Kisah Raja Namrudz Mengaku Tuhan dan Menikahi Ibunya Sendiri

Kisah Raja Namrudz Mengaku Tuhan dan Menikahi Ibunya Sendiri
Raja Namrudz lukisan David Scot (Wikipedia)
Namrudz bin Kanʻan bin Kush bin Ham bin Nuh adalah raja yang amat sombong. Dia raja yang populer di peradaban dunia sekitar tahun 2275 hingga 1943 SM. Negara bekas pemerintahannya kini disebut Irak, sebuah peradaban Mesopotamia kuno. Namrudz dikisahkan menikahi ibunya sendiri.

Konon sang ibu bernama Semiramis. Dikisahkan, pada saat usia remaja, Semiramis telah menikah dengan Kanʻan. Konon, sehari setelah berhubungan kelamin dengan Semiramis, ayahnya meninggal dunia.

Ibunya yang cantik dan bijaksana mengaku tidak pernah disentuh oleh manusia. Bahkan Namrudz dianggap anak yang suci. Ini telah menambah keyakinan Namrudz bahwa ia adalah anak tuhan yang lahir dari seorang perawan.

Setelah Namrud menginjak usia dewasa, Semiramis sering tampak cemburu ketika gadis-gadis yang mendekati putranya. Hingga pada suatu ketika, dia menikah dengan anak kandungnya sendiri.

Disusui Macam Tutul
Sementara itu, sejarawan penting Mesir, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas (1448-1522) dalam buku berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” mengangkat riwayat berbeda sama sekali tentang Raja Namrudz.

Diriwayatkan bahwa Ham mempunyai seorang anak yang bernama Kausy. Kausy memiliki anak yang bernama Kan’an dan Kan’an memiliki anak yang bernama Namrudz. Kan’an adalah orang kuat yang senang berburu.

Apabila dia berteriak kepada binatang-binatang buas atau binatang-binatang liar, maka binatang-binatang tersebut berjatuhan karena kerasnya teriakan Kan’an.

Dia menikah dengan seorang wanita yang kemudian mengandung Namrudz. Ketika masa kehamilannya sudah cukup wanita tersebut melahirkannya.

Bapak anak itu, Kan’an, berkata kepada wanita tersebut, “Anak ini terlahir akan membawa kejelekan. Bunuh saja atau buang saja ke tanah lapang agar dia mati.”

Mendapati perintah demikian, wanita tersebut membawa Namrudz, dan melemparkannya ke tanah lapang di antara kumpulan sapi yang sedang merumput.

Anehnya, semua sapi menjauhinya dan setiap kali ada binatang yang melihatnya, binatang itu kabur menjauhinya. Akhirnya, ibunya datang mengambilnya.

Sang ibu lalu membawanya dan melemparkannya ke sebuah sungai. Perempuan itu menyangka bayinya itu telah tenggelam, padahal kenyataannya anak tersebut terbawa arus sampai ke sebuah sumur dengan selamat.

Allah menundukkan seekor macan tutul betina untuk menyusuinya. Hal itu dilihat oleh penduduk suatu kampung, lalu mereka membawa anak tersebut dan mengurusnya. Mereka memberinya nama Namrudz.

Menginjak usia remaja, Namrudz suka mengganggu orang-orang di jalan dan dia bisa menghimpun banyak orang menjadi pengikutnya. Berita ini sampai ke telinga bapaknya, Kan’an. Hanya saja Kan’an tidak tahu bahwa itu anaknya. Maka, Kan’an mengumpulkan bala tentaranya, pergi untuk menemui Namrudz.

Ketika Namrudz melihat pasukan yang datang kepadanya, dia mengerahkan orang-orang yang ada bersamanya. Terjadilah pertempuran dan Namrudz bisa menghancurkan pasukan Kan’an.

Kan’an penasaran mencari Namrudz. Namun Namrudz berhasil membunuhnya. Sampai ajalnya, Kan’an tidak mengetahui bahwa yang membunuhnya adalah anaknya.

Namrudz pun tidak mengetahui bahwa yang dibunuhnya itu adalah ayahnya. Akhirnya, tampuk kerajaan jatuh ke tangan Namrudz.

Setelah itu, dia memerangi raja-raja yang ada di bumi. Namrudz bisa mengalahkan mereka sehingga dia bisa menguasai kerajaan di bumi dari timur hingga barat.

Membakar Nabi Ibrahim
Dalam perjalanannya, Namrudz amat sombong dan celakanya dia mengaku diri tuhan. Nabi Ibrahim AS mengajak ke jalan yang benar. Dia menolak dengan sombongnya.

Nabi Ibrahim merusak memenggal leher 72 patung yang dituhankan Namrudz dan rakyatnya. Namrudz marah dan menjatuhkan hukuman bakar kepada Nabi Ibrahim AS.

Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar. Allah menjadikan api dingin bagi Ibrahim. Yang terjadi justru tiba-tiba ada percikan api mengenai baju Namrudz dan membakar ke semua bajunya kecuali badannya.

Dia tidak terbakar oleh api agar tahu bahwa api tidak akan membahayakan siapapun kecuali dengan seizin Allah. Tetapi semua itu tidak dijadikan bahan pelajaran oleh Namrudz.

Pada hari itu, banyak sekali orang yang beriman karena mereka melihat mukjizat yang diberikan kepada Nabi Ibrahim tersebut, yaitu tidak terbakar oleh api.

Ketika Namrudz melihat itu, dia berkata kepada Ibrahim AS, “Pergilah engkau dari tanah kami agar engkau tidak merusak agama kami.”

Mati karena Nyamuk
Nabi Ibrahim pun meninggalkan tanah kelahirannya. Sedangkan Namrudz semakin ngawur. Ia tak segan menghukum siapa pun yang menolak tunduk terhadap perintahnya.

Suatu ketika Allah SWT mengutus seorang malaikat untuk menemui Namrudz dan mengajaknya beriman. Sekali, dua kali, ajakan tersebut ditolak. “Memangnya ada tuhan selain aku,” kata Namrudz sesumbar.

Di kali yang ketiga, ajakan malaikat itu pun mendapat respons tak sedap. Akhirnya, malaikat meminta agar Namrudz mengumpulkan sejumlah warganya di pelataran istana. Permintaan itu dikabulkan.

Pada hari yang telah ditentukan, Allah mengirim ribuan nyamuk atau sejenis serangga ganas menyerang mereka yang telah berkumpul di sana. Nyamuk-nyamuk itu kemudian menghisap darah pasukan Namrudz dan memakan daging mereka. Maka habislah pasukan Namrudz, sedangkan Namrudz tetap selamat.

Lalu Allah mengutus seekor nyamuk untuk masuk ke kepala Namrudz melalui lubang hidungnya. Nyamuk itu terus bertahan di kepala Namrudz dan menyiksanya selama 400 tahun. Tak kuat dengan perihnya, Namrudz akhirnya memukul-mukul kepalanya dengan tongkat kecil.

Disebutkan bahwa ia menjadi raja yang zalim selama 400 tahun, maka Allah pun mengazabnya selama 400 tahun hingga akhirnya ia mati karena wasilah seekor nyamuk kecil. Begitulah Allah SWT memberikan pelajaran kepada raja angkuh nan sombong melalui seekor nyamuk yang kecil.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: