Jihad Habaib: Habib Salim Jindan “Kenyang” Dipenjara oleh Penjajah


Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Shalih bin Jindan disebut sebagai al allamah, al musnid, al mu’arrikh, an nassabah. Para ulama juga memberikan pujian kepada Habib Salim Jindan karena ilmu yang dimilikinya. Salah satu dari mereka adalah Al Allamah Syeikh Abdullah Al Lahji, ulama besar madzhab Asy Syafi’i di Makkah, yang menjulukinya sebagai “al allamah” (orang yang pandai sekali), “al mutafannin” (orang yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu), al muhaddits.

Habib Salim Jindan lahir di Surabaya pada 1319 H. Di masa belia, ia menuntut ilmu di madrasah Al Khairiyah. Habib Salim Jindan juga menuntut ilmu kepada ayahnya, juga ulama-ulama besar dari kalangan ahlul bait seperti Sayyid Muhammad bin Ahmad Al Mihdhar serta Sayyid Abdullah bin Muhsin Al Aththas.

Pindah ke Jakarta Berdakwah Melawan Penjajah

Pada tahun 1360 H, Habib Salim Jindan pindah ke Jakarta. Di kota itu, Habib Salim menyibukkan diri dengan berdakwah dan mengajar. Di samping itu, Habib Salim juga ikut serta dalam memerangi penjajah, baik penjajah Belanda mauapun Jepang. Karena perjuangannya, pihak penjajah pun menahannya di penjara, yakni pada tahun 1363 H selama enam bulan, sedangkan pada tahun 1375 ia ditahan selama satu setengah tahun.

Dakwah Habib Salim Jindan disambut baik oleh khalayak. Di Jakarta, ia membangun sebuah perpustakaan besar yang diwakafkan untuk para penuntut ilmu yang bernama Al Maktabah Al Fakhriyah. Perpustakaan itu memiliki kitab amat banyak, hingga indeksnya pun tebal terdiri dari beberapa jilid.

Habib Salim Jindan memiliki banyak periwayatan Hadits dan tidak ada ulama semasanya yang mengumpulkan periwayatan lebih banyak darinya. Habib Salim Jindan juga memiliki banyak karya, baik dalam periwayatan Hadits, sejarah, maupun nasab. Di antara karyanya, yakni As Sami fi Mu’jam Al Asami setebal 37 jilid. Kitab itu sendiri mengupas para musnid di masanya, juga para ulama Yaman yang belajar di Al Azhar Asy Syarif, juga biografi para ulama Al Azhar serta para ulama Nusantara yang mengajar di Makkah, madrasah Ash Shaulathiyah atau madrasah Darul Ulum.

Habib Salim Jindan sendiri berpesan kepada anak-anaknya agar tidak mencetak karya-karyanya, kecuali setelah diperiksa oleh Syeikh Yasin Al Fadani. Pada tahun 1380 Habib Salim Jindan mengunjungi Hadramaut, dan hendak mendirikan darul Hadits. Namun keinginan itu tidak mampu terwujudkan. Para ulama berselisih mengenai tahun wafatnya Habib Salim Jindan, ada yang mengatakan pada tahun 1387, ada yang menyatakan pada tahun 1389, dan ada pula yang mengatakan tahun 1395.

*Disadur dari kitab Tashfnif Al Asma` (1/444 – 448) karya Syeikh Mahmud Sa’id Mamduh Asy Syafi’i.

No comments: