Abdul Qadir al-Jazairi Pejuang Kemerdekaan Anti-Kolonial yang Menjadi Pahlawan Internasional
Abdul Qadir al-Jazairi |
Sejak awal perlawanannya, prinsip-prinsip Islam Abdul Qadir menginspirasi kekaguman tidak hanya dari Aljazair, tetapi juga dari Eropa dan bahkan dari musuh Prancisnya.
Dia dikenal sebagai musuh Prancis, yang kemudian menjadi pahlawan yang diakui secara internasional. Abdul Qadir al-Jazairi, telah memimpin 15 tahun perjuangan melawan invasi Prancis di Aljazair.
Lahir pada tahun 1808 di kota Guenta yang terletak di Aljazair Barat, Abdul Qadir tumbuh di sekolah ayahnya, sekolah Islam Muhiddin. Sejak muda dia memiliki pengetahuan yang luas dan berhasil menghafal Quran pada umur 14 tahun.
Pada tahun 1825 dia bersama ayahnya berangkat haji dan melakukan perjalanan melintasi Timur Tengah. Pengalaman ini, serta pertemuannya dengan Imam Syamil, seorang pria yang nantinya memimpin perjuangan Kaukasia melawan Kekaisaran Rusia, berdampak besar pada kehidupan Abdul Qadir.
Tidak lama setelah dia kembali dari berhaji, Abdul Qadir memimpin perjuangannya sendiri, ketika Prancis menginvasi Aljazair. Perlawanan di antara suku-suku Aljazair Barat didorong oleh para ulama, sehingga ketika tentara Prancis mencapai Oran, Muhiddin diminta untuk memimpin kampanye menentang pendudukan kota itu.
Abdul Qadir dan ayahnya termasuk di antara yang pertama terlibat dalam serangan di bawah tembok kota. Setahun kemudian, Abdul-Qadir terpilih sebagai Amir dan ini memulai perlawanannya selama 15 tahun melawan Prancis.
Sejak awal perlawanannya, prinsip-prinsip Islam Abdul Qadir menginspirasi kekaguman tidak hanya dari Aljazair, tetapi juga dari Eropa dan bahkan dari musuh Prancisnya. Dia berhasil menyatukan suku-suku di Aljazair barat dan melalui kombinasi serangan gerilya yang terampil dan gencatan senjata taktis, mereka menimbulkan sejumlah kekalahan yang memalukan selama periode 10 tahun pada salah satu pasukan paling maju di Eropa pada saat itu.
Dalam hal makanan, perhatian medis, dan perilaku hormat, Abdul-Qadir memperlakukan tahanan Prancisnya tidak berbeda dengan anak buahnya sendiri. Pada suatu kesempatan, dia membebaskan para tahanan hanya karena dia tidak memiliki cukup makanan untuk mereka.
Perwira Angkatan Darat Inggris, Charles Henry Churchill berkata tentangnya. “Perhatian yang murah hati, simpati yang lembut” yang dia tunjukkan kepada tawanan perangnya “hampir tidak ada bandingannya dalam sejarah perang,” kata Churchill sebagaimana dikutip Ilmfeed.
Tetapi prinsip dan belas kasihan Abdul-Qadir tidak dimiliki oleh musuh-musuhnya. Setelah 10 tahun melakukan perlawanan, Prancis menyesuaikan taktiknya dengan perang gerilya Al-Qadir. Tentara Prancis secara brutal menindas suku-suku pedesaan di Aljazair Barat, melalui ‘kebijakan bumi hangus’ termasuk pembantaian dan pemerkosaan massal.
Mereka juga menghancurkan lahan pertanian di daerah pedesaan yang memaksa orang-orang kelaparan demi melemahkan pemerintahan Abdul-Qadir. Ketika benteng-bentengnya dihancurkan, Abdul Qadir terus bertempur di Aljazair Timur, tetapi dengan hanya sejumlah kecil suku yang menjanjikan dukungan mereka, pemberontakan dipadamkan dan Abdul Qadir terpaksa menyerah pada 21 Desember 1847, setelah berjuang selama 15 tahun. Tapi ini bukanlah akhir dari kepahlawanan Abdul-Qadir.
Setelah lebih dari 4 tahun dipenjara di Prancis, presiden Prancis baru Napoléon Bonaparte membebaskan para tahanan karena tekanan yang meningkat, termasuk permohonan dari Politisi Inggris, Lord Londonderry. Diasingkan dari tanah airnya Abdul Qadir akhirnya pindah ke Damaskus di mana perjuangannya untuk keadilan akan memberinya pengakuan internasional.
Pada Juli 1860, kawasan Kristen di Damaskus diserang oleh Druze. Abdul Qadir telah memperingatkan konsul Prancis serta Dewan Damaskus bahwa kekerasan akan segera terjadi. Ketika serangan dimulai, dia melindungi banyak orang Kristen, di dalam rumahnya yang aman.
Sepanjang hidupnya, Abdul Qadir selalu berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan, dan karena ini namanya terukir dalam sejarah. Sementara Prancis melihatnya sebagai lawan yang belum pernah mereka dihadapi sebelumnya, banyak orang di seluruh dunia melihatnya sebagai pejuang kebebasan patriotik.
Perlawanan Abdul Qadir, serta belas kasihannya membuatnya dihormati oleh para pemimpin Muslim dan non-Muslim dari seluruh dunia termasuk Imam Syamil, Khalifah Utsmaniyah, Abraham Lincoln, dan Paus.
Dari perlindungannya terhadap yang orang lemah, hingga perjuangannya melawan penindasan penjajah yang brutal, kisah Abdul Qadir tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia hingga saat ini.*
No comments:
Post a Comment