Abdurrahman Bin Auf
Abdurrahman bin auf (عبد الرحمن بن
عوف) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal, yang lahir
10 tahun setelah Tahun Gajah. Beliau adalah salah seorang dari delapan
orang pertama (As-Sabiqunal Aw-Walun) yang menerima agama Islam, yaitu
dua hari setelah Abu Bakar. Abdurrahman bin Auf berasal dari Bani
Zuhrah, dan pada masa jahiliyah bernama Abu Amru kemudian diganti oleh
Rasulullah dengan Abdurrahhman Bin Auf. Salah seorang sahabat Nabi
lainnya, yaitu Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Sa’ad adalah saudara sepupu
Abdurrahman. Abdurrahman juga adalah suami dari saudari seibu Utsman
bin Affan, yaitu anak perempuan dari Urwa bint Kariz (ibu Utsman)
dengan suami keduanya. Kaum muslimin pada umumnya menganggap bahwa
Abdurrahman adalah salah seorang dari Sepuluh Orang yang Dijamin Masuk
Surga. Dan beliau meninggal tahun 652 Masehi pada umur 72 tahun. Beliau
meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi`. Abdurrahmah bin Auf masuk
Islam atas ajakan Abu Bakar Ash Shiddiq, yaitu sebelum Rasulullah
tinggal di rumah Al Arqam. Sebagaimana kaum muslimin yang lainnya, ia
juga mendapatkan tekanan-tekanan dari kaum Quraisy, yang semakin lama
semakin keras. Ketika Allah mengijinkan Rasulullah untuk hijrah ke
Madinah, ia termasuk orang yang turut serta dalam rombongan tersebut.
Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu, salah seorang yang berangkat
hijrah ke negeri Madinah dari Mekah tanpa berbekal apapun, beliau
melangkah menuju Allah dan Rasul-Nya. Sesampainya para sahabat di
Madinah, masing-masing mendapatkan seorang rekan dari penduduk Madinah
yang dijalinkan persahabatan mereka oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Abdurrahman bin Auf mendapatkan rekan Sa’ad Bin Rabi Al
Anshari radhiallahu ‘anhuma. Saking kuat persahabatan yang dijalinkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam antara mereka, Sa’ad bin
Rabi’ serta merta berkata pada Abdurrahman. “Silahkan ambil separuh
hartaku untukmu.” Namun Beliau menolak dengan halus seraya berkata,
“Terima Kasih, Semoga Allah memberkahi hartamu, tunjukkan saja padaku di
mana letak pasar!” Mulai sejak itu beliau berwirausaha sehingga
menjadi salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang kaya raya. Sungguh menakjubkan sikap yang ditunjukkan Abrurrahman
bin Auf ini, beliau lebih memilih untuk memulai usaha dari nol daripada
menerima pemberian orang lain Pada zaman keemasan Islam (khoirul
qurun), para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menguasai
kekayaan dengan motivasi terbaik mereka, beribadah kepada Allah. Dan
tentu saja, rizqi yang mereka terima, hanya yang halal saja. Ciri
mereka ada pada keteguhan,komitment syariah dalam setiap bisnis, akad,
modal dan kerja keras dalam berproduksi serta menafkahkan harta, waktu
dan dirinya untuk mencapai ridha Allah, namun sangat hemat dalam
konsumsi. Inilah Zuhud yang benar. Disamping itu, ia juga sosok pejuang
yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-peperangan bersama Rasulullah.
Pada waktu perang Badr, ia berhasil membunuh salah satu dari
musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman bin Ka’ab At Taimi.
Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak
diantara kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus
berperang Sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua
puluh sekian luka. Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah
ingin melaksanakan perang Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang
membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah Abdurrahman bin ‘Auf
dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas,dan menginfakkannya di jalan
Allah. ( 1 uqiyah emas = 29,75 gram emas, 200 uqiyah = 5,95 Kg emas,
rata-rata harga 1 gram emas = Rp 500.000, jadi total yang beliau
shodaqohkan lebih dari 2,9 M) Sehingga berkata Umar bin Khattab,
”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa
karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka
bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang telah
engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah,
aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari
yang telah aku infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman
menjawab, ”Apa yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya berupa rizki dan
kebaikan serta pahala yang banyak.” Puncak dari kebaikannya kepada
orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga 40.000 Dinar, ( jika
dikurs sekarang 1 Dinar - senilai Rp. 2.260.000,- coba hitung berapa
yang beliau shodaqahkan, 40.000 x 2.260.000 = 90.400.000.000 (90,4
Milyar) yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang
fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah mendapatkan
bagiannya, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, tidak akan
memperhatikan sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga
Allah memberinya air minum dari mata air Salsabila di surga.” Ketika
perang Tabuk, Allah memberinya kemuliaan yang belum pernah dirasakan
oleh siapapun. Saat tiba waktu shalat, Rasulullah SAW terlambat datang.
Abdurrahman menggantikan sebagai imam. Ketika shalat hampir selesai,
Rasulullah SAW baru datang dan menjadi makmum Abdurrahman bin Auf.
Sungguh, Abdurrahman adalah sahabat yang mulia. Ini merupakan keutamaan
yang tidak dimiliki orang lain. Abdurrahman bin Auf, juga termasuk
salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari
Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan
Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah
engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang
Badr). Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka
tidak akan bisa menyamai amalannya.” Sungguh berbahagia Abdurrahman bin
Auf, orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Diantara sahabat
yang ikut membawa jenazahnya ialah Sa’ad bin Abi Waqqas. Juga dishalati
oleh Utsman bin Affan, serta ikut mengiringinya sahabat Ali bin Abi
Thalib. Semoga Allah merahmati sahabat Abdurrahman bin Auf.
No comments:
Post a Comment