Kisah Sahabat Nabi Abu Hurairah : Terus Berbakti Meski Ibundanya Musyrik
Bakti Abu Hurairah kepada orangtua walaupun sang ibu masih dalam status musyrik, beliau masih setia tinggal di dalam satu rumah dan melayani ibunda dengan lemah lembut. Foto ilustrasi/ist
Kisah ini tentang Abu Hurairah rhadiyallahu'anhu dan ibundanya. Sosok Abu Hurairah, pasti sudah sangat familiar di kalangan umat muslim. Beliau merupakan salah seorang sahabat nabi yang terkenal sebagai perawi hadis dan penulis berbagai kitab. Karya Imam Bukhari hingga saat ini masih jadi sumber referensi terpercaya, salah satunya dalam ilmu fiqih.
Abu Hurairah bernama lengkap Abdurrahman bin Shakhr Al Azdi. Kilas balik perjalanan Abu Hurairah sebagai muslim sebenarnya cukup sederhana. Abu Hurairah segera menyatakan keislamannya segera setelah Thufail bin Amr kembali dari bertemu dengan Nabi Muhammad. Walau demikian, sang ibu tetap pada keyakinan nenek moyangnya dan menolak untuk menjadi muslim.
Alkisah tentang sang ibunda ini diceritakan oleh Abu Kasir, Yazid bin Abdurrahman yang mendengarnya langsung dari Abu Hurairah.
Suatu ketika Abu Hurairah sedang mendakwahi ibunya agar masuk Islam. Namun, sang ibunda justru membalas perkataan Abu Hurairah dengan cacian untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal tersebut tentu melukai hati sang anak.
Abu Hurairah lalu memutuskan untuk menghadap Rasulullah. Ia menceritakan kejadian yang menimpanya sambil menangis.
“Ya Rasulullah, sungguh aku berusaha untuk mendakwahi ibuku agar masuk Islam, namun dia masih saja menolak ajakkanku. Hari ini aku kembali, beliau aku dakwahi namun dia malah mencaci dirimu. Oleh karena itu berdoalah kepada Allah agar Dia memberikan hidayah kepada ibu-nya Abu Hurairah,” kisah Abu Hurairah.
Setelah mendengar penuturan Abu Hurairah, Rasulullah lantas mendoakan agar ibu Abu Hurairah segera mendapat hidayah.
“Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu dari Abu Hurairah,” demikain doa sang Nabi.
Doa yang dilantunkan tentu membuat Abu Hurairah senang dan pulang dengan hati gempira. Setelah ia sampai di depan pintu rumahnya, ternyata pintu tersebut dalam keadaan terkunci.
Di tengah kebingungannya, terdengar teriakan sang ibunda.
“Tetaplah di tempatmu, wahai Abu Hurairah,” seru sang ibu.
Sesuai perintah ibunda, Abu Hurairah menunggu di depan rumah. Lalu terdengar suara guyuran air. Ternyata sang ibu tengah mandi. Usai mandi, beliau memakai jubahnya dan segera mengambil kerudungnya lantas membukakan pintu.
“Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusannya,” ucap sang ibu tepat ketika pintu rumah dibuka.
Abu Hurairah pun kaget bukan main. Doa Rasulullah ternyata dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Betapa senang hatinya mendengar saksi sang ibu. Ia bergegas menemui Rasulullah untuk memberitahukan kabarnya ini.
“Ya Rasulullah, bergembiralah. Sungguh Allah telah mengabulkan doamu dan telah memberikan hidayah kepada ibu-nya Abu Hurairah,” tutur Abu Hurairah sambil menangis. Tak seperti tangisan pertama, kini ia menangis karena akhirnya Allah menurunkan hidayalah kepada sang ibunda.
Mendengar kabar bahagia tersebut, Sang Nabi memuji Allah dan mengucap kata “bagus”.
“Ya Rasulullah, doakanlah aku dan ibuku agar menjadi orang yang dicintai oleh semua orang yang beriman dan menjadikan kami orang yang mencintai semua orang yang beriman,” ujar Abu Hurairah.
Rasulullah mengabulkan permintaannya dan kembali berdoa, “Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu ini yaitu Abu Hurairah dan ibunya orang yang dicintai oleh semua hambaMu yang beriman dan jadikanlah mereka berdua orang-orang yang mencintai semua orang yang beriman.”
Di antara banyak hal yang dapat dipetik dari kisah di atas adalah bakti Abu Hurairah kepada orangtua walaupun sang ibu masih dalam status musyrik. Beliau masih setia tinggal di dalam satu rumah dan melayani ibunda dengan lemah lembut. Salah satu hal yang di zaman sekarang ini jarang ditemui, bahkan ketika ibu dan anak itu sendiri merupakan keluarga muslim.
(wid)
Widaningsih




No comments:
Post a Comment