Sikap Tenang Mengundang Datangnya Pertolongan Allah

Untuk mendapatkan ketenangan hati dari rasa tertekan maupun gelisah, setiap muslim dianjurkan untuk berzikir, perbanyak istighfar, berdoaa, dan salat. Foto ilustrasi/ist
Widaningsih

Adalah tipikal manusia dihinggapi rasa gelisah, resah, dan pikiran-pikiran yang membuat hati berguncang dan kacau. Perasaan-perasaan tidak tenteram itu terkadang membesar dan menjadi penyakit stres jika seseorang tidak bisa meredamnya.

Padahal, setiap masalah datang, yang harus dilakukan adalah mengingat Allah Ta'ala dan tenangkan hati. Di dalam Islam, diajarkan cara untuk kita bisa mendapatkan hati yang tenang sehingga dalam berbuat sesuatu tidak akan merasa tertekan maupun gelisah. Misalnya, dengan zikir, perbanyak istighfar, berdoa, dan salat.

Menghadirkan Allah Ta'ala saat pikiran gelisah menjadi hal yang penting. Sebab kegelisah serta ketidaktentraman hati akan menjadikan seseorang mudah dipengaruhi oleh bujuk rayu iblis hingga terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuan untuk menghadapi. Orang-orang yang mudah menyerah sesungguhnya hanya merugikan kepada diri mereka sendiri. Untuk itu, sangat penting untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan raga agar bisa menghadapi segala macam cobaan hidup di dunia ini.

Yang mengherankan, seseorang bisa tenang di dalam pesawat ketika di atas awan, padahal tidak tahu siapa pilotnya. Atau mereka bisa tenang naik kapal di tengah lautan, padahal tidak tahu siapa nakhodanya. Namun masih banyak orang Islam yang tidak bisa tenang menjalani kehidupan ini, padahal mereka tahu bahwasanya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Baik yang mengatur kehidupan di bumi. Sekali lagi, itu sunggih ironis.

Harusnya, semakin mengenal Allah Ta'ala maka akan semakin tenang dalam menjalani hidup ini. Dan semakin tidak mengenal-Nya, maka hidup ini akan penuh dengan kegelisahan dan keruwetan. Apa pun yang terjadi dalam hidup ini tenanglah, karena tidak ada yang Allah takdirkan kecuali kebaikan. Perbanyaklah zikir. Menurut Syaikh 'Aid Al Qorni, zikir adalah penolong jiwa yang menghilangkan segala kelelahan dan goncangan jiwa.

Allah Ta'ala berfirman :

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ



"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS Ar-Ra’du : 28).

Hendaklah ketika seorang muslim gelisah, maka segera ingatlah Allah, karena tidak ada ketenangan kecuali bersumber dari-Nya.

Firman Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an :

ثُمَّ أَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ

"Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman..." (QS At-Taubah : 26).

Sesungguhnya Ibnu Taimiyah jika beliau memilki banyak masalah, maka ia membaca ayat ayat yang berbicara tentang ketenangan. Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa ketenangan adalah cahaya, kekuatan, dan spirit. Ketenangan itu jika ada di hati, maka hati akan tenang, kemudian di ikuti dengan tenangnya anggota tubuh dan lisan akan berbicara dengan penuh hikmah. 
Yang perlu diingat juga adalah pertolongan Allah datang kepada para Nabi ‘alaihissalam datang pada saat para pengikut mereka mengira bahwa jalan keluar masalah tidak akan muncul. Bantuan dari langit datang saat manusia putus asa bahwa jalan keluar masalah tidak akan terbuka. Itulah tanda dari puncak kesabaran manusia biasa seperti kita.

Pintu yang tertutup tidak membuat orang-orang yang beriman putus harapan para rahmat Allah. Sebab, orang-orang yang beriman memahami bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kejenuhan menunggu usainya suatu masalah, merupakan hal yang wajar dimiliki oleh manusia, justru itu merupakan bagian dari ujian iman yang harus dihadapi.

Orang-orang yang beriman kepada Allah, kemudian berlari menuju Allah di saat harapan itu sudah tidak ada. Mereka letakkan kesedihan dan kesusahan pada kuasa Allah. Sehingga Allah pun datang memberi pertolongan.

Allah Ta'ala berfirman :

حَتَّىٰٓ إِذَا ٱسْتَيْـَٔسَ ٱلرُّسُلُ وَظَنُّوٓا۟ أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا۟ جَآءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّىَ مَن نَّشَآءُ ۖ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ ٱلْقَوْمِ ٱلْمُجْرِمِينَ

"Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa." (QS Yusuf : 110).

Allah Ta’ala melalui malaikat mengingatkan Nabi Ibrahim agar tidak menjadi orang yang putus asa kepada rahmat Allah. yaitu ketika beliau diberitahukan akan kabar gembira datangnya putera kedua yaitu Nabi Ishaq.

"Berkata Ibrahim: "Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, Maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?" Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa". Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (QS. AL-Hijr: 53-56)

Nabi Ibrahim ‘alaihissallam ingin memiliki putera dari isteri pertama (Sarah ‘alaihassallam) tetapi lebih dari 90 tahun putera yang ditunggu tidak kunjung datang, sedangkan sang isteri sudah sangat tua. Oleh sebab itu beliau menegaskan bahwa berputus asa dari rahmat Allah adalah sikap orang orang yang tersesat. 

Dikisahkan juga Nabi Ya’qub ‘alaihis salaam pun mengingatkan putera-puteranya untuk tidak berputus asa kepada rahmat Allah. "Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(QS. Yusuf: 87)

Setelah manusia sampai di puncak ikhitiar, maka ridha kepada hasil yang Allah tentukan adalah kunci ketenangan. Sedangkan marah kepada ketetapan akhir dari Allah ta’ala adalah jalan kesusahan. Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu menyampaikan:

إِنَّ الله بِقِسْطِهِ وَعَدْلِهِ ، جَعَلَ الرَّوْحَ وَالْفَرَحَ فِي الرِّضَا وَالْيَقِينِ ، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحَزَنَ فِي الشَّكِّ وَالسَّخَطِ

"Sesungguhnya Allah dengan keadilannya menjadikan kelapangan dan kegembiraan dalam sikap ridha (terhadap ketentuan Allah) dan Yakin, dan menjadikan kekhawatiran serta kesedihan dalam sikap ragu (pada kuasa Allah) dan marah (pada ketentuan Allah)."

Wallahu'Alam
(wid)

No comments: