Muhammad bin Waasi’, Mahkota untuk Pengemis




Dalam perjalanan pulang, Waasi’ berjumpa dengan seorang pengemis, mahkota berharga itu segera diberikannya kepada pengemis itu
SUNGGUH banyak hal yang bisa diteladani dari diri Muhammad bin Waasi’, salah satu murid Sahabat utama Anas bin Malik al-Anshari RA, pembantu Rasulullah SAW. Tabi’in ini hidup di masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik.

Ketika itu usianya sudah tua, namun semangat jihadnya luar biasa. Lelaki yang mendapat julukan Zainul–Fuqaha (hiasan para ahli fiqih) dari Bashrah ini berada di barisan depan saat kaum Muslimin merebut daerah Jurjan dan Thabaristan. Dua wilayah ini dikuasai oleh orang-orang Turki yang dikenal kuat dan perkasa. Atas izin Allah SWT, tentara Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit berhasil unggul dan mendapat banyak ghanimah (harta rampasan perang).

Di antara ghanimah yang melimpah tersebut ada sebuah mahkota. Benda ini terbuat dari emas murni bertatahkan intan permata beraneka warna dalam ukiran yang indah dipandang mata. Panglima Islam, Yazid bin Muhallab, bersumpah hendak memberikannya kepada Waasi’.

Yazid berseru kepada kaum Muslimin, “Kalian akan melihat bahwa di antara umat Nabi Muhammad SAW senantiasa ada yang tidak menginginkan harta ini ataupun yang semacam ini yang ada di atas bumi.”

Dipanggillah Waasi’. Yazid kemudian berkata kepadanya, “Wahai Abu Abdillah, pasukan Muslimin telah menemukan mahkota yang sangat berharga ini. Aku melihat Anda-lah yang layak untuknya, sehingga kujadikan mahkota ini sebagai bagianmu dan orang-orang telah setuju.”

“Aku tidak memerlukannya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Anda dan mereka,” jawab Waasi’.

Yazid bersikukuh, “Aku telah bersumpah bahwa engkaulah yang harus mengambil ini.”

Karena sumpah tersebut, terpaksalah Waasi’ menerimanya. Orang-orang yang tak mengenalnya berkata sinis, “Nyatanya dia bawa juga harta itu.”

Dalam perjalanan pulang, Waasi’ berjumpa dengan seorang pengemis yang meminta-minta kepadanya. Tabi’in yang mulia ini segera menoleh ke kanan, ke kiri, dan ke belakang. Setelah yakin tidak ada yang melihat, mahkota berharga itu segera diberikannya kepada pengemis.

Ternyata hal itu tetap saja diketahui oleh utusan Yazid. Mereka segera mengambil mahkota itu dari pengemis lantas mengganti dengan harta sebanyak yang dimintanya. Hal ini kemudian dilaporkan kepada Yazid.

Yazid pun berkata kepada pasukannya, “Bukankah telah aku katakan kepada kalian bahwa di antara umat Muhammad SAW senantiasa ada orang-orang yang tidak membutuhkan mahkota ini atau yang semisalnya?”

Semoga kita bisa meneladani kemuliaan tabi’in agung semacam Muhammad bin Waasi’.* Bahrul Ulum

No comments: