Tokoh Santri yang Dikenang Jadi Pahlawan Bangsa (2)
Dalam buku Biografi Kiai Ahmad Dahlan, Aktivis Pergerakan dan Pembela Ajaran Aswaja oleh Wasid Masyur, disebutkan bagaimana peran Kiai Dahlan dalam membentengi akidah rakyat saat itu, Utamanya, dalam membentengi paham wahabi di Surabaya.
Menilik masa kecilnya setelah dididik sang ayah, Dahlan kecil diketahui mondok di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan Madura dan mempelajari ilmu Nahwu, Fikih, dan Sharraf. Kemudian, ia kembali menjadi santri ke pondok pesantren Sidogiri Pasuruan yang diasuh Kiai Mas Bahar ibn Noer Hasan. Di sana, ia mendalami ilmu tafsir, hadits dan ilmu hisab.
Setalah lama tinggal di sana, Kiai Dahlan kembali ke kampungnya dan meneruskan pondok pesantren milik sang ayah. Waktu berselang, Kiai Ahmad Dahlan juga berperan besar dalam berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926. Sebagai Wakil Rais Akbar NU pertama saat itu, dirinya menjadi orang nomor dua paling berpengaruh di NU kala itu.
Ada banyak sepak terjang perjuangan Kiai Dahlan untuk Indonesia. Dari mulai perlawanan terhadap Wahabi hingga penjajahan.
Dari sisi kebangsaan, dirinya bersama kiai lain juga diketahui mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Organisasi itu, didirikan untuk menyatukan semangat kebangsaan antar ormas Islam dan merespons ketidakadilan dari kolonialisme.
Tak hanya itu, pada 18 November 1912, Kiai Dahlan juga mendirikan Organisasi Muhammadiyah sebagai wadah untuk mendalami ilmu agama. Muhammadiyah hingga kini ikut serta dalam menjalankan sendi keislaman di tanah air. Tak hanya wujud riil, namun juga konkret dan nyata. Muhammadiyah kini juga diketahui sebagai ormas besar yang memiliki kader dan aset nilai ekonomi dari mulai sekolah, perkantoran, perguruan tinggi hingga rumah sakit.
No comments:
Post a Comment