Perang Mata Uang Pertama Kali dalam Sejarah Arab dan Keperkasaan Dinar Islam

Mata uang atau uang mencerminkan tahap-tahap terpenting dalam perkembangan budaya, peradaban, dan ekonomi suatu bangsa. Keberadaan mata uang khusus untuk sebuah peradaban atau negara merupakan bukti kekuatan dan perbedaan budaya dan kultur dari bangsa lain, dan tulisan serta gambar pada mata uang ini mencerminkan wajah budaya bangsa atau negara tersebut.
Awal mula era uang di dunia Arab
Uang telah melalui banyak tahap di wilayah Arab, dari barter hingga koin dan uang kertas. Dengan munculnya Islam, uang mengalami transformasi radikal dalam bentuk dan nilainya, yang mencerminkan identitas Arab-Islam dan nilai-nilai ekonomi dan peradaban bangsa baru.
Jazirah Arab memiliki posisi istimewa di antara peradaban kuno dunia, dan banyak rute perdagangan internasional yang melewatinya pada saat itu, dan Mekah adalah pusat perdagangan yang penting, yang memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan banyak negara dan peradaban seperti Bizantium dan Persia.
Sebagai hasil dari kontak ini, bangsa Arab mengenal koin dan uang yang dicetak oleh negara-negara tersebut, dan bertransaksi dengan mereka sebelum bangsa Arab mengembangkan koin utama mereka sendiri.
Sejarah mengingatkan kita pada sejumlah negara Arab awal yang menggunakan koin, seperti kerajaan Sheba dan Hadramawt di Yaman dan kerajaan Nabataean di Yordania, menurut peneliti Abdul Haq Al-Aifa dalam studinya yang berharga di Universitas Yarmouk di Yordania yang berjudul "Tathawwur al-Nuqud fi at-Tarikh al-Islamy”.
Uang pada Masa Awal Islam
Dinar Bizantium dan Dirham Kasrawi Persia adalah mata uang yang digunakan di kekaisaran Bizantium dan Persia. Kedua mata uang ini digunakan di Jazirah Arab sebelum Islam dan terus digunakan pada tahun-tahun awal negara Islam hingga era Umayyah, menurut sebuah penelitian berjudul "Nabdzah Mukhtasharah ‘an al-Nuqud fi al-Islam wa Taqdir Qimat al-Dirham wa al-Dinar, oleh peneliti Mansour Zara Nejad yang diterbitkan di ResearchGate.
BACA JUGA: Mengapa Malaysia, Singapura, dan Brunei Puasa Besok Meski Dekat dengan RI? Ini Kata Menag
Dinar Bizantium
Kekaisaran Bizantium menerbitkan Solidus emas, atau Numisma, atau Dinar Bizantium seperti yang biasa dikenal, yang terutama digunakan untuk transaksi besar seperti membayar pajak.
Percetakan di Antiokhia dan Alexandria memasok sebagian besar mata uang yang beredar di provinsi-provinsi selatan. Negara Islam yang baru lahir mewarisi sistem moneter yang efisien ini dan membuat perubahan kecil pada sistem ini selama dekade pertamanya, menurut Metropolitan Museum of Art.
Mata uang utama Bizantium adalah emas. Dinar Bizantium menampilkan tiga kaisar di bagian depan, Hercules di tengah diapit oleh putra-putranya, Konstantinus dan Heraklius, yang mengenakan mahkota bermahkota salib dan masing-masing memegang sebuah bola kecil dengan salib.
Koin-koin ini dibedakan dari kualitasnya yang tinggi dan prasasti Yunani, dan berat standarnya adalah 4,33 gram, menurut platform "Kesadaran Islam" serta studi mendalam oleh Dr Wijdan Ali dalam platform "Warisan Islam".
Dirham Kasrawiya Persia
Jenis kedua adalah koin perak Sassania, yang dikenal sebagai Kasrawiya, karena koin ini memiliki gambar Kisra Agung Persia di satu sisi dan gambar api suci Persia di sisi lainnya.
Ada beberapa jenis dirham, terutama dirham Tiberia, yang masing-masing memiliki berat 8 dang, dan dirham Baghlia dengan berat 4 dang, karena dang adalah ukuran Islam yang digunakan untuk menimbang dan menakar pada masa Islam, dan beratnya setara dengan seperenam dirham, menurut peneliti Abdul Haq Al-Aifa dalam studinya yang disebutkan di atas.
Mata uang pada masa pemerintahan Rasulullah SAW dan Khalifah Rasyidun
Penelitian sejarah menunjukkan bahwa tidak ada uang yang dicetak pada masa pemerintahan Nabi SAW atau Khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq RA.
Upaya pertama untuk mencetak uang Arab-Islam adalah pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn al-Khattab RA, karena ia menyadari sejak awal bahwa mata uang bukan hanya alat ekonomi, tetapi juga merupakan cerminan identitas negara yang sedang berkembang.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, dirham dicetak dengan gaya dirham Kasrawi, dengan tambahan frasa bahasa Arab seperti "Alhamdulillah" dan "Muhammad adalah utusan Allah".
Pendekatan ini berlanjut pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (semoga Allah meridhoi beliau), di mana dirham dicetak di Tabaristan dan bertuliskan dalam aksara Kufi "Dalam nama Allah, Tuhanku".
![]() |
Uang Dirham Dinar - ( Republika/Agung Supriyanto) |
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA, mata uang dicetak di Basrah tanpa perubahan besar, hingga era Umayyah, yang menjadi saksi pergeseran radikal dalam sistem moneter Islam, menurut peneliti Mohammed Al-Anasawa dalam studinya, "Koin yang dicetak merupakan sumber informasi dokumenter dalam sejarah Islam".rol
No comments:
Post a Comment