Cerita Di Balik Penumpasan DI/TII] “Kakanya Tercinta Adalah Korban Salah Tembak Tentara”
Oprasi Militer Pasukan Siliwangi yang bersandikan “Pagar Betis” di Wilayah Jawa Barat pada penumpasan Pasukan Separatis DI/TII ketika itu meninggalkan cerita pilu bagi keluarga nenekku (almarhum ) hanya karena alasan “Persamaan Nama dan Julukan” Kakaknya tercinta terbunuh ketika itu .
Sebutlah nama Jamaluddin dia adalah seorang yang di anggap TO (Target Oprasi) pihak pasukan Siliwangi yang dilakukan Oleh Pasukan Siliwangi terhadap kelompok Militan DI/TII (Darul Islam /Tentara Islam Indonesia) di Jawa Barat terhadap gerakan yang di anggap Sparatis ketika itu , menyisakan cerita pilu.
Penulis mengingat kembali sebuah cerita yang memilukan tersebut pada sebuah cerita / pengalaman nyata Nenekku (Almarhum) yang di alami oleh Kakaknya (almarhum) yang pada saat itu jadi korban salah tangkap yang berada di Zona Oprasi pagar betis wilayah Perbatasan Ciamis dan Tasikmalaya tepatnya di jalur lintas antara Kota Banjar (sekarang) dengan batas kabupaten ciamis ketika itu membikin markas oprasi di sekitaran Kecamatan Cineam (sekarang).
Kelakuan Jamaluddin itu sangat mebikin resah pihak TNI Pasukan Siliwangi karena (katanya) dia adalah seorang intelegentnya Tentara DI/TII karena sikap licinnya yang mempunyai sikap ular kepala dua , atau dengan kata lain dia suatu saat bisa berbuat jadi informan pihak tentara nasional dan juga jadi informantnya pihak DI/TII yang jadi musuh besar pasukan siliwangi ketika itu , sikapnya seorang TO yang dimaksud telah menjadikan oprasi pasukan siliwangi gagal total ketika akan melakukan penyergapan terhadap keberadaan pasukan tentara DI/TII yang ada di wilayah perbatasan ciamis dan tasikmalaya , dan terkabarkan pada sebuah Oprasi pernah pihak Siliwangi kalang kabut dan hampir terusir dari markas oprasi karena kelemahan pasukan itu telah diketahui oleh pihak tentara DI/TII (katanya), begitu bahayanya seorang Najmuddin yang di maksud maka Komandan Pasukan Pagar betis itu memerintahkan agar seseorang itu di tangkap hidup-hidup atau di tembak di tempat (katanya).
Nama Jamaluddin di kampung yang telah di beri “ciri” khusus sebagai kampung komando DI/TII itu hanya satu orang , namun intial panggilan sehari-harinya jadi di kenakan kepada Dua orang dengan panggilan “Ki Udin” , jadi orang kedua yang di beri initial “Ki Udin” itu salah satunya adalah Najmuddin (kakak dari Neneku Almarhum).
“Pada malam Jum,at itu dia di tembaki di belakang rumah Ene (Nenek) ketika itu di bawah pohon mangga besar itu ,,!” Ucapan itu terngiang kembali dari mulutnya nenekku sambil menunjuk pohon mangga besar itu di tanah kebun kami ketika itu.
Terceritakan oprasi rahasia pihak pasukan Siliwangi itu para tentara mengendap-endap masuk kedalam kampung kami pada malam Jum,at , karena sebagai basis kampungnya orang-orang yang memegang teguh ajaran agama , warga masyarakat kampung kami sangat mempertahankan tradisi “ngaji mingguan” yang selalu di laksanakan pada malam Jum,at , mungkin pihak tentara kita melakukan penyamaran lihainya dan mennyakan sebuah nama dengan panggilan (initial) yang paling populair di kenal warga masyarakat , “lagi di mana ki Udin,,!” (Mungkin penyamamaran pihak TNI itu bertanya begitu) terhadap warga masyarakat yang lainnya ketika malam jum,at yang nahas itu terjadi.
Maka dengan mudah warga yang di ditanya pihak intelligent tentara itu menunjuk ke sebuah arah “Mesjid Tempat warga suka melakukan pengajian pada malam jum,at” karena kakaknya nenekku adalah seorang Kiai (Ustadz) di kampung kami ketika itu , “Kepintaran Ki Udin itu pada penafsiran ayat-ayat Al-Qur,an dan ilmu fiqih ki udin yang tinggi dan menguasai ilmu nahwu ( Ilmu yang mengajarkan tata bahasa arab di kitab kuning) , jadi ki udin itu sangat di hormati dan dijadikan sesepuh kampung kita , karena penerangan ilmu-ilmunya dapat di mengerti dan jadi pengajar berbagai ilmu agama kepada warga masyarakat di kampung kita dan warga kampung tetangga , karena ki udin suka di undang pada pengajian-pengajian di sekitar daerah kita ,,!” begitulah ucapan nenekku masih ku ingat sampai saat ini.
“Setelah selesai berceramah dan mengajar baca Al-Qur,an ba,da Isya ki udin ada yang menunggu di luar mesjid , lalu orang itu membawa ki udin naik ke atas dekat rumah ene (ketika itu) lalu terdengar bunyi tembakan “Dorr,,,!” lalu nenek beserta warga masyarakat cepat melihat asal mula suara “Dor” itu dan mendapatkan ki udin yang bersimbah darah dengan masih memakai sarung dan kopiahnya , posisi mayat ki udin seperti orang yang tengah sujud shalat “ kenang neneku almarhum sambil menyeka air matanya yang terlihat “ngembeng” di antara kelopak matanya yang keriput , aku masih mengingatnya dengan baik ucapan neneku ketika kami bercerita di rumahnya pada waktu itu.
“Tidak terlalu di hebohkan ketika itu , kami semua warga takut akan terjadi sesuatu yang bisa membahayakan kami semuanya , karena sikap berlebihan bisa mengundang kecurigaan pihak Tentara ketika itu, itulah deritanya warga masyarakat ketika gerakan DI/TII itu menguasai wilayah kami ini, sebenarnya rugi bagi kami semuanya , karena kita mesti bersikap masa bodoh tentang kejadian aneh , matinya saudara-saudara kita waktu itu , bila kita menampakan sifat kebencian kepada pihak Tentara maka kita dalam keadaan bahaya , dan bila kita menentang atau bersikap kasar terhadap pihak DI/TII yang selalu lewat ke depan rumah kita maka kita juga di curigai dan kita tingal menunggu apakah kita di bunuh oleh DI/TII atau di tembaki oleh pihak tentara ,,,!” kenang neneku tentang pahitnya berada di arena konpliks oprasi militer ketika Negara Kita memasuki pase-pase perang Revolusi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ketika itu.
“Tapi pada siangnya setelah dilakukan penguburan terhadap ki udin , ada yang datang ke pihak keluarga , bahwa yang tadi malam itu di tembak itu siapa Nama sebenarnya? Najmuddin Atau Jamaluddin ? lalu terdengar sebuah keterangan bahwa sebenarnya yang di cari itu (TO) bernama Jamaluddin berhubung Nama intial panggilannya sama maka “Kiai Kharismatik” Guru warga masyarakat kampung neneku dan kakak tercintanya itu telah “Gugur Sahid” dan tidak bisa pulang kerumah kembali membawa Singkong dan Talas kesukaan keluarga kita” lanjutnya pula aku masih mengingatnya.
Dan terkabarkan bahwa yang di cari oleh pihak pasukan tentara Siliwangi Dengan sandi Pagar Betis yang bernama Jalaluddin pada saat itu adalah pasukan yang bergelar Pasukan “Walangsungsang” (Tentaranya DI/TII di Jawa Barat).
Catatan Kecil; Tulisan ini hanya sekedar ingin mengenang bagaimana pedihnya sebuah perjuangan mempertahankan NKRI ketika itu , karena kita semua mengenal gerakan sparatis DI/TII itu sebagai bagian sejarah Intelegent Tentara Negara Kesatuan Republik Indonesia yang waktu itu kalah “Negosiasi” dengan pihak belanda pada perjanjian Renville yang mengatakan bahwa Wilayah Jawa Barat bukan merupakan wilayah Indonesia , dan di klaim sebagai wilayahnya Belanda.
Lalu Pasukan Siliwangi melakukan long march ke Jogya seluruhnya atas perintah membantu serangan tentara NICA dan Pasukan Bayaran Belanda yang bernama tentara Gurkha (waktu itu) , kekosongan kemanan waktu itu sempat di isi oleh gerakan DI/TII yang mengibarkan bendera Negara Islam Indonesia dan menghalau tentara Belanda yang masuk ke wilayah itu , dan berhasil mengusir tentara penjajah belanda yang akan masuk ke wilayah yang di klaim sebagai bagian wilayah kekuasannya , lalu setelah pasukan Siliwangi kembali ke wilayah “teritorialnya” mendapatkan kabar bahwa wilayah jawa barat adalah kekuasaan Tentara Walangsungsang (DI/TII) ketika itu dan penumpasan pun terjadi dan menimbulkan korban ribuan orang (katanya). Wallohu A,lam bimurodzih (hanya Allohlah yang mengetahui gerak-gerik mahluknya di dunia).
Yang jadi pertanyaan besar penulis sebetulnya adalah siapa sebenarnya Pasukan DI/TII pimpinan Karto Suwiryo itu ? karena bila di telisik mereka berhasil mengenyahkan penguasaan dan pengklaiman pihak Tentara Belanda dengan pasukan bayarannya (Tentara Gurkha) kembali ke baraknya , karena di patahkan jalur masuk pasukannya ke Wilayah Perbatasan Jabar – Jateng oleh yang mengatas namakan DI/TII dan keluar dari nama besar wilayah NKRI ? , karena pada perjanjian renville yang di tanda-tangani kedua belah pihak (Indonesia dan Belanda) bahwa Wilayah Jawa Barat merupakan wilayah Kekuasaan Belanda? Lalu pertanyaan besar itu belumlah terjawab sampai saat ini , dan TNI Tetap Jaya mengamankan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai saat ini, kepiawaian TNI kita akui dan penulis ucapkan BRAVO TNI ke 69 Hidup Indonesia ,Merdekalah Selalu,,,!!
*Singaparna,Kabupaten Tasikmalaya,
Asep Rizal.
No comments:
Post a Comment