Kisah Wanita Yahudi Meracuni Rasulullah

Dikutip dari buku Para Penentang Muhammad SAW karya Misran Jusan dan Armansyah, mulanya, pasukan Muslim berhasil mengalahkan musuh dalam Perang Khaibar yang meletus pada akhir tahun keenam Hijriyah.
Khaibar merupakan basis Yahudi yang cukup besar. Di daerah itu, banyak berdiri benteng-benteng yang dihuni sejumlah kelompok Arab yang anti-Islam. Jaraknya sekitar 100 mil arah barat laut Madinah. Para pemimpin mereka berkomplot untuk menyerang Madinah.
Akan tetapi, Rasulullah SAW lebih dahulu mengetahui rencana jahat ini. Beliau pun memimpin pasukan untuk mengepung Khaibar. Akhirnya, kaum Yahudi setempat bersedia melakukan perundingan damai dengan Muslimin. Bagaimanapun, itu bukanlah akhir dari peristiwa Khaibar.
Di antara para penghuni benteng, tersebutlah Zainab binti al-Harits. Perempuan Yahudi ini menaruh dendam kesumat pada Nabi SAW dan kaum Muslimin umumnya. Dalam peperangan terakhir, dia kehilangan ayah, paman, dan suaminya. Wanita ini pun menyiapkan rencana jahat untuk melampiaskan dendam itu.
Waktu itu, keadaan sudah damai. Pasukan Muslimin yang baru pulang dari pengepungan Khaibar merasa lelah dan bersiap-siap istirahat. Sementara itu, beberapa orang Khaibar mengabarkan kepada mereka hingga tiba ke Rasul SAW.
Masyarakat Khaibar hendak menghadiahkan sajian makanan kepada kaum Muslimin, termasuk Nabi SAW. Semua jamuan pun siap dan tersaji. Di antara semua hidangan, terdapat satu yang tampak mencolok, yakni domba panggang. Jenis masakan itu memang masyhur sebagai kegemaran Rasulullah SAW, sehingga para sahabat meletakkannya di depan tempat duduk beliau.
Ketika kaum Muslimin hendak menyantap hadiah itu, tiba-tiba beliau berkata, “Cukup! Berhentilah kalian makan.” Para sahabat terkejut.
Beliau lalu menjelaskan, ada racun di dalam makanan yang dihadiahkan orang-orang Khaibar itu.
Rasul SAW lantas menyuruh para sahabat untuk membawa Zainab binti al-Harits ke hadapannya. Sebab, perempuan itulah yang menjadi juru masaknya.
“Apakah engkau membubuhi racun pada domba panggang ini? tanya Rasul SAW.
“Siapa yang memberitahukannya kepadamu?” tanya Zainab kembali.
“Daging domba inilah (yang memberi tahu),” ujar beliau.
Akhirnya, Zainab mengaku sebagai pelakunya. Para sahabat begitu marah terhadap perempuan tersebut. Bahkan, salah seorang di antaranya meminta persetujuan Nabi SAW untuk membunuhnya. "Wahai Rasulullah, bolehkah kami membunuh perempuan ini?"
"Jangan lakukan itu," kata Rasulullah SAW.
Demikianlah, Nabi SAW memilih untuk memaafkan Zainab binti al-Harits. Beliau menginstruksikan kepada para sahabat yang telanjur mengonsumsi sajian itu agar melakukan bekam. Hal itu supaya zat beracun yang sempat masuk ke dalam tubuh mereka dapat dikeluarkan.
Di antara mereka, ada yang tak selamat, yakni Bisyr bin al-Barra'. Sebab, lelaki ini terlanjur menelan sajian yang ada di hadapannya.
Bagaimanapun, efek racun yang dibuat Zainab terus membekas pada fisik Rasul SAW. Pada hari-hari terakhir kehidupannya, beliau sakit keras. Dalam kondisi demikian, al-Musthafa dijenguk oleh ibunda Bisyr bin al-Barra'.
“Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat demam seberat ini,” kata Ummu Bisyr, "orang-orang bahkan berkata bahwa engkau diganggu setan."
“Tidak. Setan tak punya kuasa sama sekali menggangguku. Namun, semua ini adalah akibat dari daging beracun yang dahulu aku makan bersama dengan putramu di Khaibar. Hingga hari ini, aku masih merasakan gejalanya dan sepertinya tak lama lagi putuslah urat leherku ini,” tutur Nabi SAW.
Setelah insiden
Tentunya, Zainab binti al-Harits menjadi orang yang paling dicari setelah insiden domba panggang beracun itu. Seperti dilansir dari laman Nahdlatul Ulama (NU) Online, setidaknya ada tiga riwayat yang menceritakan keadaan wanita tersebut.Pertama, Zainab binti al-Harits langsung mengucapkan dua kalimat syahadat setelah menyaksikan langsung bahwa Muhammad SAW adalah benar-benar utusan Allah. Sebab, daging domba yang telah diracunnya itulah yang memberitahukan kepada Rasulullah SAW tentang rencana jahatnya. Usai menyaksikan mukjizat ini, perempuan Yahudi itu lantas memeluk Islam.
Hal ini diceritakan oleh Imam al-Zuhri dan Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari.
Kedua, dimaafkan. Banyak sahabat yang marah dan berniat membunuh Zainab binti al-Harits karena wanita ini telah membahayakan nyawa Nabi SAW dan terbukti membunuh Bisyr bin al-Barra', yang terlanjur memakan daging beracun. Namun, Rasulullah SAW melarang dan mencegah para sahabat untuk membunuh Zainab. Ini tertera dalam hadis riwayat Muslim.
Ketiga, dibunuh. Rasulullah SAW menerapkan hukuman pembalasan yang sama (qishas) pada Zainab lantaran wanita ini sudah membunuh Bisyr bin al-Barra’.
Jika dicermati lebih dalam, riwayat-riwayat tersebut tidak saling bertentangan, melainkan terjadi secara berurutan. Saat Bisyr belum meninggal, Rasulullah SAW memaafkan Zainab. Namun ketika Bisyr meninggal akibat racun Zainab dan keluarga almarhum menginginkan penerapan qishas, maka Nabi SAW memerintahkan sahabatnya untuk menjalankan qishas.rol
No comments:
Post a Comment