Beberapa Bukti Historis, Islam Telah Berkembang di Indonesia Pada Abad I Hijriah
1. Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok menyebutkan, pada sekitar tahun 625M di pesisir pantai Sumatera, yang berada di dalam naungan Kerajaan Sriwijaya, telah berdiri sebuah perkampungan Arab.
2. Ditemukan beberapa makam Sahabat Nabi Muhammad SAW di Nusantara. Salah satu yang paling terkenal adalah makam Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur), Sumatera Utara. Pada makamnya tertulis bahwa beliau wafat pada tahun 48 H. Tidak diketahui siapa nama Syeikh Rukunuddin sebenarnya, tapi dari tanggal wafatnya kita bisa mengatakan bahwa kemungkinan beliau adalah salah sorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu orang yang hidup sezaman dan berjumpa dengan beliau. Para sahabat dan tabiin telah memulai gelombang awal sejarah Islam di Bumi Nusantara
3. Kehadiran muslim Timur Tengah, yang kebanyakan berasal dari Arab dan Persia di Nusantara, bisa diselusuri melalui catatan pengembara terkenal Cina, I-Tsing, ketika ia pada sekitar tahun 671 M, dengan menumpang kapal Arab dan Persia dari Kanton berlabuh di pelabuhan di Muara Sungai Bhoga (atau Sribhoga, atau Sribuza, yang sekarang dikenal sebagai Sungai Musi). (I-Tsing (634-713), A Record of the Buddhist Religion as Practiced in India and the Malay Archipelago, terj. J. Takakusu, Oxford : Claredon Press, 1896, XXXIV. Riwayat lengkap I-Tsing tentang Sriboga dengan anotasi dari Takakusu terdapat pada XI-XIVI. lihat pula, Hourani, Arab Seafaring, 62; Hasan, Persian Navigation, 119-120)
4. Buya HAMKA menyebutkan, pada sekitar tahun 674M, seorang pencatat sejarah dari Tiongkok telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat perkampungan di pesisir barat Sumatera.
5. Didalam buku tulisan Ibnu Abdul Rabbih (860-940 M) berjudul Al Iqd al Farid (“Kalung Istimewa”) Terdapat Surat dari Maharaja Sriwijaya, Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz,(717 M – 99 M) :
” Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku”.
Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al Nujum al Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah (“Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo”) mempunyai tambahan untuk akhir surat kepada Khalifah Umar tersebut: “Saya mengirim hadiah jebat (musk), batu ratna, dupa dan barus. Terimalah dari saudara Islammu.”
WaLlahu a’lamu bishshawab
Panjie Negara
No comments:
Post a Comment