Gugurnya Sang Pembawa Pesan Rasulullah
Ada seorang utusan yang datang pada momen itu, yakni Musailimah. Ia berasal dari Bani Hanilab.
Ternyata, Musailimah tidak tulus bersyahadat di hadapan Rasulullah SAW. Begitu kembali ke kampungnya, ia justru mengaku sebagai nabi Allah.
"Mengapa Allah mengirimkan utusan-Nya kepada Suku Quraisy, bukan sukuku?" demikian batinnya dalam perjalanan pulang.
Ada yang mengikuti ajakan Musailimah. Ada juga yang menolak. Mereka yang tidak sudi mengakui "kenabian" dedengkot Bani Hanilab itu lantas bergabung dengan Madinah.
Merasa di atas angin, Musailimah memberanikan diri mengirim surat kepada Rasulullah SAW. Utusannya menyampaikan pesan kepada sang khatam al-anbiya.
"Dari Musailimah, utusan Allah kepada Muhammad, utusan Allah. Damai sejahtera bagi kamu. Saya siap untuk berbagi dengan Anda. Saya akan menguasai separuh wilayah dan Anda akan memiliki separuh lainnya," demikian isi surat itu.
Rasulullah SAW kemudian memerintahkan sahabat untuk membalas surat Musailimah itu. Isinya sebagai berikut.
"Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad, utusan Allah, kepada Musailamah si penipu. Damai sejahtera siapapun yang mengikuti tuntunan. Allah akan mewariskan bumi kepada siapa pun dari hamba-Nya yang Dia kehendaki dan kemenangan terakhir adalah bagi orang-orang yang berhati-hati dalam tugas mereka. "
Hari demi hari berlalu. Meski sudah menerima surat dari Nabi SAW itu, Musailimah justru tidak menghentikan ajaran sesatnya. Rasulullah SAW lalu mengirimkan utusan kepada si nabi palsu.
Habib bin Zaid adalah sosok yang ditugaskan Rasulullah SAW untuk menyampaikan pesan kepada Musailimah. Sang sahabat Nabi juga diamanahi berdakwah kepada pemimpin Bani Hanilab itu agar mau bertobat dan kembali kepada Islam.
Demi Islam
Beberapa waktu kemudian, Habib bin Zaid tiba di kampung Bani Hanilab. Musailimah terkejut mengetahui ada seorang utusan Nabi Muhammad SAW yang berani menemuinya.
Ketika hendak menyampaikan surat Rasulullah SAW, Habib langsung ditangkap. Dalam keadaan terbelenggu, ia lalu dibawa ke hadapan Musailimah.
"Apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan?" tanya Musailimah.
"Ya, saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah," kata Habib.
Musailimah tampak sangat marah.
"Apakah kamu bersaksi bahwa saya adalah utusan Allah?" tanya si nabi palsu lagi.
Habib langsung menyahut, "Telingaku sudah tertutup untuk mendengar pernyataanmu."
Seketika, Musailimah murka. Dia memerintahkan algojo menyiksa Habib dengan kejam.
Siksaan demi siksaan terus dijatuhkan atas Habib bin Zaid. Ketika terasa sakratulmaut datang, sang sahabat Nabi tetap mempertahankan imannya. Ia pun gugur sebagai syuhada.
Wafatnya utusan Rasulullah SAW itu membuat girang Musailimah. Padahal, inilah awal kehancuran diri dan ajaran sesatnya.
Berita tentang kematian Habib akhirnya sampai ke Madinah. Sesungguhnya, pasukan Muslimin sudah disusun untuk mengepung Bani Hanilab dan menangkap Musailimah.
Akan tetapi, rencana jihad ini kemudian tertunda. Sebab, tak lama kemudian Rasulullah SAW wafat.
Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq memutuskan untuk memerangi si nabi palsu, Musailimah. Keputusan ini mulanya ditanggapi Umar dengan ketidaksetujuan. Namun, sahabat berjulukan al-Faruq itu kemudian berubah pikiran dan lalu mendukung penuh komitmen Abu Bakar.
Sejarah mencatat momen itu sebagai Perang Yamamah. Dalam palagan ini, Ummu Ammarah---yakni ibunda Habib bin Zaid---terlihat memotong barisan pasukan Muslimin. Perempuan ini berteriak lantang, "Di manakah musuh Allah? Tunjukkan pada saya musuh Allah!"
Dia kemudian sampai ke Musailamah yang sudah tewas terbunuh. Dia menatap tubuh penipu yang sia-sia itu.rol
No comments:
Post a Comment