi bagian dari sejarah dan persatuan negeri Armenia. Red: Hasanul Rizqa Lanskap Yerevan, ibu kota Armenia, yakni sebuah negara di kawasan Kaukasus dekat Laut Kaspia.
Foto: wiki
Lanskap Yerevan, ibu kota Armenia, yakni sebuah negara di kawasan Kaukasus dekat Laut Kaspia.
Menurut laman Muslim Population, umat Islam di Armenia menempati tiga persen dari total populasi. Adapun berdasarkan PEW Forum, Muslim Armenia di bawah 0,1 persen, atau hanya berjumlah seribu orang pada tahun 2009.

Dalam sejarah, Armenia memang salah satu wilayah yang menjadi dakwah Kristen awal. Negara seluas 29.743 kilometer persegi tersebut memiliki tradisi Gereja Armenia yang lahir sejak abad pertama Masehi. Tak heran jika saat ini lebih dari 93 persen warganya menganut agama Kristen, lebih khusus Gereja Apostolic Armenia. Bahkan hingga kini, Armenian (orang Armenia) selalu diidentikkan dengan Kristen.

Islam masuk ke Armenia saat era pembukaan syiar agama ini di kawasan Asia barat, yakni sekitar abad ketujuh. Saat itu, bangsa Arab berhasil memasuki Armenia, tapi pemerintahan masih dipegang penguasa setempat. Hingga kemudian seorang gubernur Muslim dikirim untuk memerintah di sana. Tak ada paksaan agama, pemerintah Muslim memberikan kesepakatan damai.

Pada abad kedelapan, telah banyak bangsa Arab dan etnis Kurdi yang menetap di wilayah Armenia. Mereka tersebar di kota-kota utama. Hingga kemudian sekitar abad ke-11, Bani Seljuk berhasil menguasai Armenia. Di bawah Seljuk membuat banyak warga Armenia memeluk Islam.

Ketika ekspansi Turki Utsmaniyah terjadi, posisi Muslim makin menguat di Armenia. Wilayah tersebut resmi masuk menjadi bagian wilayah Islam.

Terdapat sejarah kelam yang masih tak dapat dipastikan kebenarannya, yakni peristiwa berdarah genosida Armenia. Namun, sejarah tersebut pun ditolak Pemerintah Turki hingga kini. Hanya sebagian negara Barat yang menuding adanya genosida dalam sejarah Turki Usmani di Armenia.

Pada sekitar tahun 1900, Muslimin banyak meninggalkan Armenia. Etnis Kurdi dan Azerbaijan yang masih bertahan di sana meski secara berangsur mereka juga meninggalkan negara yang pernah menjadi bagian Uni Soviet tersebut. Lalu, ketika Armenia merdeka, Muslimin didominasi dari Iran, yang lokasinya memang bertetangga dengan Armenia. Saat ini, jumlah Muslimin sangat sedikit serta didominasi oleh kelompok etnis Kurdi dan Azeris.

Berbicara komunitas Muslim di Armenia, maka bahasan Hemshin tentu tak dapat luput. Sebutan Hemshin ditujukan pada komunitas Muslim yang berasal dari warga Armenia asli. Mereka adalah orang-orang asli Armenia yang memilih Islam sebagai keyakinan. Masjid Biru di Yerevan, Armenia. Dahulu, ketika Armenia menjadi bagian dari rezim Uni Soviet yang komunis, masjid ini diubah fungsi menjadi museum. - (wiki) Satu masjid
Masjid Biru rupanya tak hanya ada di ibu kota Turki, Istanbul. Di ibu kota Armenia, Yereven, terdapat pula masjid yang disebut dengan Masjid Biru (Blue Mosque). Arsitekturnya tak kalah indah dengan masjid yang di Turki. Berwarna biru, Masjid Biru Yereven tampak megah dilengkapi kubah dan menara.

Masjid ini merupakan satu-satunya masjid yang tersisa dan masih bertahan hingga kini. Padahal, dalam sejarah panjang Islam di Armenia, banyak masjid berdiri di sana. Bahkan, terdapat pula gereja yang diubah menjadi masjid. Namun, hanya Masjid Biru yang yang tersisa. Masjid Biru ini pun sempat ditutup saat Armenia di bawah pemerintahan Uni Soviet. Hingga ketika Armenia merdeka, masjid ini kembali dibuka.rol

No comments: