Menguak Ilmuan Muslim; Sejarah Keperawatan Islam
Menguak Ilmuan Muslim; Sejarah Keperawatan Islam
Mutiara tetaplah mutiara
Menyatu dengan nama dan kemilaunya
Menerbitkan sinar angkasa
Mengingatkan arti setiap yang ada….
Ada
yang salah yang dalam benak pelajar dan mahasiwa saat ini, krisis
terhadap sejarah Islam dan masa ke-emasannya. Tentu ini adalah rekayasa
media Barat yang sengaja menyembunyikan sejarah ke-emasan itu Islam.
Terhadap pengetahuan pun yang didapatkan selama ini lebih mengarah pada
apa yang disampaikan Barat, kita tenggelam dalam membanggakan sejarah
mereka, baik dari segi keilmuan atau pun tokohnyanya. Yang paling
menyedihkan adalah banyak rujukan dari Barat yang memutarbalikkan fakta
sejarah akibatnya, ilmuan-ilmuan muslim dalam bidang sains tidak jarang
kita ketahui.
Kita mungkin pernah mendengar nama Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (864 – 930) ilmuwan terbesar dalam Islam pakar Sains khusunya bidang kedokteran, juga Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham (965–1039), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen,
adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak,
matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan
penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli
sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop
serta teleskop. Begitu juga Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi. Pada dunia barat dikenal dengan nama Al-Kindus.
Al-Kindi sendiri merupakan seorang filosof muslim dan ilmuwan yang
menguasai beberapa bidang disiplin ilmu, seperti: Filosofi, Matematika,
Logika, Musik, Ilmu Kedokteran. Yang tidak asing lagi dalam dunia
kesahatan dan kedoktoran adalah nama seperti Ar-Razi, Az-Zahrawi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Naffis.
Ibnu Naffis (1208 - 1288 M) dengan karyanya yang termasyhur adalah “Mujaz Al-Qanun”. Buku itu berisi kritik dan penambahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina. Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M).
Ibnu Rusdy kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di di
Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya
berjudul Al-Kulliyah fi Ath-Tib atau Colliyet. Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul Al-Taisir mengupas praktik-praktik kedokteran. Tokoh kedokteran muslim lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal di Barat Abulcasis.
Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi menempuh pendidikan
di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana pada masa Khalifah
Abdurrahman III. Sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk menulis
buku-buku kedokteran dan khususnya masalah bedah. Salah satu dari empat
buku kedokteran yang ditulisnya berjudul, ‘Al-Tastif Liman Ajiz’an Al-Ta’lif’–ensiklopedia bedah. Yang paling termashur dalam dunia kedokteran adalah seorang tokoh Ibnu Sina (1037), yang oleh Barat menyebutnya dengan nama Aveciena;
ilmuwan ensiklopedi, dokter, psikolog, penulis kaidah kedokteran modern
(dipakai sebagai referensi ilmu kedokteran Barat), menulis buku tentang
fungsi organ tubuh, meneliti penyakit TBC, Diabetes dan penyakit yang
ditimbulkan oleh efek fikiran. Dan ada banyak lagi tokoh muslim dalam
dunia sains dengan spesifikasi yang telah terbukti dan menjadi rujukan
negara Barat.
Dari sekian tokoh muslim di atas, yang lebih diketengahkan dalam tulisan ini adalah tokoh perawat pertama dalam Islam (mumarridah al-Islam al- Ula).
Yang namanya menjadi penulisan para pakar sejarah, namanya memberi
banyak inspirasi dalam dunia paramedik (perawat), khususnya bagi kaum
perempuan. Lalu siapakah dia itu,,.. baca terus hingga tuntas, dan
temukan inspirasi dan perjalanan sang perawat pertama itu. Dialah Rufaidah al Ansyariah.
Ingatkah
kita nama Rufaidah?. Ya, Rufaidah salah satu perawat pertama dalam
Islam. Dialah orang yang pertama kali melakukan pengobatan alternatif
kepada para sahabat yang terluka di medan laga. Dia pula yang perempuan
pertama yang meminta kepada rasul untuk ikut serta dalam peperangan
untuk sekedar membantu para sabahat yang terluka, berkat tangan emasnya
banyak sahabat rasul yang sembuh dalam tempo yang tidak terlau lama.
Untuk lebih jelasnya, berikut kisahnya yang diambil dari buku “Rufaidah Awwalu Mumarridah fi al Islam” karya Ahmad Syauqi al- Fanjari.
Nama lengkap perawat pertama Islam itu adalah Rufaidah binti Sa’ad al Aslamiyah.
Berasal dari salah dusun Aslam, salah satu dusun suku Khazraj di
Madinah. Lahir di Yasrib (al Madinal al Munawwarah–sekarang). Dia-lah
perempuan pertama yang berkonsentrasi terhadap pekerjaan Paramedik yang
telah diwariskan oleh leluhurnya. Rufaidah bekerja di samping masjid
Nabawi dengan mendirikan puskesmas (sejenis tenda pengobatan).
Skill
yang dimilikinya benar-benar ditujukkan untuk perkembangan dakwah
Islam. Obsesinya untuk berjihad semakin kuat, tentu berjihad dengan
keterampilannya dalam bidang keperawatan dan pembuatan ramuan yang
diracik oleh tangannya sendiri. Ketika masa perang datang, namanya
semakin tersebar karena mampu menghimpun dan mengornisir perempuan untuk
menjadi pelayan pengobatan disaat perang. Rufaidah bersama perempuan
saat itu memohon kepada Rasulullah “Wahai Rasullulloh, kami ingin
pergi bersamamu dalam pertempuan, jika kami diizinkan maka kami akan
mengobati korban yang terluka dan kami menolong kamu muslim sekuat kami”. Rasulullah Saw. menyambut dengan dengan berkata “Semoga kalin diberkari oleh Allah Swt.”.
Adapun beberapa perang yang sempat diikutinya seperti: di perang Badar,
Khaibar, Khandak dan beberapa perang lainnya (lih–Ahmad Syauqi
al-Fanjari, 2010: ii; ket. lanjut, lihat Sirah Ibn Hisyam).
Dia-lah
yang pertama mendirikan rumah sakit medan Perang, ya, sejenis tenda
palang merah di medan lagi, dimana tenda berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain. Seperti nomandik, maka rumah sakit seperti
itu pasti ditangani oleh orang yang terlatih dan terbiasa melakukannya.
Rufaidah adalah seorang pimpinan paramedik pada saat itu. Totalitas yang
ditunjukkan untuk Islam benar terpatri dalam aksi-aksinya. Tidak heran
jika Rasulullah saw pernah bersand kepada para sabahat rasul yang
terluka~ “pindahkan dian ke tenda Rufaidah sampai dia disembuhkan oleh
wanita itu dan aku akan selalu menjenguknya” (lih–Ahmad Syauqi al-
Fanjari, 2010: iii). Tak heran pula sebutan itu terkenal luas pada
pasukan kaum muslimin, menjadi tenda pertolongan pasa masa perang dengan
nama “Khaimah Rufaidah” (Tenda Rufaidah).
Ada
anggapan sebagian kelangan bahwa pengobatan di masa Arab jahiliyah
adalah pengobatan yang dipandang primitif karena disesuaikan dengan
kondisi tahapan sejarah pada saat itu. Tentu ini tidak bisa disalahkan
semuanya dan tidak pula dibenarkan secara keseluruhan. yang memandang
demikian tentu, lebih dilihat dari keyakinan dan akidah kepercayaan
orang–orang Arab jahiliyah pada masa itu dan Islam belum datang.
Sedangkan yang berkaitan dengan kedokteran dan paramedik sedikit yang
memerhatikan. Aktivias pengobatan dan keparawatan pada masa itu tidaklah
kecil, karena banyak diantara mereka yang mengunjungi wilayah persia,
Romawi, Siria dan India. Dari kegiatan tersebut, mereka kemudian
mentransfer kepada ilmu kedokteran. Rufaidah adalah sejarah terbaik dan
teladan bagi para profesi perawat dan dokter.
Sekalipun
Rufaidah bisa membuat obat-obatan untuk pengobatan, namun oleh para
sejarawan Rufaidah tidak disebut sebagai tabib (dokter–saat ini), tetapi
dikenal sebagai perawat. Bahkan para penulis sejarah Islam menyebut
Rufaidah sebagai Mumarridah al-Islam al- Ula (perawat pertama wanita dalam sejarah Islam). Selain aktivitasnya sebagai perawat, Rufaidah juga memiliki banyak aktivitas yang luas. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh sejarawan handal Ibn Kasir mengungkapkan tentang aktivitas Rufaidah “Ia
(Rufaidah) mencurahkan seluruh jiwanya untuk memberikan pelayanan
kepada orang yang kehilangan, yakni setiap orang membutuhkan pertolongan
dan bantuan, seperti: fakir miskin, anak yatim, serta orang-orang yang
tidak mampu”. Aktivitas sosialnya tampak pada proses
pendidikan yang dilakukan untuk anak-anak yatim, memberikan pelajaran
agama, dan mengasuh mereka. Pada zaman Rasulullah, para wanita melakukan
sambutan terhadap sambutan Rasulullah saw. “Barang
siapa memlihara seseorang atau dua orang-anak yatim, kemudian ia
bersabar dengan anak yatimnya, maka diriku dan dia seperti ini (sambil
merapatkan dua jari tangannya)” (H.R. Muslim).
Di samping kegiatan tersebut, Rufaidah
melakukan semua tugas paramedik seperti: merawat dan melayani pasien,
memberikan obat dan meminumkan dengan tangannya sendiri. Selain tugas
tersebut, yang berkaitan dengan persalinan pun tidak luput ditanganinya;
dari yang berat hingga ringan, memberikan bantuan pada medan perang,
mengangkut para korban yang terluka serta memakamkan yang syahid.
Padanyalah mutiara kebaikan dan pelajaran tersampaikan.
Lukman Abdullah; Nilagraha, 29 Juli 2013
Rujukan
Al- Fanjari, Ahmad Syauqi. 2010. Rufaidah awwalu mumarridah fi al Islam (terjemahan): Yogyakarta: Navila.
Sarwat, Ahmat. 2011. Seri Fikhul Hayat: Kedokeran. Yogyakarta: DU Publising.
Lukman A




No comments:
Post a Comment