Perang Kamang
Assalamu’alaikum,W.W. Saya Hirwan Putra Kamang Asli.
Mohon maaf sebelumnya saya ingin menanggapi dari apa yg Saudara
ceritakan dalam blog ini banyak yg tdk sesuai dengan realita Perang
kamang 1908. Jika dicermati isinya diduga ada upaya untuk
mengaburkan/membelokan sejarah Perang Kamang. Ini dapat dilihat antara
lain :
A. Diawal penulisan sudah ditemui kekeliruan, yaitu “Kamang, dulu merupakan sebuah kelarasan yang mencakup Aur Parumahan, Surau Koto Samiak, Suayan, Sungai Balantiak. Setelah Kemerdekaan Kamang terbagi menjadi menjadi dua nagari yaitu Kamang Hilir dan Kamang Mudiak. Aur Parumahan menjadi Kamang Hilia, Surau Koto Samiak menjadi Kamang Mudiak”. Saudara Irwan Setiawan, perlu Saudara sadari bahwa tulisan Saudara dibaca oleh banyak orang, pernyataan saudara ini sangat keliru dan tumpang tindih. Dikatakan sangat keliru karena :
a. Sewaktu memakai sistem Kelarasan (tahun 1870 - 1908), nagari yang tercakup dalam Kelarasan Kamang adalah: Kamang, Bukik, Suayan, Sungai Balantiak. Belum ada nama nagari Aur Parumahan maupun Surau Koto Samiak. Kelarasan Kamang, Angku Larasnya orang Kamang dan berkedudukan di Kamang, maka disebutlah Lareh Kamang. Setelah Perang Kamang 1908 sistem kelarasan dihapus, diganti dengan Admisistratif Onderdistrik yang dikepalai oeh seorang Asisten Demang. Setelah memakai sistem Admisistratif Onderdistrik ini, untuk menghilangkan pengaruh nama Kamang, supaya Perang Kamang jangan ditiru oleh nagari-nagari lain, sekitar tahun 1916 nama Nagari Kamang diganti dengan Aua Parumahan, Bukik berobah nama menjadi Surau Koto Samiak.
b. Tidak ada Nama Nagari Aur Parumahan menjadi Nagari Kamang Hilir, sebab setelah kemerdekaan tahun 1945 nama Nagari Aur Parumahan oleh Kerapatan Nagari telah dikembalikan kepada nama aslinya yakni “ Kamang”.
c. Selanjutnya dikatakan tumpang tindih dapat dilihat dari, pertama “Setelah kemerdekaan Kamang terbagi dua (yaitu Kamang Hilir dan Kamang Mudiak), kedua (Aur Parumahan menjadi Kamang Hilia, Surau Koto Samiak menjadi Kamang Mudiak).
Saudara Irwan Setiawan, untuk Saudara ketahui Nagari Kamang Hilia dan Kamang Mudiak bukan bukan Pemekaran Nagari. Sebutan Kamang Hilia dan Kamang mudiak dimulai semasa perang mempertahankan kemerdekaan tahun 1949. diantara tokoh-tokoh waktu itu yang mengatas namakan anak nagari, antara lain Saibi St.Lembang Alam, Ak.Dt Gunung Hijau, Patih A, Muin Dt.Rky.Maradjo, dalam suatu rapat di Anak Air Dalam Koto Kamang, sepakat untuk menambah Hilir di belakang Kamang, sehingga menjadi Kamang Hilir, sedangkan Nagari Surau Koto Samiak dirobah menjadi Kamang Mudiak. Tujuan perobahan nama nagari seperti ini saya tidak tahu pasti, tetapi “kalau lai ilmu mangana aka maminteh” jawabnya ada pada kita masing-masing.
Nagari itu merupakan satu kesatuan masyarakat hukum adat, adat salingka nagari cupak salingka suku. Secara jujur harus kita akui bahwa hukum adat Nagari Kamang dengan hukum adat Nagari Surau Koto Samiak tidak ada sangkut pautnya. Kenapa Nagari Surau Koto Samiak mau berobah /menyangkut/memakai nagari Kamang, ini saya rasa perlu dianalisa lebih mendalam.
B. Selanjutnya didalam uraian jalannya perang Kamang, Saudara mengutip jalannya perang kamang dari buku “Kamang Dalam Pertumbuhan dan perjuangan menentang Kolonialis yang dikarang oleh Alimin Sutan Majo Indo, Terbitan Rehevi, Jakarta 1996”. Kemudian membelokan-belokannya serta mengurangi isinya menurut maunya Saudara sendiri yang bisa menimbulkan kekeliruan sejarah Perang Kamang. Ini dapat dilihat antara lain:
(1). “Pada senja hari, Belanda mulai bergerak mengepung rumah H. Abdul Manan untuk menangkapnya karena dinilai beliau lah yang menjadi dalang pergolakan adalah kaum agama.Tetapi H. Abdul Manan berhasil meloloskan diri dan segera menemui Dt. Rajo Penghulu di Kamang (sekarang Kamang Hilir) untuk berkonsultasi.Akhirnya bertiga dengan Kari Mudo dan beberapa orang pemuka lainya, mereka langsung mengadakan rapat kilat untuk membahas perkembangan yang sangat kritis dan menyusun kesiagaan seluruh rakyat guna mengobarkan perang sabil. Pasukan Belanda yang masuk dari Tanjung Alam dan Gadut bertemu di Kamang Mudiak Sekarang, Sehingga pejuang-pejuang dari Kamang (Kamang Mudiak dan Kamang Hilir) terkepung di Kampung Tangah”. Kalau saudara menyebutkan Sehingga pejuang-pejuang dari Kamang (Kamang Mudiak dan Kamang Hilir) terkepung di Kampung Tangah. Ini adalah “keliru besar” tidak sesuai dengan realita pada waktu itu, pada waktu itu belum ada Kamang Hilir dan Kamang Mudiak, yang ada hanya Kamang (sekarang Kamang Hilir). Nagari Kamang Mudiak belum memakai nama kamang seperti sekarang ini, masih bernama Bukik. Pejuang Kamang yang pada waktu itu datang ke Kampung Tangah dibawah pimpinan M.Saleh Dt.Rajo Pangulu adalah untuk menyerang pasukan Belanda yang beristrahat di sana, bukan terkepung. (untuk lebih jelasnya baca Realita Perang Kamang).
(2). Kalimat yang Saudara dikutip dari buku karangan Alimin sutan Majo Indo pada halaman 81 dan 82 yang tercantum ” Demikian pada pertempuran yang berlangsung sampai pukul 2.00 dini hari, Pasukan rakyat memperoleh kemenangan gemilang lantaran semangat dan koordinasi yang tinggi.Tentara Belanda berhasil dibuat kucar kacir.Tetapi J.Westennek sempat meloloskan diri dan minta bantuan ke Bukittinggi.Pasukan inilah nantinya yang telah menimbulkan malapetaka terhadap pasukan rakyat, karena bertepatan fajar menyingsing mereka datang dalam jumlah yang sangat besar, sehingga babak kedua perang basosoh, segera meledak kembali.Akan tetapi lantaran pasukan itu terlalu banyak dan segar-segar, dilengkapi pula dengan senjata modern, akhirnya pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri. Dan bersamaan itu, berhentilah kegaduhan suasana perang bagai disapu dari bumi Kampung Tangah.Yang tinggal hanyalah keheningan yang ditingkah erangan suara manusia yang luka-luka di tengah desau angin dedaunan.Nun di ufuk timur, warna keemasan kelihatan menebari permukaan langit dan burung-burungpun mulai berkicau seperti hari-hari sebelumnya.Maka tercatatlah pagi itu sebagi sejarah berkabut di hati setiap bangsa Indonesia di dalam menentang kolonis Belanda. Lebih kurang 100 orang pejuang syahid di jalan Allah, termasuk H. Abdul Manan. Pasukan dari daerah Kamang barat (kamang hilir) pun banyak yang syahid di Kampung Tangah. Di sini Saudara mengutip kalimat tidak secara utuh dan menukar subyeknya.
Kalimat aslinya adalah “Demikian pada pertempuran yang berlangsung sampai pukul 2.00 dini hari itu,bintang J.Westennenk sebagai pelaksana kolonial terlindung oleh bintang M.Saleh Dt.Rajo Pangulu sebagai pembuka perang. Pasukan rakyat memperoleh kemenangan gemilang lantaran semangat dan koordinasi yang tinggi. Tentara Belanda berhasil dibuat kucar kacir. Tetapi J.Westennek sempat meloloskan diri dan minta bantuan ke Bukittinggi. Pasukan inilah nantinya yang telah menimbulkan malapetaka terhadap pasukan rakyat, karena bertepatan fajar menyingsing mereka datang dalam jumlah yang sangat besar, sehingga babak kedua perang basosoh, segera meledak kembali. Akan tetapi lantaran pasukan itu terlalu banyak dan segar-segar, dilengkapi pula dengan senjata modern, akhirnya pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri. Dan bersamaan itu, berhentilah kegaduhan suasana perang bagai disapu dari bumi Kampung Tangah.Yang tinggal hanyalah keheningan yang ditingkah erangan suara manusia yang luka-luka di tengah desau angin dedaunan. Nun di ufuk timur, warna keemasan kelihatan menebari permukaan langit dan burung-burungpun mulai berkicau seperti hari-hari sebelumnya. Maka tercatatlah pagi itu sebagi sejarah berkabut di hati setiap bangsa Indonesia di dalam menentang kolonis Belanda. M.Saleh Dt.Rajo Pangulu bersama 70 orang anggota pasukan rakyat, syahid sebagai pahlawan bangsa, diantaranya terdapat dua orang srikandi yaitu Siti Asiah istri Dt.Rajo Pangulu dan Siti Anisah. Selain itu mengalami cacat, tercatat 20 orang.
Jika dilihat dua kutipan di atas, saudara diduga ada upaya untuk mengaburkan siapa pemimpin perlawanan rakyat tersebut, dan membelokkan/menukar sejarah Perang Kamang. Dalam kutipan tersebut tidak disebutkan siapa pemimpin Perang Kamang, dan juga telah menukar subyek nya. Subyek sebenarnya adalah M.Saleh Dt.Rajo Pangulu bersama 70 orang anggota pasukan rakyat, syahid sebagai pahlawan bangsa, diantaranya terdapat dua orang srikandi yaitu siti Asiah istri Dt.Rajo Pangulu dan siti Anisah. Selain itu mengalami cacat, tercatat 20 orang. Bukan yang ditulis Saudara Irwan Setiawan {Lebih kurang 100 orang pejuang syahid di jalan Allah, termasuk H. Abdul Manan.Pasukan dari daerah Kamang barat (kamang hilir) pun banyak yang syahid di Kampung Tangah}. Kepada para pembaca sekali lagi diulangi pada waktu itu tidak ada Kamang Barat (Kamang Hilir ) yang ada hanya “Kamang” (sekarang Kamang Hilir).
Hirwan
A. Diawal penulisan sudah ditemui kekeliruan, yaitu “Kamang, dulu merupakan sebuah kelarasan yang mencakup Aur Parumahan, Surau Koto Samiak, Suayan, Sungai Balantiak. Setelah Kemerdekaan Kamang terbagi menjadi menjadi dua nagari yaitu Kamang Hilir dan Kamang Mudiak. Aur Parumahan menjadi Kamang Hilia, Surau Koto Samiak menjadi Kamang Mudiak”. Saudara Irwan Setiawan, perlu Saudara sadari bahwa tulisan Saudara dibaca oleh banyak orang, pernyataan saudara ini sangat keliru dan tumpang tindih. Dikatakan sangat keliru karena :
a. Sewaktu memakai sistem Kelarasan (tahun 1870 - 1908), nagari yang tercakup dalam Kelarasan Kamang adalah: Kamang, Bukik, Suayan, Sungai Balantiak. Belum ada nama nagari Aur Parumahan maupun Surau Koto Samiak. Kelarasan Kamang, Angku Larasnya orang Kamang dan berkedudukan di Kamang, maka disebutlah Lareh Kamang. Setelah Perang Kamang 1908 sistem kelarasan dihapus, diganti dengan Admisistratif Onderdistrik yang dikepalai oeh seorang Asisten Demang. Setelah memakai sistem Admisistratif Onderdistrik ini, untuk menghilangkan pengaruh nama Kamang, supaya Perang Kamang jangan ditiru oleh nagari-nagari lain, sekitar tahun 1916 nama Nagari Kamang diganti dengan Aua Parumahan, Bukik berobah nama menjadi Surau Koto Samiak.
b. Tidak ada Nama Nagari Aur Parumahan menjadi Nagari Kamang Hilir, sebab setelah kemerdekaan tahun 1945 nama Nagari Aur Parumahan oleh Kerapatan Nagari telah dikembalikan kepada nama aslinya yakni “ Kamang”.
c. Selanjutnya dikatakan tumpang tindih dapat dilihat dari, pertama “Setelah kemerdekaan Kamang terbagi dua (yaitu Kamang Hilir dan Kamang Mudiak), kedua (Aur Parumahan menjadi Kamang Hilia, Surau Koto Samiak menjadi Kamang Mudiak).
Saudara Irwan Setiawan, untuk Saudara ketahui Nagari Kamang Hilia dan Kamang Mudiak bukan bukan Pemekaran Nagari. Sebutan Kamang Hilia dan Kamang mudiak dimulai semasa perang mempertahankan kemerdekaan tahun 1949. diantara tokoh-tokoh waktu itu yang mengatas namakan anak nagari, antara lain Saibi St.Lembang Alam, Ak.Dt Gunung Hijau, Patih A, Muin Dt.Rky.Maradjo, dalam suatu rapat di Anak Air Dalam Koto Kamang, sepakat untuk menambah Hilir di belakang Kamang, sehingga menjadi Kamang Hilir, sedangkan Nagari Surau Koto Samiak dirobah menjadi Kamang Mudiak. Tujuan perobahan nama nagari seperti ini saya tidak tahu pasti, tetapi “kalau lai ilmu mangana aka maminteh” jawabnya ada pada kita masing-masing.
Nagari itu merupakan satu kesatuan masyarakat hukum adat, adat salingka nagari cupak salingka suku. Secara jujur harus kita akui bahwa hukum adat Nagari Kamang dengan hukum adat Nagari Surau Koto Samiak tidak ada sangkut pautnya. Kenapa Nagari Surau Koto Samiak mau berobah /menyangkut/memakai nagari Kamang, ini saya rasa perlu dianalisa lebih mendalam.
B. Selanjutnya didalam uraian jalannya perang Kamang, Saudara mengutip jalannya perang kamang dari buku “Kamang Dalam Pertumbuhan dan perjuangan menentang Kolonialis yang dikarang oleh Alimin Sutan Majo Indo, Terbitan Rehevi, Jakarta 1996”. Kemudian membelokan-belokannya serta mengurangi isinya menurut maunya Saudara sendiri yang bisa menimbulkan kekeliruan sejarah Perang Kamang. Ini dapat dilihat antara lain:
(1). “Pada senja hari, Belanda mulai bergerak mengepung rumah H. Abdul Manan untuk menangkapnya karena dinilai beliau lah yang menjadi dalang pergolakan adalah kaum agama.Tetapi H. Abdul Manan berhasil meloloskan diri dan segera menemui Dt. Rajo Penghulu di Kamang (sekarang Kamang Hilir) untuk berkonsultasi.Akhirnya bertiga dengan Kari Mudo dan beberapa orang pemuka lainya, mereka langsung mengadakan rapat kilat untuk membahas perkembangan yang sangat kritis dan menyusun kesiagaan seluruh rakyat guna mengobarkan perang sabil. Pasukan Belanda yang masuk dari Tanjung Alam dan Gadut bertemu di Kamang Mudiak Sekarang, Sehingga pejuang-pejuang dari Kamang (Kamang Mudiak dan Kamang Hilir) terkepung di Kampung Tangah”. Kalau saudara menyebutkan Sehingga pejuang-pejuang dari Kamang (Kamang Mudiak dan Kamang Hilir) terkepung di Kampung Tangah. Ini adalah “keliru besar” tidak sesuai dengan realita pada waktu itu, pada waktu itu belum ada Kamang Hilir dan Kamang Mudiak, yang ada hanya Kamang (sekarang Kamang Hilir). Nagari Kamang Mudiak belum memakai nama kamang seperti sekarang ini, masih bernama Bukik. Pejuang Kamang yang pada waktu itu datang ke Kampung Tangah dibawah pimpinan M.Saleh Dt.Rajo Pangulu adalah untuk menyerang pasukan Belanda yang beristrahat di sana, bukan terkepung. (untuk lebih jelasnya baca Realita Perang Kamang).
(2). Kalimat yang Saudara dikutip dari buku karangan Alimin sutan Majo Indo pada halaman 81 dan 82 yang tercantum ” Demikian pada pertempuran yang berlangsung sampai pukul 2.00 dini hari, Pasukan rakyat memperoleh kemenangan gemilang lantaran semangat dan koordinasi yang tinggi.Tentara Belanda berhasil dibuat kucar kacir.Tetapi J.Westennek sempat meloloskan diri dan minta bantuan ke Bukittinggi.Pasukan inilah nantinya yang telah menimbulkan malapetaka terhadap pasukan rakyat, karena bertepatan fajar menyingsing mereka datang dalam jumlah yang sangat besar, sehingga babak kedua perang basosoh, segera meledak kembali.Akan tetapi lantaran pasukan itu terlalu banyak dan segar-segar, dilengkapi pula dengan senjata modern, akhirnya pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri. Dan bersamaan itu, berhentilah kegaduhan suasana perang bagai disapu dari bumi Kampung Tangah.Yang tinggal hanyalah keheningan yang ditingkah erangan suara manusia yang luka-luka di tengah desau angin dedaunan.Nun di ufuk timur, warna keemasan kelihatan menebari permukaan langit dan burung-burungpun mulai berkicau seperti hari-hari sebelumnya.Maka tercatatlah pagi itu sebagi sejarah berkabut di hati setiap bangsa Indonesia di dalam menentang kolonis Belanda. Lebih kurang 100 orang pejuang syahid di jalan Allah, termasuk H. Abdul Manan. Pasukan dari daerah Kamang barat (kamang hilir) pun banyak yang syahid di Kampung Tangah. Di sini Saudara mengutip kalimat tidak secara utuh dan menukar subyeknya.
Kalimat aslinya adalah “Demikian pada pertempuran yang berlangsung sampai pukul 2.00 dini hari itu,bintang J.Westennenk sebagai pelaksana kolonial terlindung oleh bintang M.Saleh Dt.Rajo Pangulu sebagai pembuka perang. Pasukan rakyat memperoleh kemenangan gemilang lantaran semangat dan koordinasi yang tinggi. Tentara Belanda berhasil dibuat kucar kacir. Tetapi J.Westennek sempat meloloskan diri dan minta bantuan ke Bukittinggi. Pasukan inilah nantinya yang telah menimbulkan malapetaka terhadap pasukan rakyat, karena bertepatan fajar menyingsing mereka datang dalam jumlah yang sangat besar, sehingga babak kedua perang basosoh, segera meledak kembali. Akan tetapi lantaran pasukan itu terlalu banyak dan segar-segar, dilengkapi pula dengan senjata modern, akhirnya pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri. Dan bersamaan itu, berhentilah kegaduhan suasana perang bagai disapu dari bumi Kampung Tangah.Yang tinggal hanyalah keheningan yang ditingkah erangan suara manusia yang luka-luka di tengah desau angin dedaunan. Nun di ufuk timur, warna keemasan kelihatan menebari permukaan langit dan burung-burungpun mulai berkicau seperti hari-hari sebelumnya. Maka tercatatlah pagi itu sebagi sejarah berkabut di hati setiap bangsa Indonesia di dalam menentang kolonis Belanda. M.Saleh Dt.Rajo Pangulu bersama 70 orang anggota pasukan rakyat, syahid sebagai pahlawan bangsa, diantaranya terdapat dua orang srikandi yaitu Siti Asiah istri Dt.Rajo Pangulu dan Siti Anisah. Selain itu mengalami cacat, tercatat 20 orang.
Jika dilihat dua kutipan di atas, saudara diduga ada upaya untuk mengaburkan siapa pemimpin perlawanan rakyat tersebut, dan membelokkan/menukar sejarah Perang Kamang. Dalam kutipan tersebut tidak disebutkan siapa pemimpin Perang Kamang, dan juga telah menukar subyek nya. Subyek sebenarnya adalah M.Saleh Dt.Rajo Pangulu bersama 70 orang anggota pasukan rakyat, syahid sebagai pahlawan bangsa, diantaranya terdapat dua orang srikandi yaitu siti Asiah istri Dt.Rajo Pangulu dan siti Anisah. Selain itu mengalami cacat, tercatat 20 orang. Bukan yang ditulis Saudara Irwan Setiawan {Lebih kurang 100 orang pejuang syahid di jalan Allah, termasuk H. Abdul Manan.Pasukan dari daerah Kamang barat (kamang hilir) pun banyak yang syahid di Kampung Tangah}. Kepada para pembaca sekali lagi diulangi pada waktu itu tidak ada Kamang Barat (Kamang Hilir ) yang ada hanya “Kamang” (sekarang Kamang Hilir).
Hirwan
3 comments:
Jawab..
Assalamualaikum<>
Ketika membaca tanggapan bapak di kompas, di blog ini,,dan di alamat lain,, saya sedikit heran,,bapak tidak menjalaskan foto, alamat dan informasi yang jelas ttg jatidiri bapak,sehingga saya kurang yakin untuk menanggapinya.
1. Perang kamang bukan perang yang untuk di perdebatkan, ia adalah sebuah peristiwa besar untuk di horamti dan dijadikan pelajaran. Tidak ada maksud saya memutar balikkan atau membelokkan sejarah. Hal ini semata-mata demi mengingatkan kita untuk selalu menghargai masa lalu, untuk maju kedepan menjadi yang lebih baik.
2. Kalau ada kesalahan fakta menurut bapak,seharusnya bapak menunjukkan ke saya bukti autentik ttg kesalahan saya, bukan dengan cerita dan tulisan di web saja.
3. Ketika menulis saya menganalisa berbagai kata2 yang di buat oleh penulis sebelumnya, Dalam tulisan sejarah tidak ada yang namanya karakter tulisan hiperbola dan mendramatisir,, seperti buku yang menjadi referensi bapak, sehingga harus ada nilai2 fakta yang di ambil,..bukan cerita seperti sandiwara, dan cerita, karena perang kamang adalah sejarah.
4. Dalam setiap pergerakan yang dicari adalah pemimpin dan penggeraknya. Dan sejarah dunia membuktikan bahwa penggerak dan pemikir yang bisa membuat manusia ikhlas mati-ikhlas berkorban adalah pemimpin agama... jadi takbisa di elakkkan bahwa pemimpin perang kamang itu adalah H. Abd Manan yang tidak bapak singgung dalam tulisan Bapak.
5. Tulisan yang utama menjadi referensi adalah tulisan westenenk yang terlibat langsung dalam perang kamang,,dan tulisan H Ahmad, Anak H.Abdul Manan. Yang terlibat aktif juga dalam perang kamang tsb. Bukan tulisan dari beberapa sumber bapak yang menurut bapak baku, sahih dan kuat, namun tak tau tahun dan dari sumber keberapa mereka mangambil bahan..
wassalam...
Assalamualaikum WW
Saya sangat berterima kasih kepada Saudara Irwan Setiawan yang telah merespon tanggapan saya tentang sejarah Perang Kamang yang Saudara tulis. Dari 5 (lima )point tanggapan Saudara, menimbulkan tanggapan pula kembali dari kami. Disini akan ditanggapi masing-masing point yang saudara sampaikan :
1. Saudaraku Irwan Setiawan, saya setuju dengan pendapat Saudara “Perang Kamang bukan yang perang untuk diperdebatkan”, namun dibalik itu saya sangat tidak setuju jika dalam hal ini “cupak dipapek dek rang panggaleh, jalan dialiah dek rang lalu”.
2. Kesalahan fakta menurut saya, sudah saya sampaikan satu persatu dan juga sudah saya sampaikan apa yang benar. Dalam hal ini coba Saudara analisa kembali lebih mendalam apa yang telah saya sampaikan. Yang saya sampaikan “mangaji lai diateh surek, maratok lai diateh bangkai”.
(bersambung...)
3. Pada poin (3) ini juga terbahas poin (5). Dalam referensi yang saya pakai (Kamang Dalam Pertumbuhan dan Perjuangan Menentang Kolonialis, karangan Alimin Sutan Majo Indo, terbitan Rehevi, Jakarta 1996), memang ada hiperbolanya namun tidak mengurangi arti sejarah sebenarnya. Dalam tulisan Saudara yang berjudul Perang Kamang 1908 Sebuah Pembuktian Kekuatan Tali Tigo Sapilin, ternyata saudara memakai apa yang telah saudara salahkan sendiri. Ini dapat dilihat antara lain dari tulisan saudara pada :
• Paragaf ke 2 yang berbunyi “Perang Kamang 1908 adalah perang terbuka ……. ……….., mereka tunjukan kepada Bangsa Indonesia . Ini adalah hasil kutipan dari referensi dimaksud pada Bagian 4 Perang Kamang, halaman 71
• Paragraf ke 7 yang berbunyi “J.Westenenk secara berturut masih berusaha mendatangi rakyat Kamang, ………………………, yang rata-rata melanda Negara Eropah Barat. Ini adalah hasil Kutipan referensi dimaksud paragraf ke 2 halaman 72.
• Paragraf ke 8 yang berbunyi “Sementara itu Kari Mudo sebagai pelopor generasi muda, …………….., akhirnya saat itu tiba. Ini adalah hasil Kutipan referensi dimaksud paragraf ke 2 halaman 77.
• Paragraf ke 10 yang berbunyi “Pada senja hari, belanda mulai bergerak mengepung rumah H.Abdul Manan,………………………… guna mengobarkan perang sabil. Ini adalah hasil Kutipan referensi dimaksud paragraf ke 3 halaman 78.
• Begitu juga selanjutnya pada alinia 12, 13, 14, 15 dan 16 juga hasil kutipan dari referensi yang sama.
Jika dilihat dari kebakuan, kesahihan dan kekuatan dari buku Kamang Dalam Pertumbuhan dan perjuangan menentang Kolonialisme, menurut hemat kami sudah sahih dan kuat dan baku, karena sudah diakui oleh berbagai pihak yang berkopenten, yaitu : KAN Kamang Hilia, Kepala Perwakilan Tilatang Kamang, Kakanwil DEPDIKBUD Propinsi Sumatera Barat dan Gubernur Sumatera Barat. Dan juga pengarangnya mengambil bahan dari hasil wawancara dengan pelaku sejarah.
4. Pada poin ini saudara telah mengambil kesimpulan, seolah-olah pemimpin agama pada waktu itu hanya H.Abdul Manan sendiri. Untuk saudara ketahui, pada waktu itu di Kamang (sekarang Kamang Hilir) ada beberapa orang ulama terkenal, seperti : H M.Amin, Khadi Abdul Gani, H.Jamiak, Labai Sampono dan lain-lain. Kari Mudo sendiri juga seorang ulama, dia adalah murid dari H.Jamiak.
Selanjutnya kalau saudara menyebutkan saya tidak menyinggung H.Abdul manan dalam tulisan saya, anggapan saudara ini keliru, coba saudara baca kembali “Realita Perang Kamang” disitu akan diketahui siapa H.Abdul Manan, apa perannya dalam Perang Kamang.
Kalau Saudara menyebutkan bahwa pemimpin Perang Kamang itu adalah H.Abdul Manan, namun secara tidak langsung saudara juga telah mengakui pemimpin perang Kamang adalah DT.Rajo Pangulu. Ini dapat dilhat dari tulisan Saudara pada alinia ke 10 yang menyebutkan “H.Abdul Manan berhasil meloloskan diri dan segera menemui Dt.Rajo Pangulu di Kamang (sekarang Kamang Hilir) untuk berkonsultasi”. Kalau H.abdul Manan datang ke Kamang untuk berkonsultasi dengan Dt.Rajo Pangulu berarti kedudukan Dt.Rajo Pangulu lebih tinggi dari H.Abdul Manan. Tempat untuk berkonsultasi adalah kepada orang yang lebih tahu/lebih menguasai.
Jika Saudara masih bersikukuh mengatakan pemimpin perang Kamang adalah H.Abdul Manan, sekarang kita kembalikan kepada pokok persoalannya. Mangaji dari alif mambilang dari aso. Bapangka mangko bamulai, basabab mangko manjadi. Apa sebab terjadi perang Kamang?Apa sebab diberi nama Perang Kamang? Di daerah mana terjadi sebabnya? Karena perang terjadi tahun 1908, mana Kamang tahun 1908? Selanjutnya kalau H.Abdul Pemimpin Perang, siapa/orang nagari mana yang dipimpinnya? bagaimana kronologisnya?
Terima kasih, wassalam
Post a Comment