Pentingnya Menjaga Iffah di Zaman Penuh Fitnah
Salah satu sifat iffah ini adalah memiliki rasa malu, karena sifat malu ini akan membuat perempuan menjadi terhormat dan dimuliakan. Foto ilustrasi/ist |
Widaningsih
Berhati-hatilah dengan fitnah akhir zaman, salah satunya adalah fitnah syahwat. Sebab fitnah syahwat adalah fitnah yang berkaitan dengan hawa nafsu, harta dan perempuan.
Karena itu, bagi seorang muslimah, menjaga diri dan kehormatan itu sangatlah penting. Namun, yang kita lihat fenomenanya saat ini, banyak di antara mereka, yang tidak lagi menjaga iffah sebagai perempuan muslimah.
Iffah secara bahasa yaitu menahan. Sedangkan secara istilah, menahan diri sepenuhnya dari hal-hal yang Allah Subhanahu wa ta'ala telah haramkan. Hakikat muslimah adalah menutup auratnya, menjaga kehormatannya, menjaga kesucian dirinya dan lain sebagainya.
Banyak dalil yang memerintahkan perempuan untuk menjaga 'iffah' nya ini. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلۡيَسۡتَعۡفِفِ ٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغۡنِيَهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦۗ
“Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.” (QS An-Nur: 33)
Termasuk makna iffah adalah menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Allah Subhanahu wa ta’alaberfirman,
لِلۡفُقَرَآءِ ٱلَّذِينَ أُحۡصِرُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا يَسۡتَطِيعُونَ ضَرۡبٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ يَحۡسَبُهُمُ ٱلۡجَاهِلُ أَغۡنِيَآءَ مِنَ ٱلتَّعَفُّفِ تَعۡرِفُهُم بِسِيمَٰهُمۡ لَا يَسَۡٔلُونَ ٱلنَّاسَ إِلۡحَافٗاۗ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ ٢٧٣
“Orang yang tidak tahu menyangka mereka (orang-orang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta kepada manusia).” (QS Al-Baqarah: 273)
Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu mengabarkan, orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang minta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan beliau berikan hingga habislah apa yang ada pada beliau.
Rasulullah bersabda kepada mereka ketika itu,
مَا يَكُوْنُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لاَ أَدَّخِرُهُ عَنْكُمْ، وَإِنَّهُ مَنْ يَسْتَعِفَّ يُعِفَّهُ اللهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبّرِْهُ اللهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَلَنْ تُعْطَوْا عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Kebaikan (harta) yang ada padaku tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta, Allah akan memelihara dan menjaganya. Siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta, Allah subhanahu wa ta’ala akan menjadikannya sabar. Siapa yang merasa cukup dengan Allah Subhanahu wa ta’ala dari meminta kepada selain-Nya, Allah Ta’ala akan memberikan kecukupan kepadanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. BUkhari dan Muslim)
Seorang muslimah dituntut untuk memiliki iffah. Sebab, akhlak yang satu ini merupakan akhlak yang tinggi, mulia, dan dicintai oleh Allah Ta’ala. Bahkan, akhlak ini merupakan sifat hamba-hamba Allah yang saleh, yang senantiasa menghadirkan keagungan-Nya dan takut akan murka dan azab-Nya. Ia juga menjadi sifat bagi orang-orang yang selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.
Salah satu sifat iffah ini adalah memiliki rasa malu. Rasulullah bersabda 'Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya' (HR. Al-Hakim, Ath-Thabrani).
Sifat malu yang ada di dalam diri perempuan ini dapat menambah keimanan seorang muslimah dan juga membuat perempuan menjadi terhormat dan dimuliakan. Tetapi, yang kita lihat sekarang banyak sekali perempuan bahkan muslimah saat ini berlomba-lomba menampilkan dirinya di khalayak umum, yang seakan-akan sudah luntur sifat malu yang ada di dalam diri mereka.
Ditambah pula, kemajuan teknologi saat ini menjadikan tidak sedikit orang yang ingin tampil di khalayak umum. Mereka berlomba-lomba mempercantik diri, dan dengan bangga memperlihatkan aurat mereka, menari sana-sini yang kemudian diunggah ke media sosial, berharap banyak pujian-pujian yang dilontarkan bagi siapa saja yang melihat unggahan tersebut.
Sangat miris sekali ketika rasa malu sebagai seorang perempuan sudah tidak lagi dipertahankan. Dengan begitu, perlu kita ingatkan kembali bagaimana seharusnya perempuan muslimah bersikap sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Ta'ala agar iffah seorang wanita senantiasa terjaga di dalam diri.
Karena, ketika sifat iffah sudah hilang di dalam diri seseorang. Maka akan membawa pengaruh buruk bagi orang tersebut. Akan tertutupi akal sehatnya dengan nafsu syahwatnya dan sulit untuk membedakan hal yang baik dan buruk, Na'udzubillahi min dzalik.
Upaya untuk Bisa Menjaga Iffah
Menjaga iffah memang bukanlah perkara yang mudah. Bahkan mungkin sangat berat dilakukan, apalagi ketika banyak dari kita yang berlomba-lomba ingin dilihat semua orang. Namun, kita justru bertolak belakang terhadap itu semua demi menjaga iffah dan agar tetap berada di jalan yang Allah ridhai.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk pintar dalam bergaul, dengan memilih teman yang baik akhlaknya dan yang senantiasa mengajak dan mengingatkan kita kepada kebaikan.
Berkaitan dengan upaya menjaga iffah ini, Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh muslimah. Di antaranya :
1. Selalu menundukan pandangan dan menjaga kemaluannya
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka….” (QS An- Nur: 31)
2. Ketika hendak bersafar, muslimah hendaknya didampingi oleh mahramnya, yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُسَافِرِ امرَأَةٌ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Tidak boleh seorang wanita melakukan safar kecuali didampingi mahramnya.” (HR. al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 1341)
3. Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya.
Sebab, bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di dalam jiwa yang akan membuat hati itu condong kepada perbuatan keji dan hina.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata,
“Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda ataupun sudah tua. Sama saja apakah lelaki yang berjabat tangan denganya itu masih muda atau kakek tua. Sebab, berjabat tangan seperti ini akan menimbulkan godaan bagi kedua pihak.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ إِلاَّ امْرَأَةً يَمْلِكُهَا
“Tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya (istri atau budak beliau).” (HR. Bukhari)
Tidak ada perbedaan antara jabat tangan yang dilakukan dengan memakai alas/penghalang (misalnya memakai kaos tangan atau kain) ataupun tanpa penghalang. Sebab, dalil dalam masalah ini sifatnya umum. Semua ini menutup jalan yang mengantarkan kepada keburukan.” (Majmu’ al-Fatawa)
4. Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki yang bukan mahram
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dalam sabdanya yang agung,
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ
“Tidak boleh sama sekali seorang lelaki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali bila bersama wanita itu ada mahramnya.” (HR. BUkhari dan Muslim)
5. Menjauh dari hal-hal yang dapat mendatangkan kejelekan
Seorang muslimah yang cerdas adalah yang bisa memahami akibat yang ditimbulkan dari suatu perkara dan memahami cara-cara yang ditempuh orang-orang bodoh untuk menyesatkan dan meyimpangkannya. Ia akan menjauhkan diri dari membeli majalah-majalah perusak dan tak berfaedah, dan ia tidak akan membuang hartanya untuk merobek kehormatan dirinya dan menghilangkan ‘iffah-nya. Sebab, kehormatannya adalah sesuatu yang sangat mahal dan ‘iffah-nya adalah sesuatu yang sangat berharga
Memang usaha yang dilakukan untuk sebuah ‘iffah tidak ringan. Perlu perjuangan jiwa yang sungguh-sungguh dengan meminta tolong kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar tidak terjerumus dari sikap yang Allah murkai. Dengan begitu tetap terjaga pula iffah kita sebagai perempuan muslimah
Wallahu A'lam
(wid)
No comments:
Post a Comment