“Disekitaran Peristiwa 65″
59 Tahun yang lalu di Negri kita Indonesia. Terjadi peristiwa yang sangat mengerikan bahkan cenderung sadis. Peristiwa yang dinamai oleh era Orde Baru dengan istilah G/30/S/PKI atau istilah yang dinamai Soekarno dengan nama Gestok (Gerakan Satu Oktober) atau istilah lainnya yaitu Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh). Entahlah nama apa yang pantas untuk menyebut peristiwa Tragis tersebut. Berawal dari isu Dewan Jenderal yang dihembuskan oleh PKI berdasar ditemukannya Dokumen Gilchrist. Iya Andrew Gilchrist adalah seorang Dubes Inggris di Jakarta. Issue yang berkembang bahwa Gilchrist mengirim Telegram yang dikirimkan untuk Kementrian Luar Negri Inggris. Inti dari Telegram itu adalah Rencana gabungan Intervensi Militer As-Inggris di Indonesia. Atau yang dalam kalangan PKI mengistilahkan “our Local Army Friend”. PKI menganggap bahwa Jenderal Jenderal yang kelak menjadi korban kebiadaban dari Peristiwa 65 adalah antek-antek asing yang ingin mengkudeta Soekarno. Issue ini pertama kali dihembuskan oleh Waperdam 1 (Wakil Perdana Menteri Satu) yaitu Dr. Soebandrio. Dia menganggap Para Jenderal ingin Mengkudeta Posisi Soekarno Sebagai Presiden. Dan Peristiwa itu akan terjadi pada saat perayaan Besar-Besaran TNI pada ulang tahun yang Ke 20 Tahun. Hal ini yang mendorong Syam Kamaruzaman seorang Kepala Biro Khusus PKI untuk menggunakan Issue Dewan Jenderal untuk menggagalkan rencana Kudeta yang katanya akan dilakukan para Jenderal-Jenderal AD Untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Hal ini sontak membuat Soekarno mulai gusar. Ia pun akhirnya memanggil Menpangad Ahmad Yani yang dianggap tahu tentang apa yang dinamakan Dewan Jenderal. Ahmad Yani menjelaskan kepada Bung Karno bahwa Dewan Jenderal itu tidak pernah ada dalam tubuh AD. Ia pun menjelaskan bahwa yang ada itu adalah Wanjakti (Dewan Jabatan Kepangkatan Tinggi) yang bertugas untuk memberikan masukan Menpangad mengenai Kenaikan Pangkat Kolonel-Kolonel yang akan diangkat jadi Jenderal dalam tubuh AD. Bung Karno pun percaya dengan penjelasan Menpangad Ahmad Yani. Dan telah menganggap selesai mengenai desas desus dengan apa yang dinamai Dewan Jenderal. Lalu muncul wacana membentuk Angkatan ke-5(setelah AD,AL,AU,APRI)yaitu buruh tani dipersenjatai. Hal ini muncul pertama kali ketika Waperdam 1 (wakil Perdana Mentri) DR Soebandrio berkunjung ke China pada tahun 1963. Ketika itu PM China Cho Eun Lai menyatakan akan memberikan ribuan pucuk senjata kepada Pemerintahan Indonesia.
Tepat pada Jum’at Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 terjadi peristiwa paling mengerikan di negri ini. Jenderal-Jenderal AD diculik dan dibunuh oleh para Resimen Tjakrabirawa yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. Tjakrabirawa adalah pasukan pengawal Presiden yang zaman Pemerintahan sekarang disebut Paspampres. Jenderal-jenderal yang diculik antara lain Mempangad Ahmad Yani, Mayjen Donald Isaac Panjaitan, Letjen MT Haryono, Letjen S.Parman, Mayjen Sutojo Siswomiharjo, Letjen Suprapto, dan salah satu Ajudan Jenderal A.H. Nasution yaitu Kapten Pierre Tendean. Mereka dibawa ke Daerah Lubang Buaya kawasan Pondok Gede Bekasi dalam keadaan masih hidup maupun sudah tewas diberondong peluru Pasukan Tjakrabirawa. Dan pagi hari nya objek –objek vital negara seperti Radio RRI, lalu Pangkalan Halim Perdana Kusuma telah dikuasai oleh unsur apa yg dinamakan Dewan Revolusi. Dan dalam pengumuman di di RRI, dewan Revolusi menyatakan telah menyelamatkan Presiden Soekarno dari percobaan Kudeta oleh Dewan Jenderal. Dan mengatakan Bung Karno ada dalam lindungan Dewan Revolusi dalam keadaan Selamat. Namun beberapa hari kemudian objek vital negara tersebut bisa direbut kembali oleh RPKAD(Resimen para Komando Angkatan Darat) yg dipimpin oleh Sarwo Edhie Wibowo yg juga Mertua dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pasca setelah peristiwa Malam Kelam 1 Oktober 1965 terjadilah fase yg paling menyeramkan yg pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Yaitu penumpasan mereka yg dianggap terlibat Gerakan G/30/S/PKI. Mereka yg dianggap terlibat, digolongkan dalam 3 golongan. Golongan ke 1 yaitu mereka yg jadi pemimpin inti dalam tubuh PKI. Seperti Ketua Umum DN Aidit, Nyoto, Sudisman, Sjam kamaruzaman. Lalu golongan ke 2 yaitu terdiri dari para kader kader PKI baik yg di pusat maupun daerah. Lalu golongan yg ke 3 yaitu golongan yg terdiri dari para simpatisan ataupun pendukung PKI, mereka inilah yg paling banyak menjadi korban kebringasan tentara yg dibantu beberapa elemen masyarakat baik dari unsur agama, Gerakan Pemuda,partai nasionalis,dll. Kalau dari golongan ke 1 dan 2 mereka Dieksekusi mati ataupun di penjara di pulau Buru Maluku.sedangkan golongan ketiga mereka yg dengan keji nya diburu lalu dibunuh dengan cara dipenggal lehernya, ditusuk Bayonet, Dijerat lehernya dengan kawat, ditembak dengan pistol bahkan sampai habis dipukuli dengan batu dan kayu hingga tewas. Bahkan dalam suatu kesaksian dalam majalah Tempo Edisi khusus Pengakuan Algojo 65 yg terbit pada tanggal 1 Oktober 2012. Pada suatu kesaksian dari warga di daerah Solo yg mengalami langsung peristiwa tersebut menyatakan Sungai Bengawan Solo yg awalnya airnya jernih berubah merah darah akibat mayat2 korban eksekusi dari para algojo dibuang ke sungai Bengawan Solo. Juga dari pengakuan dari seseorang yg tak mau disebutkan namanya. Warga tidak mau makan ikan dari sungai Bengawan Solo. Karna ia pernah menemukan di dalam tubuh ikan yg sudah mati terdapat jari jari dari korban pembantaian para algojo. Itu Cuma salah satu contoh dari kebiadaban algojo 65 yg didukung oleh tentara,pemuka agama, ataupun Pemimpin desa juga oleh negara. Mereka menganggap hal yg mereka lakukan merupakan tugas negara. Bahkan salah satu pernyataan dari seorang algojo 65 bahwa daripada saya dibunuh lebih baik saya membunuh. Tak kurang dari 500.000 – 2 Juta orang terbunuh sia sia. Dari orang tua, perempua bahkan anak anak yg belum tentu terlibat peristiwa 65. Sungguh peristiwa terkelam sepanjang sejarah bangsa ini. Mereka yg merupakan tahanan yg selamat dan sudah bebas seumur hidupnya harus menyandang gelar ET (Eks Tapol) di KTP nya. Bahkan keluarga dari para anggota PKI dikucilkan dari pergaulan di masyarakat. Mereka sulit mendapat pendidikan dan pekerjaan yang layak. Sampai sekarang pun di zaman yg katanya sudah reformasi mereka masih dianggap keluarga PKI masih sulit mendapat pekerjaan.
Dari Soekarno, Soeharto, PKI, sampai TNI. Mereka semua terlibat hingga muncul apa yg dinamakan peristiwa G/30/S/PKI, Gestok ataupun Gestapu. Namun dengan porsi kesalahan yg tentu berbeda. Mulai dari Soekarno, ia memang tidak terlibat langsung dalam rencana KUP itu. Tapi Soekarno membiarkan PKI tumbuh besar mengalahkan partai yg berasal dari ideologi nasionalis maupun Agama. Padahal PKI itu dalam masa sebelum terjadi peristiwa 65, telah melakukan dua kali percobaan pemberontakan. Yaitu peristiwa Silungkang,Jakarta dan Banten antara tahun 1926 – 1927 Ketika itu PKI yg baru berumur 6 tahun memberontak melawan Penjajah. Namun dengan mudah diciduk oleh Belanda. Pimpinan Mereka ada yg kabur ke Uni Sovyet seperti Semaun,Darsono dan Muso. Lalu pada tahun 1948 terjadi peristiwa Pemberontakan PKI di Madiun yg dipimpin Oleh Muso yg telah kembali dari pelarian juga mantan PM Amir Syaripuddin Harahap. Mereka mencoba mengkudeta Pemerintah Soekarno dan hatta baru seumur jagung. Lagi lagi pemberontakan mereka dengan mudah ditumpas. Dan menyebabkan pimpinan nya Musso dan Amir Syaripuddin dieksekusi mati oleh tentara kita. Lalu mengapa bung Karno tidak pernah berani membubarkan PKI yg telah dua kali memberontak. Bayangkan dengan MASYUMI dan PSI yg dibubarkan Bung Karno pada tahun 1960 karena para pimpinan nya dianggap terlibat dalam peristiwa separatis yaitu Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Para pimpinan dari MASYUMI yaitu M. Natsir,syafrudin Prawiranegara juga tokoh dari PSI yaitu Sutan Syahrir dipenjara dengan tuduhan makar. Lalu pimpinan PSI yg terkenal yaitu Sumitro Djoyohadikusumo yg Juga ayah Dari Prabowo Subianto melarikan diri ke luar negri. Sampai sekarang kita tak pernah tahu mengapa Bung Karno tetap kekeuh untuk tak membubarkan PKI. Bahkan bung Karno pernah berkata:”dalam Revolusi, seorang Bapak dapat dapat makan Anaknya sendiri. Lalu Soeharto yg dalam pengakuan Letkol Untung Syamsuri yg juga Pimpinan Resimen Tjakrabirawa dalam sidang Teperpu telah dilaporkan akan ada peristiwa penculikan dan pembunuhan yg dinamakan Dewan Jenderal. Tapi Soeharto diam saja tak melaporkan rencana tersebut kepada Menpangad Ahmad Yani. Dan akhinya keterlibatan soeharto tersebut benar adanya dengan pecahnya Peristiwa Supersemar Maret 1966 yg melanggengkan dia menjadi penjabat Presiden hingga diangkat Presiden pada tahun 1967 sampai jatuh Rezim orba pada tahun 1998. Sedangkan PKI dan TNI berkonfrontasi langsung dari awal sejak terjadi Peristiwa Ganyang Malaysia dan Pembebasan irian Barat. Mereka berselisih faham. PKI menganggap TNI tak pernah serius dalam upaya Konfrontasi ke Malaysia. Sehingga PKI dan bung KARNO membentuk apa yg dinamakan Sukwan (sukarelawan) dan Sukwati (Sukarelawati) juga Pemuda Rakyat dan Gerwani (Underbow PKI) untuk melawan Malaysia. Hingga akhirnya pecah peristiwa G/30/S/PKI yg melibatkan PKI dan TNI.
Dan sekarang di zaman Orde Reformasi kita harus menangkal bahaya laten Komunis dan juga kemunculan neo Orde Baru. Karna kita menganggap Komunis dan Orde Baru merupakan Sejarah kelam masa lalu yang tidak boleh muncul lagi atau sekedar tumbuh menjadi gerakan gerakan yang baru. Kita harus jadikan sejarah kelam masa lalu tersebut untuk menjadi pelajaran agar tidak terjadi lagi. Karna kita sudah mengalami betapa mengerikan masa masa Komunis muncul dan Orde baru.
LAWAN DAN TUMPAS BAHAYA LATEN KOMUNIS DAN NEO ORDE BARU !!!!!!!
Ari K
Tepat pada Jum’at Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 terjadi peristiwa paling mengerikan di negri ini. Jenderal-Jenderal AD diculik dan dibunuh oleh para Resimen Tjakrabirawa yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. Tjakrabirawa adalah pasukan pengawal Presiden yang zaman Pemerintahan sekarang disebut Paspampres. Jenderal-jenderal yang diculik antara lain Mempangad Ahmad Yani, Mayjen Donald Isaac Panjaitan, Letjen MT Haryono, Letjen S.Parman, Mayjen Sutojo Siswomiharjo, Letjen Suprapto, dan salah satu Ajudan Jenderal A.H. Nasution yaitu Kapten Pierre Tendean. Mereka dibawa ke Daerah Lubang Buaya kawasan Pondok Gede Bekasi dalam keadaan masih hidup maupun sudah tewas diberondong peluru Pasukan Tjakrabirawa. Dan pagi hari nya objek –objek vital negara seperti Radio RRI, lalu Pangkalan Halim Perdana Kusuma telah dikuasai oleh unsur apa yg dinamakan Dewan Revolusi. Dan dalam pengumuman di di RRI, dewan Revolusi menyatakan telah menyelamatkan Presiden Soekarno dari percobaan Kudeta oleh Dewan Jenderal. Dan mengatakan Bung Karno ada dalam lindungan Dewan Revolusi dalam keadaan Selamat. Namun beberapa hari kemudian objek vital negara tersebut bisa direbut kembali oleh RPKAD(Resimen para Komando Angkatan Darat) yg dipimpin oleh Sarwo Edhie Wibowo yg juga Mertua dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pasca setelah peristiwa Malam Kelam 1 Oktober 1965 terjadilah fase yg paling menyeramkan yg pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Yaitu penumpasan mereka yg dianggap terlibat Gerakan G/30/S/PKI. Mereka yg dianggap terlibat, digolongkan dalam 3 golongan. Golongan ke 1 yaitu mereka yg jadi pemimpin inti dalam tubuh PKI. Seperti Ketua Umum DN Aidit, Nyoto, Sudisman, Sjam kamaruzaman. Lalu golongan ke 2 yaitu terdiri dari para kader kader PKI baik yg di pusat maupun daerah. Lalu golongan yg ke 3 yaitu golongan yg terdiri dari para simpatisan ataupun pendukung PKI, mereka inilah yg paling banyak menjadi korban kebringasan tentara yg dibantu beberapa elemen masyarakat baik dari unsur agama, Gerakan Pemuda,partai nasionalis,dll. Kalau dari golongan ke 1 dan 2 mereka Dieksekusi mati ataupun di penjara di pulau Buru Maluku.sedangkan golongan ketiga mereka yg dengan keji nya diburu lalu dibunuh dengan cara dipenggal lehernya, ditusuk Bayonet, Dijerat lehernya dengan kawat, ditembak dengan pistol bahkan sampai habis dipukuli dengan batu dan kayu hingga tewas. Bahkan dalam suatu kesaksian dalam majalah Tempo Edisi khusus Pengakuan Algojo 65 yg terbit pada tanggal 1 Oktober 2012. Pada suatu kesaksian dari warga di daerah Solo yg mengalami langsung peristiwa tersebut menyatakan Sungai Bengawan Solo yg awalnya airnya jernih berubah merah darah akibat mayat2 korban eksekusi dari para algojo dibuang ke sungai Bengawan Solo. Juga dari pengakuan dari seseorang yg tak mau disebutkan namanya. Warga tidak mau makan ikan dari sungai Bengawan Solo. Karna ia pernah menemukan di dalam tubuh ikan yg sudah mati terdapat jari jari dari korban pembantaian para algojo. Itu Cuma salah satu contoh dari kebiadaban algojo 65 yg didukung oleh tentara,pemuka agama, ataupun Pemimpin desa juga oleh negara. Mereka menganggap hal yg mereka lakukan merupakan tugas negara. Bahkan salah satu pernyataan dari seorang algojo 65 bahwa daripada saya dibunuh lebih baik saya membunuh. Tak kurang dari 500.000 – 2 Juta orang terbunuh sia sia. Dari orang tua, perempua bahkan anak anak yg belum tentu terlibat peristiwa 65. Sungguh peristiwa terkelam sepanjang sejarah bangsa ini. Mereka yg merupakan tahanan yg selamat dan sudah bebas seumur hidupnya harus menyandang gelar ET (Eks Tapol) di KTP nya. Bahkan keluarga dari para anggota PKI dikucilkan dari pergaulan di masyarakat. Mereka sulit mendapat pendidikan dan pekerjaan yang layak. Sampai sekarang pun di zaman yg katanya sudah reformasi mereka masih dianggap keluarga PKI masih sulit mendapat pekerjaan.
Dari Soekarno, Soeharto, PKI, sampai TNI. Mereka semua terlibat hingga muncul apa yg dinamakan peristiwa G/30/S/PKI, Gestok ataupun Gestapu. Namun dengan porsi kesalahan yg tentu berbeda. Mulai dari Soekarno, ia memang tidak terlibat langsung dalam rencana KUP itu. Tapi Soekarno membiarkan PKI tumbuh besar mengalahkan partai yg berasal dari ideologi nasionalis maupun Agama. Padahal PKI itu dalam masa sebelum terjadi peristiwa 65, telah melakukan dua kali percobaan pemberontakan. Yaitu peristiwa Silungkang,Jakarta dan Banten antara tahun 1926 – 1927 Ketika itu PKI yg baru berumur 6 tahun memberontak melawan Penjajah. Namun dengan mudah diciduk oleh Belanda. Pimpinan Mereka ada yg kabur ke Uni Sovyet seperti Semaun,Darsono dan Muso. Lalu pada tahun 1948 terjadi peristiwa Pemberontakan PKI di Madiun yg dipimpin Oleh Muso yg telah kembali dari pelarian juga mantan PM Amir Syaripuddin Harahap. Mereka mencoba mengkudeta Pemerintah Soekarno dan hatta baru seumur jagung. Lagi lagi pemberontakan mereka dengan mudah ditumpas. Dan menyebabkan pimpinan nya Musso dan Amir Syaripuddin dieksekusi mati oleh tentara kita. Lalu mengapa bung Karno tidak pernah berani membubarkan PKI yg telah dua kali memberontak. Bayangkan dengan MASYUMI dan PSI yg dibubarkan Bung Karno pada tahun 1960 karena para pimpinan nya dianggap terlibat dalam peristiwa separatis yaitu Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Para pimpinan dari MASYUMI yaitu M. Natsir,syafrudin Prawiranegara juga tokoh dari PSI yaitu Sutan Syahrir dipenjara dengan tuduhan makar. Lalu pimpinan PSI yg terkenal yaitu Sumitro Djoyohadikusumo yg Juga ayah Dari Prabowo Subianto melarikan diri ke luar negri. Sampai sekarang kita tak pernah tahu mengapa Bung Karno tetap kekeuh untuk tak membubarkan PKI. Bahkan bung Karno pernah berkata:”dalam Revolusi, seorang Bapak dapat dapat makan Anaknya sendiri. Lalu Soeharto yg dalam pengakuan Letkol Untung Syamsuri yg juga Pimpinan Resimen Tjakrabirawa dalam sidang Teperpu telah dilaporkan akan ada peristiwa penculikan dan pembunuhan yg dinamakan Dewan Jenderal. Tapi Soeharto diam saja tak melaporkan rencana tersebut kepada Menpangad Ahmad Yani. Dan akhinya keterlibatan soeharto tersebut benar adanya dengan pecahnya Peristiwa Supersemar Maret 1966 yg melanggengkan dia menjadi penjabat Presiden hingga diangkat Presiden pada tahun 1967 sampai jatuh Rezim orba pada tahun 1998. Sedangkan PKI dan TNI berkonfrontasi langsung dari awal sejak terjadi Peristiwa Ganyang Malaysia dan Pembebasan irian Barat. Mereka berselisih faham. PKI menganggap TNI tak pernah serius dalam upaya Konfrontasi ke Malaysia. Sehingga PKI dan bung KARNO membentuk apa yg dinamakan Sukwan (sukarelawan) dan Sukwati (Sukarelawati) juga Pemuda Rakyat dan Gerwani (Underbow PKI) untuk melawan Malaysia. Hingga akhirnya pecah peristiwa G/30/S/PKI yg melibatkan PKI dan TNI.
Dan sekarang di zaman Orde Reformasi kita harus menangkal bahaya laten Komunis dan juga kemunculan neo Orde Baru. Karna kita menganggap Komunis dan Orde Baru merupakan Sejarah kelam masa lalu yang tidak boleh muncul lagi atau sekedar tumbuh menjadi gerakan gerakan yang baru. Kita harus jadikan sejarah kelam masa lalu tersebut untuk menjadi pelajaran agar tidak terjadi lagi. Karna kita sudah mengalami betapa mengerikan masa masa Komunis muncul dan Orde baru.
LAWAN DAN TUMPAS BAHAYA LATEN KOMUNIS DAN NEO ORDE BARU !!!!!!!
Ari K
No comments:
Post a Comment