Kisah Nabi Ibrahim dan Tobatnya Pendosa

Lelaki ini beranggapan, tobat tidak diperlukan. Sebab, dosa-dosanya sudah begitu besar. Ia merasa, mustahil dirinya diampuni Allah SWT.
Hingga suatu hari, gempa bumi mengguncang kota tempat tinggalnya. Semua harta bendanya ludes. Rumahnya rata dengan tanah. Hati kecil si pendosa ini bertanya-tanya, mungkinkah ini peringatan dari Tuhan agar ia segera bertobat?
Lama ia merenung. Namun, ia tolak teguran hati kecilnya itu.
Lantas, ia memboyong seluruh anak istrinya untuk mengungsi. Sayangnya, musibah kembali menimpa.
Perahunya tenggelam bersama seluruh isinya. Tak ada yang tersisa kecuali sebuah panah, dirinya sendiri, dan seorang anak lelakinya yang masih kecil.
''Inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertobat?'' pikir dia.
Namun, ia bunuh lagi pikiran itu. Ia pun pamit pada anaknya untuk mencari hewan buruan. Seharian penuh, tetapi ia gagal mencari buruan.
Pada petang hari, ketika kembali, ia mendapati sesuatu bergerak-gerak di semak belukar. Segera ia melepaskan satu-satunya anak panahnya itu.
Alangkah terkejut ketika ia mengetahui, sasarannya ternyata adalah anaknya sendiri. Bocah itu tewas bersimbah darah.
"Inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertobat?'' pikirnya lagi.
Setelah tak menggubris isi hatinya sendiri, ia meninggalkan jasad anaknya. Ketika ia sedang beristirahat, tiba-tiba serombongan pasukan kerajaan melintas.
Mereka mencari seorang pembunuh. Begitu melihat dirinya memegang busur berlumuran darah, mereka pun menangkapnya karena mengira dialah yang buronan.
Dipotonglah kedua tangan dan kakinya.
Tragedi terakhir ini membuat ia yakin harus bertobat. Dengan kedua kaki dan tangan yang buntung, ia menghadap Ibrahim. ''Wahai Nabi Ibrahim, jika sekarang saya bertobat, masihkah Allah menerima pertobatan saya?''
No comments:
Post a Comment