Ilmuwan Temukan Bukti Legenda Pemburu Kepala

Kepala ciut yang dipamerkan di museum Israel

Kepala ciut yang dipamerkan di museum Israel
(news.discovery.com)

Analisis DNA mengungkap kepala ini sebagai bukti otentik.

Sampel kepala ciut yang diawetkan dengan baik kini menjadi bukti otentik dengan analisis DNA. Temuan ini mengungkap kisah legenda suku pemburu kepala di Amerika Selatan itu nyata.

Studi ini dipublikasikan dalam edisi terbaru jurnal Archaeological and Anthropological Sciences. Penelitian ini sanggup mengungkap analisis genetik terhadap kepala manusia yang diciutkan ini.

"Kapala ciut ini dibuat dari kepala musuh yang dipenggal di medan perang," ujar penulis penelitian, Gila Kahila Bar-Gal kepada Discovery News.

"Setelah dipenggal, kepala musuh dengan teliti diciutkan melalui proses perebusan dan pemanasan dalam perayaan spiritual. Ini bertujuan agar roh jahat musuh terkunci. Proses ini juga untuk melindungi pembunuhnya dari balas dendam roh musuh," imbuhnya.

Peneliti Kahila Bar-Gal merupakan dosen senior pada Universitas Yahudi, Sekolah Kedokteran Hewan Koret, Yerusalem. Dia juga anggota Fakultas Pertanian, Pangan, dan Lingkungan.

Untuk penelitian ini, dia dan koleganya menguji DNA dengan berbagai teknik untuk memeriksa keasliannya. Dia ingin mengetahui asal kebudayaan yang mungkin melakukan penyusutan ini. Kepala ini dipamerkan di Museum Eretz Israel di Tel Aviv.

Kepala ini diawetkan dengan baik. Rambut, bentuk wajah, dan karakteristik fisik mayat itu tetap terjaga dengan baik.

Bar-Gal perlu menguji keaslian kepala ini karena sekitar 80 persen kepala ciut ini palsu. Pada akhir abad 19 hingga awal abad 20 terjadi peningkatan pembuatan kepala ciut palsu untuk mengeruk keuntungan.

Kepala ciut di museum Israel ini terbukti asli.

"Kepala ciut yang kami pelajari benar-benar dibuat dari kulit manusia," ujar Bar-Gal.

"Orang yang membuatnya tahu pasti cara mengulitinya dari tengkorak, termasuk juga rambutnya," imbuhnya.

Bar-Gal menyatakan kepala ini telah direbus dan diberi garam.

Peneliti memprediksi kulit itu milik orang yang hidup dan mati di Amerika Selatan. Orang itu diduga bagian dari populasi Afrika-Ekuador. Gen menunjukkan leluhur korban berasal dari Afrika Barat. Tapi, profil DNA korban cocok dengan populasi keturunan percampuran orang Ekuador dengan Afrika.

Menurut ilmuwan, korban diduga anggota kelompok yang berperang dengan suku Jivaro-Shuar dari Ekuador. Suku ini juga tinggal di Peru selama periode selepas kekuasaan Kolumbia. Mereka diyakini memiliki ritual menyusutkan kepala musuhnya.

VN

No comments: