Ummul Mukminin, Hafshah binti Umar

Ia merupakan salah seorang anak sahabat Nabi, Umar bin Khattab. Red: Hasanul Rizqa ILUSTRASI Hafshah binti Umar, seorang istri Nabi.
Foto: Republika/Prayogi
ILUSTRASI Hafshah binti Umar, seorang istri Nabi.
Umar bin Khattab merupakan seorang sahabat yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Di antara anak-anaknya adalah seorang perempuan bernama Hafshah.Sejarah mencatat putri Umar al-Faruq ini sebagai seorang "ibunda kaum beriman" (ummahatul mu`minin). Sebab, ia adalah salah satu istri Rasulullah SAW.

Sebelumnya, Hafshah binti Umar sudah pernah menikah yakni dengan Khunais bin Hufazah. Lelaki itu juga pernah berhijrah ke Habasyah, sebelum mengikuti Rasulullah SAW ke Madinah beberapa tahun kemudian. Dalam Perang Uhud, suami Hafshah ini gugur sebagai syuhada.

Dalam usia 18 tahun, putri Umar bin Khattab tersebut pun menjadi janda. Keadaan itu membuat sedih ayahandanya. Maka, terlintaslah dalam pikirannya untuk menjodohkan anaknya itu dengan Abu Bakar ash-Shiddiq.

Dalam pandangan Umar, sahabat yang berusia sebaya dengan Rasul SAW itu adalah sosok yang jujur, setia dan matang, terutama untuk kelak membimbing putrinya. Dengan alasan demikian, al-Faruq menemui Abu Bakar dan mengutarakan maksudnya. Akan tetapi, sikap Abu Bakar hanya diam sehingga mengecewakannya.

Beranjaklah Umar ke kediaman Utsman bin Affan. Waktu itu, Utsman masih dalam keadaan berkabung karena ditinggal wafat istrinya, Ruqaiyah binti Rasulullah SAW. Dengan hati-hati, al-Faruq menyampaikan maksudnya kepada Utsman, kalau-kalau ia berkenan mempersunting Hafshah sebagai istrinya.

Mendengar itu, Utsman menanggapi secara serius dan meminta kepada Umar agar memberikan kepadanya beberapa hari untuk menimbang-nimbang. Kala waktu menunggu habis, Utsman menyatakan, dirinya belum berminat menikah lagi dalam waktu dekat karena masih dalam suasana berduka atas wafatnya almarhumah.

Umar menerima alasan itu walaupun hatinya kini kian gundah gulana. Keadaan ini disampaikannya kepada Rasulullah SAW. Beliau hanya tersenyum dan mengatakan, “Tenanglah Umar, percayalah bahwa Hafshah akan menikah dengan seorang yang lebih baik daripada Utsman. Begitu pula dengan Utsman, ia akan menikah dengan wanita yang lebih baik daripada Hafshah.”

photo
INFOGRAFIS Mengenal para istri Rasulullah SAW. - (dok republika ali imron)

  Umar terkejut mendengar perkataan Nabi SAW. Kemudian, beliau melanjutkan kata-katanya, “Sekarang, aku melamar Hafshah.” Betapa gembiranya hati al-Faruq!

Rasul SAW menikah dengan putri Umar bin Khattab itu sekira 30 bulan sejak hijrah ke Madinah. Jelas sekali bahwa pernikahan beliau dengan Hafshah termasuk siasatnya dalam mempersatukan pucuk tokoh-tokoh kunci Muslimin pada masa itu. Sejarah akhirnya membuktikan, kedua mertua beliau—yakni Abu Bakar dan Umar—berturut-turut menjadi khalifah.

Begitu pula dengan kedua sosok yang dijadikan beliau sebagai menantu: Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Hikmah lainnya adalah, Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya kepedulian terhadap kaum janda akibat perang. Seperti diketahui, Khunais gugur di medan perang Uhud.

Amat berbahagialah Hafshah menjadi seorang ibu orang-orang Mukminin (ummul mukminin). Pada umumnya, kehidupan Rasulullah SAW dan sang istri berjalan normal. Bagaimanapun, dinamika tetap terjadi dalam rumah tangga ini. Para sejarawan memandang, dari seluruh istri Nabi SAW, Hafshah memiliki watak yang menyerupai ayahnya, Umar bin Khattab. Wanita ini cukup emosional, keras, dan mudah tersinggung.

Suatu ketika, ada kejadian yang membuat Nabi SAW memutuskan untuk menyendiri sejenak dari istrinya itu. Mendengar kabar ini, bukan main cemasnya Umar bin Khattab. Ia khawatir kalau-kalau putrinya kemudian diceraikan oleh Rasulullah SAW.

Umar sempat menemui Hafshah dan memarahinya. Hafshah, yang memang sudah menyesali perbuatannya sebelum ditemui ayahandanya itu, lalu menangis tersedu-sedu. Dengan hati-hati, al-Faruq kemudian berusaha menemui Nabi SAW.

Sementara itu, Malaikat Jibril telah turun kepada Rasul SAW dan menyampaikan perintah Allah SWT, yakni Nabi SAW kembali kepada Hafshah. “Dia adalah perempuan yang banyak berpuasa dan selalu bangun untuk shalat malam, dan dia adalah istrimu hingga ke surga esok. Kembalilah kepadanya, dan kasihanilah Umar” (al-Hadis).

Maka, rumah tangga beliau dengan Hafshah pun kembali normal. Seluruh Muslimin sangat lega mendengar berita itu. Lebih-lebih Umar.

Seperti ‘Aisyah binti Abu Bakar, Hafshah terus berada di tengah umat sesudah Nabi SAW wafat. Keduanya juga menyaksikan masa Khulafaur Rasyidin hingga era Ali bin Abi Thalib. Salah satu peran Hafshah pada periode ini ialah menyimpan mushaf Alquran yang pertama dikumpulkan dan dibukukan pada masa khalifah Abu Bakar.

Hafshah binti Umar wafat pada tahun 54 Hijriyah, ketika Madinah dipimpin gubernur Marwan bin Hakam dari Bani Umayyah.rol

No comments: