Cara Kerja Sistem Anti-Rudal Israel
SAAT Gaza diserang rudal Israel, para pejuang Palestina tak tinggal diam. Mereka terus melakukan serangan balasan ke wilayah Israel, meski tak jarang serangan mereka berhasil dilumpuhkan oleh sistem pertahanan canggih anti-rudal Israel, yang kerap disebut Iron Dome. Terbayang oleh kita bahwa nama Iron Dome berkaitan dengan sebuah ‘gelembung’ protektif di atas kota. Namun, dalam praktiknya, sistem itu menyasar roket-roket yang datang dan menembakkan sebuah pencegat rudal demi menghancurkan roket-roket yang diluncurkan ke udara.
Lalu, bagaimana cara kerja Iron Dome dalam menghalau roket-roket para pejuang?
Setiap perangkat peluncur punya sebuah radar pengendali tembak untuk mengidentifikasi target. Sistem itu juga memiliki peluncur rudal portabel. Iron Dome mudah diangkut, serta hanya butuh beberapa jam untuk proses pemindahan dan pemasangan.
Menurut kelompok analisis keamanan IHS Jane’s pada tahun 2012, rudal Iron Dome sangat bisa bermanuver. Panjangnya hampir 10 meter, diameter sekitar 6 inci (atau 15 cm), dengan berat 90 kilogram. Hulu ledaknya diyakini membawa 11 kilogram bahan berdaya ledak tinggi. Jangkauannya mulai dari 4 kilometer sampai 70 kilometer.
Iron Dome dapat menghadapi banyak ancaman secara bersamaan, dalam segala kondisi cuaca. Israel memuji terobosan teknologi dan sistem radarnya.
Menurut pengakuan pihak militer Israel, radar Iron Dome mampu mendeteksi peluncuran roket dan memberi informasi mengenai jalurnya ke pusat kontrol, yang menghitung titik prediksi kerusakan. Jika memungkinkan pencegatan, sebuah rudal ditembakkan untuk mencegat roket itu. Bahan peledak dari pencegat rudal itu meledak di dekat roket, di tempat yang diperkirakan tidak akan menyebabkan korban.
AS telah terlibat dalam pengembangan sistem itu. Awalnya, hanya perusahaan teknologi pertahanan Israel, Rafael, yang mengembangkannya. Namun, AS kemudian sangat mendukungnya. [sm/islampos/natgeo]




No comments:
Post a Comment