Kisah Bani Israil Diazab Menjadi Kera
Penduduk Desa Iylat sudah mengetahui syariat tentang hari Sabtu itu. Bagaimanapun, mereka merasa ogah-ogahan untuk melaksanakannya. Bagi mereka, untuk apa seharian beribadah kalau memang ada kesempatan untuk bekerja? Sehari-hari, umumnya masyarakat setempat berprofesi sebagai nelayan. Kemampuan orang-orang itu dalam menjala dan menangkap ikan tak perlu diragukan lagi.
Allah berkehendak untuk menguji kaum Bani Israil tersebut. Atas kehendak-Nya, ikan-ikan ramai berkumpul di dekat permukaan Teluk Aqabah pada hari Sabtu. Sementara, dalam lima hari selain Sabtu, hewan tersebut seakan-akan lenyap atau bersembunyi jauh di kedalaman.
Awalnya, kebanyakan warga Iylat menganggap fenomena itu hanya kebetulan belaka. Namun, dari pekan ke pekan mereka merasakan kejanggalan. Seolah-olah, ikan-ikan di Teluk Aqabah tahu bahwa Sabtu adalah hari yang di dalamnya para nelayan absen berburu. Sepanjang Senin hingga Kamis, para nelayan Iylat cenderung kesulitan untuk mendapatkan ikan yang banyak, sesuai harapan. Bahkan, tiap menjelang matahari terbenam pada hari Jumat, ikan-ikan di perairan itu seakan-akan bermain petak umpet. Tepat ketika surya tenggelam dan Sabtu malam tiba, binatang akuatik itu tampak ramai muncul ke permukaan.
Menghadapi “godaan” tersebut, beberapa penduduk desa menahan diri dan memilih menjalankan perintah Allah. Sementara, sebagian besar lain terpikat bisikan perutnya dan berpikir, bagaimana cara mendapatkan ikan di hari terlarang. Ada pula beberapa warga lain hanya berdiam diri dalam kegalauan tak melakukan apa pun.
Alhasil, penduduk Iylat terbagi menjadi tiga golongan. Ada yang mematuhi syariat tentang hari Sabtu dengan terus konsentrasi beribadah, tidak sedikitpun terpikir untuk bekerja. Ada yang sebaliknya. Mereka ini terus berupaya mengakali syariat agar ikan-ikan yang ramai pada hari Sabtu bisa masuk ke jala masing-masing. Kelompok ketiga tidak berusaha melanggar hari Sabtu, tetapi bersikap masa bodoh terhadap nelayan-nelayan yang “nakal.”
Seorang tokoh dari kelompok kedua suatu hari berkata, “Sesungguhnya kita hanya dilarang untuk menangkap ikan pada hari Sabtu. Karena itu, marilah kita membuat kolam perangkap pada hari sebelum Sabtu agar ikan-ikan itu terperangkap di dalamnya. Nah, lewat hari Sabtu, kita bisa menjaringnya!”
Sepakat, mereka pun berbondong-bondong menuju tepi pantai pada Jumat sore. Rencana dijalankan. Pada hari Ahad, para nelayan Yahudi itu mendapati kolam perangkap yang mereka buat telah berisi penuh ikan. “Kita mematuhi perintah Allah karena tidak menangkap ikan pada hari Sabtu, tetapi Ahad!” teriak seorang warga girang.
Melihat tingkah licik para pembangkang, beberapa warga yang terdiri dari ulama Yahudi dan orang saleh pun geram. Mereka pun menasihati para pelanggar hari Sabtu untuk bertobat dan kembali mematuhi perintah Allah.
Namun, nasihatnya bukan hanya ditentang oleh para pelanggar. Beberapa warga yang sebelumya bersikap masa bodoh, justru mulai vokal menentang ulama tersebut. Akhirnya, orang alim ini bersama dengan para pengikutnya memilih untuk hijrah, meninggalkan desa. Sebabnya takut akan turunnya azab Allah bagi pelanggar syariat.
No comments:
Post a Comment