Dunia Ketentaraan dalam Khazanah Islam

Pasukan Ottoman pada abad ke-16.

Pasukan Ottoman pada abad ke-16.

Foto: google.com
Beginilah khazanah ketentaraan dalam Islam.

Ketua Kamar Militer Mahkamah Agung (MA) Mayor Jenderal (Purn) Burhan Dahlan, menyebut ada kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LG*T) di lingkungan TNI. Kelompok tersebut dipimpin seorang sersan dan anggotanya ada yang berpangkat letnan kolonel (letkol).

 
"Ternyata, mereka menyampaikan kepada saya, sudah ada kelompok-kelompok baru, kelompok persatuan LG*T TNI-Polri. Pimpinannya sersan anggotanya ada yang letkol," ujar Burhan dalam kegiatan Pembinaan Teknis dan Administrasi Yudisial pada Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia yang disiarkan di kanal Youtube MA, dikutip Kamis (15/10). [Republika, 15/10].
 
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
 
Kabar itu mungkin bagi sebagian orang bukan hal baru. Namun bagi saya, berita itu tetap mengejutkan. Karena disampaikan oleh pihak yang berwenang dalam sebuah forum resmi. Bukan kabar burung atau gunjingan ala Bu Tejo.
 
Institusi militer adalah salah satu institusi yang paling ketat dalam seleksi anggotanya. Begitupun dalam pengawasan dan disiplin kesehariannya. Muncul pertanyaan, mengapa hal itu sampai lolos? Semoga kasus ini segera tertangani dan "virusnya" tidak dibiarkan menyebar.
 
Begitu disiplinnya para serdadu hingga tak ada satupun ayunan langkah kaki yang boleh berbeda dari pasukannya. Kalau di komik Asterix digambarkan derap langkah legiun Romawi begitu teratur dan nyaring bunyinya.
 
Kekompakan mereka menyusun formasi menggunakan tameng-tameng baja, seakan membuat pasukan itu berada di dalam benteng bergerak.
 
Pasukan Romawi yang begitu hebat itu ternyata tak bernyali di hadapan pasukan Muslimin. Diriwayatkan pasukan Romawi dan Persia, dua pasukan militer terkuat di dunia pada masanya, saking takutnya dengan pasukan Muslimin sampai para jendralnya mengambil tindakan ekstrem.
 
Tiap 10 tentara kakinya diikat dengan rantai. Tujuannya supaya tidak ada yang melarikan diri saat terjadi pertempuran. Meski begitu, tetap saja pasukan itu kocar-kacir begitu sayup-sayup mendengar gemuruh takbir pasukan Muslimin.
 
Kalau di masa Rasulullah SAW mobilisasi pasukan Muslimin berdasar perintah langsung dari Rasulullah SAW. Baru pada masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab didirikan kantor negara pertama yang khusus mengelola urusan militer.
 
Kantor ini telah memiliki sistem administrasi yang baik. Kalau istilah sekarang sudah ada data base-nya. Nama, pangkat, karier, serta gambaran singkat kehidupan para tentara ini.
 
Selama pasukan itu berada di medan jihad, negara menjamin kehidupan keluarga yang ditinggalkan. Pada masa itu pula secara resmi ada pembagian antara sipil dan militer.
 
Sistem kelola militer itu semakin teratur dan baik di masa Daulah Umayyah. Institusi militer dibagi menjadi tiga, yakni angkatan darat (al-Jund), angkatan laut (al-Bahriyah), dan kepolisian (as-Syurthah).
 
Abu Zayd Shalaby dalam kitabnya Tarikh al-Hadarah al-Islamiyyah wa al-Fikr al-Islam menuliskan, undang-undang militer mulai disusun pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Daulah Umayyah yang memimpin pada 685-705 M.
 
Undang-undang itu disebut Nidham at-Tajnid al-Ijbari (Undang-Undang Wajib Militer). Dan mulai saat itu dikenalah sistem wajib militer bagi pemuda Muslim.
Pada masa Daulah Abbasiyah dibentuklah korps budak prajurit. Yang juga dikenal dengan istilah ghulam atau mamluk. Khalifah al-Mu'tasim yang memulainya.
 
Pasukan ini dikenal sangat hebat dan militan.
 
Dan pasukan militer terkuat di seluruh bumi dimiliki oleh Daulah Utsmani. Bahkan ada perkataan Sultan Salim I yang terkenal, "Jika Scorpions (pasukan Kristen) menempati laut dengan kapalnya, jika bendera Paus dan raja-raja Prancis serta Spanyol berkibar di Pantai Trace, itu semata-mata karena kebaikan hati kami.”
 
Saya tak bisa membayangkan seperti apa hukuman yang akan dijatuhkan bila didapati perilaku menyimpang pada pasukan masa itu.

No comments: