Ketika para Ashabul Kahfi Keluar dari Gua
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: ‘Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?).’ Mereka menjawab: ‘Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.’
Berkata (yang lain lagi): ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).’
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.’”
Utusan yang menjalankan tugas dari kawan-kawannya itu berjalan ke arah pusat kota. Di benaknya, terpikir bagaimana keadaan keluarga yang telah ditinggalkannya dan mata-mata pasukan Daqyanus yang harus dihindarinya sebisa mungkin. Dia hanya bisa berdoa. Berharap semoga sanak familinya yang beriman selamat serta tidak terlalu mencemaskan keadaan dirinya.
Yang terpenting sekarang, membeli makanan halal di pasar untuk segera diantarkan pada para sahabatnya yang menunggu di dalam gua.
Alangkah terkejutnya utusan ini begitu menyadari perubahan yang mencolok dari kota tempat tinggalnya. Tidak ada lagi gerbang kota Ephesus yang dihiasi ornamen dewa-dewi Romawi. Bahkan, hiasan yang dijumpainya adalah puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh mengherankan!
Hanya dalam semalam atau beberapa hari negeri yang dipimpin Daqyanus sudah meninggalkan perbuatan menyembah berhala!
Pasar yang selama ini diketahuinya telah berubah drastis. Bukan hanya kios-kios yang tidak sesuai dengan letaknya semula, tetapi juga mereka yang ada di dalamnya. Tidak ada satu pun wajah para pengunjung dan pedagang yang familiar baginya. Orang-orang juga mulai melihatnya aneh. Mungkin karena pakaian yang disandangnya.
Persoalan mulai muncul ketika utusan Ashab al-Kahfi ini membayar barang yang dibelinya. Si penjual terperanjat begitu melihat uang perak yang diterimanya. Seketika dia menolak karena uang itu sudah amat lama tidak berlaku lagi.
Bahkan, dia menuduh utusan Ashab al-Kahfi ini sedang menipunya. Ribut-ribut di depan kios itu membuat sejumlah petugas mendekat. Aparat keamanan ini lantas menangkap utusan tersebut.
Setelah diinterogasi, utusan itu pun menceritakan siapa dirinya dan kawan-kawannya yang sedang menunggu di dalam gua. Keterangannya membuat heran dan takjub para petugas. Bahkan, sejumlah menteri kerajaan sengaja datang begitu tahu ada uang kuno yang beredar di pasar.
Sebaliknya, utusan Ashab al-Kahi ini terperanjat setelah diberi tahu bahwa Daqyanus telah lama meninggal. Bahkan, gubernur musyrik nan lalil itu sudah menjemput ajal ratusan tahun silam. Sadarlah dia bahwa kini negeri tanah airnya dipimpin Theodosius, raja yang beriman pada ajaran Nabi Isa AS; iman yang juga dipeluk para Ashab al-Kahfi.
Tersiarlah berita ke tengah masyarakat tentang orang-orang saleh penghuni gua yang bangkit lagi setelah tiga abad ditinggalkan.
Khalayak mulai berbondong-bondong menghampiri gua di gunung tempat bersemayamnya Ashab al-Kahfi. Mereka begitu bersemangat untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri.rol
No comments:
Post a Comment