Sebagian Nasrani pada zaman Rasulullah SAW berselisih pendapat tentang jumlah mereka.
Red: Hasanul Rizqa
Foto: wiki
Kawasan yang disebut sebagai gua Ashabul Kahfi di Yordania.
Al-Kahf merupakan salah satu surah Makkiyah di dalam Alquran. Menurut Ahmad Fuad Effendy dalam buku Sudahkah Kita Mengenal Al-Qur'an? (2013: 41), di antara ciri-ciri yang dominan pada suatu surah yang turun di Makkah adalah banyak mengandung kecaman terhadap kaum musyrikin.
Surah al-Kahf ayat ke-22, umpamanya, menyinggung bagaimana orang-orang Nasrani pada zaman Rasulullah SAW berselisih pendapat tentang jumlah para pemuda Ashab al-Kahf.
“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ‘(jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, ‘(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya’, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, ‘(jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.’ Katakanlah, ‘Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.’ Karena itu, janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka”, demikian terjemahan ayat tersebut.
Orang-orang Nasrani dari Najran pada zaman Nabi SAW saling berbeda pendapat. Ada yang menegaskan jumlah para penghuni gua adalah tiga orang (anjingnya sebagai penghuni keempat).
Ada pula yang bersikeras jumlah mereka lima orang (anjingnya sebagai penghuni keenam). Padahal, seperti ditekankan dalam ayat Alquran di atas, kedua argumentasi tersebut hanyalah tebak-tebakan semata. Mereka hanya bisa mereka-reka ihwal yang gaib (rajman bilghaiib).
Alangkah lebih baik bagi seorang yang beriman untuk menyerahkan pengetahuan tentang hal-hal yang gaib pada Allah SWT. Ayat Alquran ini sekaligus untuk meneguhkan pendapat yang sahih, bahwa jumlah mereka adalah tujuh orang (anjingnya sebagai penghuni yang kedelapan).
Berapa lama di gua?
Dua ayat berikutnya membicarakan tentang berapa lama para Ashab al-Kahf dikondisikan tidur di dalam gua.
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”; Katakanlah, ‘Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.’”
Durasi ketujuh pemuda dan seekor anjing berada di dalam gua tersebut adalah 300 tahun syamsiah atau 309 tahun kamariah.
Sarat hikmah
Secara garis besar, kisah Ashab al-Kahf mengajarkan kepada kaum Muslimin tentang pentingnya memanfaatkan masa muda untuk berjuang di jalan Allah. Seorang pemuda Muslim mesti menyadari peran sebagai tunas harapan umat yang akan meneruskan dakwah tauhid di masa depan.
Oleh karena itu, tidak ada kecenderungan untuk membuang-buang waktu dengan perbuatan yang sia-sia. Seperti halnya para penghuni gua yang hidup bertahun-tahun sebelum Nabi Muhammad SAW itu, kualitas utama yang semestinya dimiliki mereka adalah pertama-tama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Hal itu telah ditegaskan dalam Alquran surah al-Kahf ayat ke-13 yang membuka kisah menakjubkan ini: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Derajat mereka naik pertama-tama karena ada iman di dalam hati. Ayat yang sama juga mengindikasikan bahwa iman mesti disertai dengan keinginan yang teguh untuk mempelajari agama secara sungguh-sungguh. Maka dari itu, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya mereka mendapatkan petunjuk dari-Nya.rol
No comments:
Post a Comment