6 Teladan Nabi Muhammad SAW dalam Memperlakukan Istri

6 Teladan Nabi Muhammad SAW dalam Memperlakukan Istri
Ilustrasi/Ist
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS al-Ahzab [33]: 21).

Rasulullah SAW memang suri teladan yang baik. Indikator keteladanan beliau itu berbuat sebelum berucap (bersabda).

Salah satu contoh, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya (nasab), kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah yang karena agamanya niscaya akan beruntunglah kamu di dunia akhirat." (HR Bukhari, dari Abu Hurairah).

Jauh sebelum mengatakan hadis tunkahu al-Mar'ah tersebut, lalu menekankan pada agama, beliau sudah mengamalkan hadis itu terlebih dahulu. Misalnya, pernikahan beliau dengan Khadijah yang didasari hanya pada akhlak. 

Khadijah tertarik pada sosok Rasulullah yang mulia itu. Khadijah mendengar perangai pemuda Muhammad yang al-Amin itu dari Maisaroh, pembantunya yang diutus berdagang ke Syam bersama Muhammad. Kejujuran dan akhlak Muhammad yang akhirnya memantapkan hati Khadijah.

Muhammad pun menerima Khadijah bukan karena hartanya (limaaliha), melainkan semata-mata karena pertimbangan akhlak. Ketinggian akhlak Khadijah ini terbukti selama dia menjadi istri Rasulullah. 

Meskipun dari sisi finansial Khadijah lebih tinggi kedudukannya dari Rasulullah, keponakan Waraqah bin Naufal itu tetap menjadi istri secara utuh, yakni menghormati dan memuliakan Muhammad sebagai suaminya.

Maka itu, dikatakan oleh sirah nabawiyah, pernikahan Rasulullah dan Khadijah adalah pernikahan yang paling indah dalam sejarah umat manusia. Sebab, pernikahan keduanya didasari pada akhlak (agama), bukan kekayaan, kecantikan, maupun keturunan.

Inilah kunci utama dari keteladanan (uswah) Rasulullah SAW, yaitu memberi contoh (berbuat) sebelum menyuruh (mengatakan). Ini pulalah 'hakikat keteladanan' yang harus melekat pada diri setiap umatnya.

Dalam hal memperlakukan istri Rasulullah SAW juga patut diteladani. Setidaknya ada enam teladan yang ditunjukkah Nabi. 

Pertama, membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya. Aisyah pernah ditanya: "Apa yang dilakukan Nabi saw. di rumahnya?" Aisyah menjawab: "Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya." (HR Bukhari)490

Kedua, mengajak istri-istrinya jika bepergian. Aisyah berkata: "Biasanya Nabi SAW apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istri. Barangsiapa yang keluar nama/nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah SAW.' (HR Bukhari dan Muslim)

Ketiga, menyambut kedatangan mereka ketika beliau melakukan i'tikaf Shafiyyah , istri Nabi SAW, menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah SAW ketika beliau sedang melakukan i'tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. 

Dia berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi SAW juga ikut berdiri untuk mengantarkannya." 

Dalam satu riwayat dikatakan: "Nabi SAW berada di masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi SAW berkata kepada Shafiyyah binti Huyay: 'Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu'") (HR Bukhari dan Muslim)

Keempat, keberatan menerima undangan makan kecuali dengan istrinya. 

Anas mengatakan bahwa tetangga Rasulullah SAW --seorang Persia-- pintar sekali membuat masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rasulullah SAW. Lalu dia datang menemui Rasululiah SAW. untuk mengundang makan beliau. 

Beliau bertanya: "Bagaimana dengan ini? (maksudnya Aisyah)." 

Orang itu menjawab: "Tidak." 

Rasulullah SAW berkata: "(Kalau begitu) aku juga tidak mau." 

Orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW. Rasulullah saw bertanya: "Bagaimana dengan ini?" Orang itu menjawab: "Tidak." 

Rasulullah kembali berkata: "Kalau begitu, aku juga tidak mau." 

Kemudian, orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW kembali bertanya: "Bagaimana dengan ini?" 

Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia itu mengatakan: "Ya." 

Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu." (HR Muslim)494

Kelima, menyediakan tempat duduk yang empuk di atas kendaraan istrinya dan menjadikan lututnya sebagai tangga istrinya untuk naik ke atas kendaraan. 

Dari Anas, dia berkata: "Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut." (HR Bukhari)

Keenam, beliau menawari istrinya menyaksikan permainan orang-orang Habasyah dan ikut berdiri menonton sampai istrinya minta pulang. 

Dari Aisyah, dia berkata: "Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi SAW sendiri yang berkata padaku: 'Apakah aku ingin melihatnya?'

Aku jawab: 'Ya.' Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. 

Beliau berkata: 'Teruskan main kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!' Hingga ketika aku sudah merasa bosan beliau bertanya: 'Apakah kamu sudah puas?'

Aku jawab: 'Ya.' Beliau berkata: 'Kalau begitu, pergilah!'" (HR Bukhari dan Muslim)
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: