Ketika Mantan Budak Berkuasa

Dalam sejarah Islam, Dinasti Mamluk didirikan oleh generasi keturunan budak. Red: Hasanul Rizqa ILUSTRASI Dinasti Mamluk
Foto: wiki
ILUSTRASI Dinasti Mamluk
Ahmad al-Usairy dalam Sejarah Islam menjelaskan, kata mamluk berarti 'budak yang dibeli dengan uang'. Istilah tersebut dalam bahasa Arab agak berbeda dengan 'abd.

Mamluk adalah hamba sahaya yang berasal dari kedua orang tua yang berstatus merdeka, tetapi saat berusia anak-anak mereka telah dirampas dari bapak ibunya (biasanya akibat peperangan atau penyerbuan), dan pada akhirnya diperjualbelikan sebagai budak. Adapun 'abd berarti hamba sahaya yang dilahirkan oleh kedua orang tua yang juga berstatus budak.

Dalam pengertian lain, mamluk (bentuk jamak: mamalik) merujuk pada golongan budak yang berkulit putih, sedangkan 'abd berkulit hitam. Orang-orang mamluk umumnya datang ke wilayah daulah Islam dari wilayah kaum Persia, Turki, Kurdi, dan Kaukasus yang sudah ditaklukkan. Ada pula mereka yang berasal dari Eropa atau Romawi Timur (Bizantium).

Menurut al-Usairy, riwayat Dinasti Mamluk terbagi ke dalam dua fase, yakni Mamluk Bahriyah (648-792 H/1250-1389 M) dan Mamluk Barjiyah (792-923 M/1389-1517 M). Secara keseluruhan, pemerintahan keduanya berlangsung dalam kurun waktu 275 tahun.

Dalam masa yang panjang itu, wangsa nonningrat tersebut berperan besar dalam menjaga kedaulatan Islam. Kemenangan mereka dalam Perang Ain Jalut pada 25 Ramadhan 658 H/3 September 1260 M merupakan buktinya.

Pertempuran tersebut memperhadapkan antara Dinasti Mamluk Bahriyah dan balatentara Mongol. Beberapa tahun sebelumnya, bangsa dari Asia Timur itu telah mencaplok satu per satu negeri Islam di sekujur Asia tengah dan sebagian besar Asia Barat.

photo
Peta wilayah kekuasaan Dinasti Mamluk Bahriyah - (wiki)

Sejak pertengahan abad ke-13 M, anak keturunan Temujin atau Jenghis Khan (1162-1227) mulai menjadi ancaman besar bagi umat. Puncaknya adalah kejatuhan Baghdad.

Pada Februari 1258 pasukan Hulagu Khan membumihanguskan pusat Kekhalifahan Abbasiyah itu. Ratusan ribu Muslimin dibantainya. Kota Seribu Satu Malam yang telah berabad-abad menjadi simbol peradaban dunia seketika berubah menjadi kota mati.

Seandainya pasukan Muslimin yang dipimpin Sultan Mamluk Bahriyah, Saifuddin Quthuz, tidak mampu menghalau bala tentara Hulagu Khan, dunia tidak akan seperti yang dikenal saat ini.

Ya, Pertempuran Ain Jalut pada 3 September 1260 M menjadi titik balik sejarah. Untuk pertama kalinya, bangsa Mongol menderita kekalahan telak sehingga ekspansinya berhenti. Di lembah Ain Jalut pula, mitos bahwa agresi yang dilakukan bangsa dari Asia Timur itu tidak terbendung seketika pupus.

Mamluk Bahriyah juga berperan penting dalam menggerakkan jihad untuk mengusir Tentara Salib. Pada 590 H/1291 M pasukan yang dikomandoi Sultan Quthuz berhasil membebaskan Syam dari cengkeraman agresor tersebut. Kerajaan Latin Yerusalem pun dapat dikuasainya. Sesudah itu, kawasan Mediterania timur kembali berada dalam kendali Muslim. Termasuk di dalamnya adalah Baitul Makdis.rol

No comments: