Jangan Merusak Islam, Seperti Kaum “Yahudi Liberal”

Jangan Merusak Islam, Seperti Kaum “Yahudi Liberal”
Rabi Yahudi Israel (Yahudi Ortodox).Dr. Adian Husaini 

DALAM acara Kuliah Ahad Malam (Kalam), 15 November 2020, saya menyinggung sedikit tentang perkembangan istilah dan gagasan “Islam Liberal” yang sejalan dengan pemikiran kaum “Yahudi Liberal”. Pagi ini, 16 November 2020, saya coba membandingkan sebagian isi situs “Yahudi Liberal” dengan situs “Islam Liberal” di Indonesia. Khususnya, soal dukungan dan pembelaan terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender).

Dalam situs https://www.liberaljudaism.org, pagi ini masih dimuat berita tentang parade kaum Yahudi Liberal dalam pawai kaum LGBT di New York, 17 Juni 2019. Disebutkan: “A dozen York Liberal Jewish Community (YLJC) members joined thousands of others in braving the rain to march in this year’s York Pride parade… YLJC Founder, Ben Rich said: “Ensuring that everyone whatever their gender or sexual orientation feels not only tolerated but positively welcomed in our community is essential to our ethos and has been crucial to York Liberal Jewish Community’s success. We hope this will be just the first of many occasions on which we get to take part in York Pride.”

*****

Kaum Yahudi liberal memang dikenal sebagai penyokong kuat legalisasi perkawinan sesama jenis. Simaklah, misalnya, sebuah berita di http://www.pinknews.co.uk, yang berjudul ”Liberal Judaism launches gay marriage ceremonies in Britain.” (25-11-2005).

Dalam berita yang ditulis oleh Benjamin Cohen ini, disebutkan, bahwa Yahudi Liberal merupakan kelompok agama Yahudi pertama yang memberikan pelayanan jasa perkawinan homoseks. Di kalangan Yahudi Liberal, memang sudah banyak pemuka-pemuka agama (rabbi) yang gay maupun lesbian. Dengan diadakannya seremoni perkawinan sejenis tersebut, maka perkawinan sejenis (homoseksual) bagi kaum Yahudi sudah diakui sama statusnya dengan perkawinan lain jenis (heteroseksual) di kalangan otoritas Rabbi Liberal (Liberal Rabbinic authorities).

Umat Islam perlu mencermati perkembangan kaum Yahudi liberal tersebut. Sebab, apa yang sudah terjadi pada kaum dan agama Yahudi, kini sedang diterapkan untuk Islam. Di sejumlah situs internet, kita bisa menyaksikan, kaum Yahudi liberal sudah melakukan perombakan besar-besaran terhadap agama mereka, agar agama mereka bisa menyesuaikan dengan nilai-nilai Barat modern.

Pengesahan perkawinan homoseksual adalah salah satu contohnya. Di Inggris, misalnya, kaum Yahudi liberal juga sudah memiliki sinagog sendiri, terpisah dengan aliran-aliran Yahudi lainnya.

Kaum Yahudi Ortodoks yang dipimpin oleh Rabbi Sir Jonathan Sacks, menyatakan, bahwa kelompoknya tidak akan mengikuti tindakan kaum Yahudi liberal tersebut. Seorang jurbicaranya menyatakan, “Tidak ada harapan arus utama Yahudi Ortodoks akan mengizinkan perkawinan sesama jenis.”

Dari 31 pemuka agama Yahudi (rabbi) yang menjadi anggota penuh “Konferensi Rabbi Yahudi Liberal” (Liberal Judaism’s Rabbinic Conference), empat diantaranya adalah lesbian dan dua orang gay. Kaum Yahudi Liberal memiliki lebih dari 30 kongegrasi dan 10.000 anggota. Melalui apa yang disebut sebagai “The Civil Partnership Law” maka kaum Yahudi memiliki sejarah baru yang memberikan jaminan pengesahan perkawinan homoseksual dan lesbian.

Begitulah tindakan kaum Yahudi Liberal yang sekarang sudah secara resmi menjadi bagian dari agama Yahudi. Sama dengan Yahudi Ortodoks, Yahudi konservatif, dan sebagainya. Agama Yahudi tidak lagi menjadi satu. Tapi sudah terpecah-pecah menjadi agama yang banyak. Mereka juga dengan ‘kreasinya’ sendiri, mengubah-ubah hukum perkawinan sejenis yang sudah ditegaskan di dalam Bibel mereka sendiri, bahwa tindakan homoseksual adalah tindakan jahat yang harus dijatuhi hukuman berat.

Dalam Kitab Imamat: 13, dikatakan: “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.”

Tetapi, karena kaum Yahudi Liberal ini ingin agamanya menyesuaikan dengan perkembangan zaman, mereka memandang, tidak ada yang tetap dalam agama mereka. Hukum-hukum agama yang sudah jelas pun mereka ubah-ubah, sesuai dengan keinginan mereka. Bahkan, mereka buat sinagog sendiri, yang akhirnya juga menjadi tempat upacara perkawinan sejenis. Selain sinagog sendiri, kaum Yahudi liberal juga sudah memiliki media massa dan penerbitan buku sendiri.

*****

Apakah Yahudi Liberal itu? Dalam situsnya, www.ulps.org, mereka menjelaskan, bahwa Yahdudi Liberal (Liberal Judaism) mulai muncul pada abad ke-19, sebagai satu upaya untuk menyesuaikan dasar-dasar ajaran agama Yahudi dengan nilai-nilai zaman pencerahan Eropa (Enlightenment) tentang pemikiran rasional dan bukti-bukti sains.

Kaum Yahudi liberal berharap mereka dapat menyesuaikan agama mereka dengan masyarakat modern. Kaum Yahudi liberal juga percaya bahwa Kitab-kitab Yahudi (Hebrew Scriptures) – termasuk Taurat – adalah upaya manusia untuk memahami Kehendak Tuhan, dan karena itu, mereka menggunakan Kitab-kitab itu sebagai titik awal dalam pengambilan keputusan.

Mereka pun sadar akan kemungkinan kesalahan Kitab mereka dan menghargai nilai-nilai pengetahuan di luar Kitab agama mereka. (Liberal Judaism believes that the Hebrew Scriptures including the Torah are a human attempt to understand the Divine Will, and therefore uses Scripture as the starting point for Jewish decision making, conscious of the fallibility of scripture and of the value of knowledge outside of Scripture).

Itulah gagasan dan perkembangan Yahudi Liberal. Silakan dicermati terus dan bandingkan pemikiran-pemikiran “Islam liberal” dengan “Yahudi liberal”. Semoga kita tidak ikut-ikutan merusak agama kita sendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Yahudi Liberal. Sebab, Islam adalah agama yang dijaga oleh Allah. Yang rugi dan hancur adalah yang merusak Islam itu sendiri. Percayalah! (Solo, 16 November 2020).*

Penulis adalah Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia

No comments: