Penjelasan Al-Qur'an dan Doa Nabi Tentang Angin Kencang
Karena angin dan hujan adalah rahmat Allah, tentu seorang muslim dilarang mencela hujan dan angin yang bersama hujan tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ
”Janganlah kamu mencaci maki angin.”
Allah yang mengatur waktu, cuaca dan seluruh alam semesta ini. Maka, mencela dan memaki hal tersebut, berarti mencela Allah yang telah mengaturnya.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
”Allah ’Azza wa Jalla berfirman, “Anak Adam menyakiti-Ku. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.”
Hadis Nabi tersebut mengingatkan bahwa kehidupan manusia tentu tidak akan terlepas dari kondisi cuaca di saat malam dan siang.
Dan angin merupakan salah satu bagian dari ke-Esaan Allah Ta'ala. Banyak ayat Al-Quran yang menerangkan perihal hal tersebut, di antaranya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya. Mudah-mudahan kamu bersyukur,” (QS. Ar-Rum: 46).
“Dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan,” (QS. Al-Baqarah: 164).
Dalam Shahih Muslim dari Aisyah radiyallahu ‘anha, ia mengatakan :
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم إِذَا عَصَفَتِ الرِّيْحُ، قَالَ: اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا
وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ.
“Jika angin bertiup kencang, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berucap, ‘Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikannya, kebaikan yang ada di dalamnya dan kebaikan apa yang Engkau kirimkan dengannya. Aku berlindung kepadaMu dari keburukannya, keburukan yang ada di dalamnya dan keburukan apa yang Engkau kirimkan dengannya".
Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan Ibnu Majah de-ngan sanad hasan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اَلرِّيْحُ مِنْ رَوْحِ اللهِ سبحانه و تعالى، تَأْتِيْ بِالرَّحْمَةِ، وَتَأْتِيْ بِالْعَذَابِ. فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهَا، فَلاَ
تَسُبُّوْهَا، وَسَلُوا اللهَ خَيْرَهَا، وَاسْتَعِيْذُوْا بِاللهِ مِنْ شَرِّهَا.
“Angin itu berasal dari rahmat Allah; terkadang ia datang dengan membawa rahmat dan terkadang dengan membawa bencana. Jika kalian melihatnya, maka janganlah memakinya, dan mohonlah kepada Allah kebaikannya, serta berlindunglah kepada Allah dari keburukannya’.”
Aku katakan, Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “(مِنْ رَوْحِ اللهِ),” dengan ra’ difathahkan, menurut para ulama, ialah merupakan rahmat Allah kepada para hambaNya.
Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan an-Nasa`i, Sunan Ibnu Majah, dari Aisyah radiyallahu ‘anha :
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم كَانَ إِذَا رَأَى نَاشِئًا فِي أُفُقِ السَّمَاءِ تَرَكَ الْعَمَلَ، وَإِنْ كَانَ فِي
صَلاَةٍ، ثُمَّ يَقُوْلُ: اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا. فَإِنْ مُطِرَ قَالَ: اللّهُمَّ صَيِّبًا هَنِيْئًا.
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat awan di ufuk langit, maka beliau meninggalkan pekerjaan, meskipun beliau sedang shalat. Kemudian beliau berucap, ‘Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari keburukannya.’
Jika turun hujan, beliau berucap : "Ya Allah, aku memohon kepadaMu hujan yang bermanfaat’.”
Kami meriwayatkan dalam kitab Shahih at-Tirmidzi dan selainnya dari Ubay bin Ka’ab radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لاَ تَسُبُّوا الرِّيْحَ، فَإِنْ رَأَيْتُمْ مَا تَكْرَهُوْنَ، فَقُوْلُوْا: اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا
وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هذِهِ الرِّيْحِ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ.
"Janganlah mencaci maki angin. Jika kalian melihat apa yang tidak kalian sukai, maka ucap-kanlah, ‘Ya Allah, aku memohon kepadaMu dari kebaikan angin ini, kebaikan apa yang ada di dalamnya, dan kebaikan apa yang diperintahkan kepadanya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan angin ini, keburukan apa yang ada di dalamnya dan keburukan apa yang diperintah-kan kepadanya’.” At-Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih. Ia mengatakan, “Mengenai pembahasan ini terdapat hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, Abu Hurairah, Utsman bin Abi al-Ash, Anas, Ibnu Abbas dan Jabir radiyallahu ‘anhum.”
Kami meriwayatkan dengan sanad shahih dalam kitab Ibn as-Sunni, dari Salamah bin al-Akwa' radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم إِذَا اشْتَدَّتِ الرِّيْحُ، يَقُوْلُ: اللّهُمَّ لَقْحًا لاَ عَقِيْمًا.
“Jika angin bertiup kencang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berucap, ‘Ya Allah, semoga membawa air, dan bukan membawa kegersangan’.”
Kami meriwayatkan di dalamnya dari Anas bin Malik dan Jabir bin Ab-dullah radiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :
إِذَا وَقَعَتْ كَبِيْرَةٌ، أَوْ هَاجَتْ رِيْحٌ عَظِيْمَةٌ، فَعَلَيْكُمْ بِالتَّكْبِيْرِ، فَإِنَّهُ يَجْ.لُو الْعَجَاجَ اْلأَسْوَدَ.
“Jika terjadi peristiwa besar atau angin kencang bertiup, maka bertakbirlah; karena sesung-guhnya ia akan menghilangkan petaka yang mencekam.”
Imam asy-Syafi’i rahimahullah meriwayatkan dalam kitabnya, al-Umm, dengan sanad-nya dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan :
مَا هَبَّتِ الرِّيْحُ، إِلاَّ جَثَا النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَقَالَ: اَللّهُمَّ اجْعَلْهَا رَحْمَةً وَلاَ
تَجْعَلْهَا عَذَابًا. اَللّهُمَّ اجْعَلْهَا رِيَاحًا وَلاَ تَجْعَلْهَا رِيْحًا.
“Tidaklah angin bertiup kencang melainkan Nabi[Shallallahu ‘alaihi wasallam] berlutut seraya mengucapkan, ‘Ya Allah, jadikanlah ia sebagai rahmat dan jangan jadikan sebagai petaka. Ya Allah, jadikanlah ia sebagai angin (yang membawa manfaat) dan jangan jadikan sebagai angin (yang membawa bencana)’.”
Allah berfirman :
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا
“Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka.”
(Fushshilat: 16)
إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ
“Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan.” (QS Adz-Dzariyat: 41)
,
وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan).” (QS Al-Hijr: 22)
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَن يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira.” (QS Ar-Rum: 46).
Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Tidak sepatutnya seseorang mencaci maki angin; karena ia ciptaan Allah lagi patuh kepadaNya, dan salah satu tentaraNya yang Dia jadikan seba-gai rahmat dan petaka, jika Dia menghendaki.”
Begitulah penjelasan Al-Quran dan hadis Nabi serta pendapat ulama yang menerangkan tentang angin. Allah memberikan rahmat-Nya melalui angin, juga dapat memberikan azabnya melalui angin pula. Jadi, sukurilah nikmat yang kita rasakan saat ini, yakni dengan adanya angin kita dapat bertahan hidup hingga saat ini. Dan semoga Allah tidak menurunkan azabnya melalui angin kepada kita. Amiin
Wallahu 'Alam
(wid)
Widaningsih
No comments:
Post a Comment