Kemuliaan dan Keutamaan Sifat Istri Saleha
Widaningsih
Perempuan saleha menurut Islam adalah perempuan muslimah yang selalu istiqamah menjalankan segala perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan menjauhi larangan-Nya. Dengan kata lain perempuan saleha adalah perempuan yang selalu berpegang teguh pada amar ma’ruf nahi mungkar.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa perempuan saleha adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia. Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا ا رْملَْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salihah.” (HR. Muslim)
Dalam hadis lainnya juga disebutkan bahwa istri saleha adalah perhiasan yang paling berharga bagi seorang laki-laki baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khatthab radhiyallahu ‘anhu,
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرٍ مَا يَكْنِزُ ا رْملَْءُ، ا رْملَْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ
.
"Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri saleha yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud )
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata,“Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang saleha yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu.
Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia menaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/ mengasuh anak-anakmu.” (‘Aunul Ma‘bud)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda,
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: ا رْملَْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَ المَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَ الَمرْكَبُ الْهَنِي؛ وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَا رْملَْأَةُ السُّوءُ، وَا رْملَكَبُ السُّوءُ، وَ المَسْكَنُ الضَّيِّقُ
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang salihah, tempat tinggal yang luas/lapang, tetangga yang saleh, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak saleha), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban)
Ketika Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَاناً ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ
“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berzikir dan istri mukminahyang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah)
Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi perempuan saleha dengan anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang selainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُنْكَحُ ا رْملَْأَةُ رِألَْبَعٍ: اِملَلِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dirangkum dari ceramah Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyyah, dijelaskan bahwa empat hal tersebut merupakan faktor penyebab dipersuntingnya seorang perempuan dan ini merupakan pengabaran berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untuk mengumpulkan perkara-perkara tersebut.
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Dalam hadis ini ada anjuran untuk berteman/bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yang baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka.” (Syarah Shahih Muslim)
Sifat-Sifat Istri Saleha
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ
“Wanita (istri) saleha adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (QS An-Nisa: 34)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat perempuan saleha adalah taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan kepada suaminya dalam hal yang ma‘ruf lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‘di rahimahullah berkata, “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah Ta’ala berfirman, ‘Wanita saleha adalah yang taat,’ yakni taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, ‘Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.’ Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir al-Karimir Rahman)
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dengan istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah Ta'ala menyatakan kepada Rasul-Nya:
عَسَىٰ رَبُّهُۥٓ إِن طَلَّقَكُنَّ أَن يُبۡدِلَهُۥٓ أَزۡوَٰجًا خَيۡرٗا مِّنكُنَّ مُسۡلِمَٰتٖ مُّؤۡمِنَٰتٖ قَٰنِتَٰتٖ تَٰٓئِبَٰتٍ عَٰبِدَٰتٖ سَٰٓئِحَٰتٖ ثَيِّبَٰتٖ وَأَبۡكَارٗا ٥
“Jika sampai Nabi menceraikan kalian , mudah-mudahan Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ‘abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis.” (QS at-Tahrim: 5)
Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyyah menjelaskan, dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang saleha yaitu:
1. Muslimat
Yaitu perempuan-perempuan yang ikhlas (kepada Allah subhanahu wa ta’ala), tunduk kepada perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan perintah Rasul-Nya.
2. Mukminat
Perempuan-perempuanyang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’ala.
3. Qanitat
Perempuan-perempuan yang taat. Taibat:perempuan yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.
4. Abidat
Yakni perempuan-perempuanyang banyak melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala di dalam al-Qur’an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma).
5. Saihat
Yaitu perempuan-perempuan yang berpuasa.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,
إِذَا صَلَّتِ المَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Apabila seorang wanita salat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya, ‘Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai’.” (HR. Ahmad)
Dari dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa sifat istri yang saleha adalah sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
2. Tunduk kepada perintah Allah Ta'ala, terus-menerus dalam ketaatan kepada- Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti salat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’ala.
3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah. Selalu kembali kepada Allah Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan zikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.
4. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.
5. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.
Wallahu A'lam
(wid)
No comments:
Post a Comment