Perjuangan Nabi Zulkifli

Seperti tampak pada namanya, Nabi Zulkifli diutus kepada masyarakat Kota Kifl yang terletak di tepi Sungai Eufrat, Irak. Dalam bahasa Arab, dzu al-Kifl berarti ‘pemilik Kifl.’ Penanda dzu sering dijumpai pada nama sejumlah tokoh, semisal Dzulqarnain (‘pemilik dua masa’) atau Nabi Yunus AS yang berjulukan Dzun Nun (‘pemilik ikan Nun’).
Pada masanya, Kifl adalah sebuah kota kecil yang berpenduduk sekira 15 ribu jiwa. Nabi Zulkifli membimbing masyarakat setempat. Di sana pula, ia wafat dan jenazahnya dikebumikan.
Pada abad ke-14 M, Sultan Uljaytu menemukan dan merawat makam yang diyakini sebagai kuburan Nabi Zulkifli di Irak. Penguasa Muslim keturunan Genghis Khan itu lalu memugar kompleks tersebut sehingga lebih tampak nuansa Islam. Sebelumnya, kuburan itu diberi judul “Makam Nabi Ezekiel” oleh komunitas Yahudi setempat.
Uniknya, kompleks di Kifl bukanlah satu-satunya tempat yang diyakini sebagai makam Nabi Zulkifli. Ada pula sebuah lokasi lain di Jabal Qasioun, dekat Damaskus, Suriah. Menurut kepercayaan masyarakat lokal, Jabal Qasioun berjulukan “Mihrab 40 Nabi.” Umat di sana juga percaya, situs itu adalah tempat terjadinya peristiwa pembunuhan Habil oleh Qabil.
Lokasi lain yang diyakini sebagai makam Nabi Zulkifli adalah al-Damun. Nama daerah itu bahkan sudah muncul pada sumber-sumber literatur Arab dan Persia kuno. Makam ini ditemukan oleh Nasir Khusraw pada tahun 1047 M.
Ia menulis, "Saya mencapai sebuah gua kecil, berada di Damun, dan diyakini sebagai makam Nabi Zulkifli."

Sosok sang nabi
Nabi Zulkifli disebutkan sebanyak dua kali dalam Alquran, yakni pada surah al-Anbiya ayat ke-85 dan surah Shaad ayat ke-48. Tidak banyak penuturan dari Kitabullah maupun hadis Nabi Muhammad SAW mengenai sosok tersebut.
Ibnu Katsir dalam Qashash Al-Anbiyaa' menuturkan, Nabi Zulkifli merupakan seorang putra Nabi Ayyub AS. Namun, terdapat silang pendapat di kalangan ulama mengenai status Zulkifli.
Ibn Jarir dan Ibnu Najih meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia bukanlah seorang nabi, melainkan seorang yang saleh dan hakim yang adil. At-Tabari juga memandang, Zulkifli adalah orang baik dan sabar serta selalu menolong kaumnya betapapun dirinya bukanlah seorang nabi.
Mengenai perdebatan itu, Ibnu Katsir berkata, “Sanjungan Alquran kepada Zulkifli bersamaan dengan para nabi yang lain. 'Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang nabi.”
Sebagai anak seorang nabi, Zulkifli pun mewarisi sifat-sifat mulia. Ia digambarkan memiliki karakteristik teguh pendirian, sabar, dan cenderung pada keadilan. Ia pun selalu amanah dan tunai dalam berjanji.
Semula, Zulkifli AS hidup di bawah pemerintahan seorang raja yang bijaksana bernama Ilyasa (Nabi Ilyasa AS). Adapun Ibnu Katsir menyebutnya Raja al-Yasa.
Tibalah masanya Raja al-Yasa berusia lanjut. Adalah harapannya agar pemimpin yang meneruskan takhtanya dapat memimpin dengan adil dan tetap di jalan tauhid. Maka, diadakanlah sayembara.
“Siapakah di antara kalian yang sanggup menerima tiga permintaanku, yakni sanggup berpuasa pada siang hari, shalat pada malam hari, dan berlaku sabar (menahan amarah)?” tanya Raja al-Yasa kepada khalayak.
Tiada seorang pun yang menjawab. Akhirnya, seorang pemuda bernama Basyar mengacungkan tangan. Dengan penuh keyakinan, ia berkata, “Aku sanggup melakukan itu semua, insya Allah.”
Maka, Raja al-Yasa pun menunjuknya sebagai penggantinya. Sejak itulah, pemuda saleh ini dipanggil Zulkifli, yang berarti ‘orang yang sanggup.’
Sebagai seorang raja, Zulkifli AS memimpin dengan adil dan tegas. Tentu saja, ia tidak melalaikan janjinya. Pada waktu malam, dirinya beribadah. Pada waktu siang, puasa dilakukannya. Kemudian, sang nabi pun menjadi hakim yang bijaksana untuk rakyat.
Maka, ia bekerja nyaris tidak kenal waktu. Karena itu, masyarakat merasa puas akan kepemimpinannya. Tiada gejolak politik dan sosial yang berarti pada masanya.
Setan tidak suka akan kondisi ini. Musuh Allah tersebut lalu mencari-cari celah agar Nabi Zulkifli AS lalai dari janjinya. Khususnya pada ihwal sanggup berlaku sabar atau menahan amarah.
Lantas, setan pun menjelma menjadi seorang lelaki tua renta yang miskin. Orang tua ini mendatangi Nabi Zulkifli pada tengah hari, yakni jadwal ketika sang penerus Nabi Ilyasa itu beristirahat. Untuk diketahui, sang nabi tidak tidur sepanjang malam (karena beribadah) sehingga waktu tidurnya hanya pada siang. Adapun sore hari digunakannya untuk menjadi hakim di tengah rakyat.
Si kakek—yang sesungguhnya adalah setan—mengetuk rumah Nabi Zulkifli pada siang itu. Sesudah dipersilakan masuk, ia lantas bercerita sangat panjang tentang keluhannya, termasuk klaimnya bahwa orang-orang telah menzaliminya selama ini. Karena lamanya penuturan si tamu, Nabi Zulkifli pun melewatkan waktu tidur siangnya.
“Bagaimana kalau engkau datang ke majelis yang kuadakan pada sore hari di tengah rakyat? Di sana, engkau insya Allah bisa mendapatkan solusi atas permasalahan yang kau hadapi,” kata sang nabi kepada tamunya itu.
Keesokan harinya, Zulkifli AS pada sore hari menjadi hakim di tengah masyarakat. Namun, hingga matahari terbenam, si kakek itu tak kunjung datang ke majelis tersebut.
Justru pada hari berikutnya, di siang hari, kakek tersebut lagi-lagi datang ke rumah Nabi Zulkifli. Padahal, sang nabi sudah berpesan kepada para pelayannya agar tidak membiarkan siapapun mengganggu waktu istirahatnya.
Para penjaga sudah mengusir si kakek. Namun, orang tua tersebut dapat memperdaya mereka. Ia pun bisa masuk ke dalam rumah Zulkifli AS dengan melalui lubang yang sangat sempit.
Di kamarnya, Nabi Zulkifli terkejut karena mendapati kakek tersebut sudah berada di hadapannya. “Wahai fulan, bukankah aku telah mengatakan kepadamu, datanglah ke majelis pada sore hari, karena kedatanganmu pada siang hari dapat mengganggu waktu tidurku?” katanya.
Berkali-kali si kakek itu melakukan hal demikian. Namun, berkali-kali pula Nabi Zulkifli berkata hal yang sama, tanpa menunjukkan amarah sama sekali. Akhirnya, orang tua ini mengaku.
“Wahai Zulkifli! Ketahuilah bahwa aku adalah setan yang menjelma manusia karena ingin membuatmu marah! Dan tidak kudapati bahwa tujuanku tercapai,” katanya.rol
No comments:
Post a Comment