Karomah Abul Hasan Asy-Syadzili, Sang Sufi Dunia Timur dan Barat (2)
Rusman H Siregar
Imam Abul Hasan asy-Syadzili adalah sosok ulama sufi yang juga waliyullah qutub kelahiran Maroko 593 Hijriyah silam. Foto/Istimewa |
Berikut lanjutan kisah ulama besar sufi yang masyhur di dunia Timur dan Barat sebagaimana disampaikan Dai asal Mesir Syeikh Ahmad Al-Misri saat kajian di Masjid Permata Qalbu, Perumahan Permata Mediterania, Pos Pengumben, Jakarta Barat.
Beberapa hari beliau tinggal bersama Syeikh Abdussalam Ibnu Masyis melihat beberapa karamah. Lalu Imam Abul Hasan asy-Syadzili disarankan gurunya untuk pergi ke Afrika di suatu tempat namanya Syadzilah karena Allah akan menamaimu dengan nama Syadzili.
Kemudian beliau masuk ke Tunisia belajar bersama gurunya dan selepas gurunya wafat ia pergi ke suatu tempat yang menjadi tempat khalwatnya di gunung. Ia mendapat isyarat dari Allah untuk turun bercampur dengan manusia. "Ya Allah, bagaimana aku bisa bercampur dengan manusia? Aku yang akan melindungimu," demikian isyarat yang diterimanya dari Allah.
Ketika ia turun bercampur dengan manusia ia mendapat fitnah oleh Abdul Mubarak karena mendengar kata-kata buruk tentang tasawuf. Kemudian ia berhaji, sebelum ke berhaji masuk ke Mesir. Gurunya dulu bilang kamu nanti akan pergi ke Afrika dan kamu akan diuji.
Beliau masuk ke Tunisia sebelum ke Mesir bersama murid-muridnya termasuk Imam Abul Abbas al-Mursyi yang menjadi khalifah beliau. Ketika memasuki Askandaria, ada Sultan yang menahan para ulama sufi karena fitnah. Beliau pun difitnah dan harus ditahan. Ia mendapat surat penahanan itu. Imam Abul Hasan asy-Syadzili mengatakan "orang yang kamu tahan dalam lindungan Allah Ta'ala". Benar saja, ketika ia meninggalkan Sultan itu 20 langkah, sultan itu tidak bisa bergerak dan berbicara.
Setelah itu banyak orang mencari beliau agar memaafkan Sultan. Lalu beliau memaafkan Sultan itu dan akhirnya Sultan itu bisa bergerak dan berbicara. Kemudian beliau berhaji. Sesudah pulang haji kembali ke Tunisia. Beliau menunggu isyarat dari Allah dan bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan beliau berkata bahwa wahai Ali, pergilah ke Mesir karena engkau akan mendidik 40 orang yang jujur.
Lalu ia mulai mengajar dan dihadiri para ulama, bahkan orang yang dulu mengkritik beliau pun mengikuti majelisnya. Beliau berhaji berkali-kali tapi selang seling setahun haji, setahun enggak. Beliau pada tahun itu berazam buat haji dan meminta murid-muridnya membawa perlengkapan dan kain kafan, lalu ia mengatakan pada muridnya kamu akan tahu nanti apa yang terjadi.
"Maka kalau sama guru tasawuf jangan banyak bertanya. Apapun yang diperintahkan kita patuh aja," kata Syeikh Ahmad Al-Misri.
Imam Abul Hasan asy-Syadzili meminta dibawakan kain kafan dan memberi muridnya nasehat untuk jangan lupa membaca Hizib Bahar. Kemudian beliau memanggil murid khususnya yaitu Imam Abul Abbas Al-Mursyi, lalu diturunkan ilmunya. Lalu beliau kembali mengumpulkan muridnya dan berkata kalau aku meninggal malam ini, inilah khalifah saya, kalian kalau ada apa-apa bertanya ke beliau.
Kemudian Imam Abul Hasan Asy-Syadzili salat Tahajjud, berdoa dan di waktu sahur muridnya tidak mendengar suara beliau sedikitpun dikira tidur, saat digerakkan ternyata sudah wafat. Beliau berdoa: "Ya Allah wafatkan aku di tempat yang orang tidak pernah bermaksiat". Akhirnya doa beliau diijabah oleh Allah Ta'ala, dan beliau wafat di padang pasir.
Beliau dimandikan dan disalatkan oleh Imam Abul Abbas al-Mursyi. Makamnya kalau dari Kairo sekitar 11 atau 12 jam. KH Maimoen Zubair sebelum haji pernah ziarah ke sana.
"Kita bertanya di sini beliau kan punya anak laki-laki kenapa tidak dijadikan khalifah beliau? Grand Syekh Al-Azhar mengatakan dalam kitabnya karena muridnya itu yang dipilih beliau," terang Syeikh Ahmad.
Dikisahkan, Iman Abul Hasan asy-Syadzili tidak suka berpakaian seperti ulama sufi lainnya. Beliau mengatakan kepada Imam Abul Abbas al-Mursyi agar minum yang dingin karena ketika kamu minum air panas mengucap Alhamdulillah seperti terpaksa, sementara saat minum air dingin mengucap Alhamdulillah nikmat.
Kemudian Imam Abul Hasan asy-Syadzili menggunakan pakaian yang indah. Beliau suka memakai pakaian yang indah karena beliau merasa tidak membutuhkan orang untuk urusan dunianya, namun ketika salah satu ulama sufi datang menghadiri majelis beliau dengan pakaian biasa, maka Imam Abul Hasan berpesan: "Wahai Fulan, hamba yang dirahmati Allah Ta'ala, apakah engkau tidak ada pakaian yang lebih baik ketika engkau beribadah, jika engkau beribadah menggunakan pakaian seperti ini seakan engkau membutuhkan bantuan".
Beliau mensyarah sebagian kitab-kitab untuk murid beliau. Beliau mengatakan apabila kalian memiliki masalah, maka bertawassul-lah kepada Allah Ta'ala melalui wasilah Imam Al-Ghazali.
Adapun khalifah atau penerusnya Imam Abul Hasan asy-Syadzili adalah Imam Abul Abbas al-Mursyi. Beliau wafat dan dimakamkan di Askandaria dan banyak yang berziarah ke sana.
Amalan Zikir Imam Abul Hasan asy-Syadzili:
- hizib al-bahr.
- hizib dhayira.
- hizib durarul 'a'ala.
- hizib ayaath.
- hizib al-barr.
- hizib al-falah.
- hizib al-fath.
- hizib hafeela.
- hizib ikhfa.
- hizib al-kabirr.
- hizib al-luthfi.
- hizib an-nasr.
- hizib an-nur.
- hizib nurul azkar.
Beliau mengarang sekitar 22 hizib doa yang sangat indah. Demikian biografi singkat tentang Ulama besarsufi Imam Abul Hasan asy-Syadzili. Mudah-mudahan Allah Ta'ala meridhai beliau dan kita semua.
Wallahu A'lam
(rhs)
No comments:
Post a Comment